Al-Baqoroh Ayat 29
Minggu, 13 Mei 2018
Add Comment
{هُوَ
الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ
فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (29)
}
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada
di bumi untuk kalian dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu.
Setelah Allah Swt. menyebutkan bukti keberadaan dan kekuasaan-Nya kepada
makhluk-Nya melalui apa yang mereka saksikan sendiri pada diri mereka, lalu Dia
menyebutkan bukti lain melalui apa yang mereka saksikan, yaitu penciptaan langit
dan bumi. Untuk itu Allah Swt. berfirman, "Dialah Allah, yang menciptakan
semua yang ada di bumi untuk kalian, dan Dia berkehendak (menciptakan) langit,
lalu dijadikan-Nya tujuh langit" (Al-Baqarah: 29).
Istawa ilas sama, berkehendak atau bertujuan ke langit. Makna lafaz
ini mengandung pengertian kedua lafaz tersebut, yakni berkehendak dan bertujuan,
karena ia di-muta'addi-kan dengan memakai huruf ila. Fasawahunna,
lalu Dia menciptakan langit tujuh lapis. Lafaz as-sama dalam ayat ini
merupakan isim jinis, karena itu disebutkan sab'a samawat.
Wahuwa bi kulli syai-in 'alim, Dia Maha Mengetahui segala sesuatu,
yakni pengetahuan-Nya meliputi semua makhluk yang telah Dia ciptakan.
Pengertiannya sama dengan ayat lain, yaitu firman-Nya:
{أَلا
يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ}
Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kalian
lahirkan dan yang kalian rahasiakan?) (Al-Mulk: 14)
Rincian makna ayat ini diterangkan di dalam surat ha mim sajdah, yaitu
melalui firman-Nya:
{قُلْ
أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الأرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ
لَهُ أَنْدَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ * وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ
فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ
سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ * ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ
لَهَا وَلِلأرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ *
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ
أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ
تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ}
Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kalian kafir kepada Yang menciptakan
bumi dalam dua masa dan kalian adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat)
demikian itulah Tuhan semesta alam." Dan Dia menciptakan di bumi itu
gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia. memberkahinya dan Dia menentukan
padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu
sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada
penciptaan langit, dan Langit itu masih merupakan asap, lalu dia berkata
kepadanya dan kepada bumi, "Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan
suka hati atau terpaksa" Keduanya menjawab, "Kami datang dengan suka hati." Maka
Dia menjadikan tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap
langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan
Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Fushshilat: 9-12)
Di dalam ayat ini terkandung dalil yang menunjukkan bahwa Allah Swt. memulai
ciptaan-Nya dengan menciptakan bumi, kemudian menciptakan tujuh lapis langit.
Memang demikianlah cara membangun sesuatu, yaitu dimulai dari bagian bawah,
setelah itu baru bagian atasnya. Para ulama tafsir menjelaskan hal ini,
keterangannya akan kami kemukakan sesudah ini, insya Allah. Adapun mengenai
firman-Nya:
{أَأَنْتُمْ
أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا * رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا *
وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا * وَالأرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا *
أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا}
Apakah kalian yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah
membinanya. Dia meninggikan bangunannya, lalu menyempurnakannya, dan Dia
menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan
bumi sesudah dihamparkan-Nya, Ia memancarkan darinya mata airnya, dan
(menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan
teguh, (semua itu) untuk kesenangan kalian dan untuk binatang-binatang ternak
kalian. (An-Nazi'at: 27-33)
Maka sesungguhnya huruf summa dalam ayat ini (Al-Baqarah: 29) hanya
untuk menunjukkan makna 'ataf khabar kepada khabar, bukan 'ataf fi' il kepada
fi'il yang lain. Perihalnya sama dengan perkataan seorang penyair:
قُلْ لِمَنْ سَادَ ثُمَّ سَادَ أَبُوهُ ... ثُمَّ قَدْ سَادَ قَبْلَ ذَلِكَ
جَدُّهُ
Katakanlah kepada orang yang berkuasa,
dan telah berkuasa ayahnya, serta telah berkuasa pula kakeknya sebelum
itu.
Menurut suatu pendapat, ad-daha (penghamparan) bumi dilakukan sesudah
penciptaan langit dan bumi. Demikianlah menurut riwayat Ali ibnu Abu Talhah,
dari Ibnu Abbas.
As-Saddi telah mengatakan di dalam kitab tafsirnya, dari Abu Malik, dari Abu
Saleh, dari Ibnu Abbas, juga dari Murrah, dari Ibnu Mas'ud, serta dari sejumlah
sahabat sehubungan dengan makna firman-Nya: Dia-lah Allah, yang menjadikan
segala yang ada di bumi untuk kalian dan Dia berkehendak (menciptakan) langit,
lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
(Al-Baqarah: 29) Disebutkan bahwa 'Arasy Allah Swt berada di atas air, ketika
itu Allah Swt. belum menciptakan sesuatu pun selain dari air tersebut. Ketika
Allah berkehendak menciptakan makhluk, maka Dia mengeluarkan asap dari air
tersebut, lalu asap (gas) tersebut membumbung di atas air hingga letaknya berada
di atas air, dinamakanlah sama (langit). Kemudian air dikeringkan, lalu Dia
menjadikannya bumi yang menyatu. Setelah itu bumi dipisahkan-Nya dan
dijadikan-Nya tujuh lapis dalam dua hari, yaitu hari Ahad dan Senin. Allah
menciptakan bumi di atas ikan besar, dan ikan besar inilah yang disebutkan oleh
Allah di dalam Al-Qur'an melalui firman-Nya:
{ن
وَالْقَلَمِ }
Sedangkan ikan besar (nun) berada di dalam air. Air berada di atas permukaan
batu yang licin, sedangkan batu yang licin berada di atas punggung malaikat.
Malaikat berada di atas batu besar, dan batu besar berada di atas angin. Batu
besar inilah yang disebut oleh Luqman bahwa ia bukan berada di langit, bukan
pula di bumi.
Kemudian ikan besar itu bergerak, maka terjadilah gempa di bumi, lalu Allah
memancangkan gunung-gunung di atasnya hingga bumi menjadi tenang; gunung-gunung
itu berdiri dengan kokohnya di atas bumi. Hal inilah yang dinyatakan di dalam
firman Allah Swt.: Dan telah kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang
kokoh supaya bumi itu (tidak) guncang bersama mereka. (Al-Anbiya: 31)
Allah menciptakan gunung di bumi dan makanan untuk penghuninya, menciptakan
pepohonannya dan semua yang diperlukan di bumi pada hari Selasa dan Rabu. Hal
inilah yang dijelaskan di dalam firman-Nya:
{قُلْ
أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الأرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ
لَهُ أَنْدَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ * وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ
فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا}
Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kalian kafir kepada Yang menciptakan
bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat)
demikian itulah Tuhan semesta alam." Dan Dia menciptakan di bumi itu
gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya. (Fushshilat:
9-10)
Kemudian dalam ayat selanjutnya disebutkan bahwa Allah menumbuhkan
pepohonannya, yaitu melalui firman-Nya: Dan Dia menentukan padanya kadar
makanan-makanan (penghuni)nya. (Fushshilat: 10) Lalu dalam firman
selanjutnya disebutkan: dalam empat masa, sebagai jawaban bagi orang-orang
yang bertanya. (Fushshilat: 10) Dalam ayat selanjutnya disebutkan pula:
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit, dan langit itu masih merupakan
asap. (Fushshilat 11)
Asap itu merupakan uap dari air tadi, kemudian asap dijadikan langit tujuh
lapis dalam dua hari, yaitu hari Kamis dan Jumat. Sesungguhnya hari Jumat
dinamakan demikian karena pada hari itu diciptakan langit dan bumi secara
bersamaan. Allah Swt. berfirman: Dan Dia mewahyukan kepada tiap-tiap langit
urusannya. (Fushshilat 12) Artinya, Allah menciptakan makhluk tersendiri
bagi tiap-tiap langit, terdiri atas para malaikat dan semua makhluk yang ada
padanya, seperti laut, gunung, embun, serta lain-lainnya yang tidak diketahui.
Selanjutnya Allah menghiasi langit dunia dengan bintang-bintang yang Dia
ciptakan sebagai hiasan dan penjaga yang memelihara langit dari setan-setan.
Setelah Allah menyelesaikan penciptaan apa yang Dia sukai, lalu Dia menuju
'Arasy, sebagaimana dijelaskan di dalam firman-Nya:
{خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى
الْعَرْشِ}
Dia menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia beristiwa di
atas 'Arasy. (Al-Hadid: 4)
Dan Allah Swt. telah berfirman:
{كَانَتَا
رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا}
Dahulu langit dan bumi keduanya adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. (Al-Anbiya: 30)
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadanya Al-Musanna, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Saleh, telah menceritakan kepadaku Abu
Ma'syar, dari Sa'id ibnu Abu Sa'id, dari Abdullah ibnu Salam yang mengatakan
bahwa sesungguhnya Allah memulai penciptaan makhluk-Nya pada hari Ahad,
menciptakan berlapis-lapis bumi pada hari Ahad dan hari Senin, menciptakan
berbagai makanan dan gunung pada hari Selasa dan Rabu, lalu menciptakan langit
pada hari Kamis dan Jumat. Hal itu selesai di akhir hari Jumat yang pada hari
itu juga Allah menciptakan Adam dengan tergesa-gesa. Pada saat itulah kelak hari
kiamat akan terjadi.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dia-lah Allah yang
menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian. (Al-Baqarah: 29) Bahwa
Allah menciptakan bumi sebelum menciptakan langit. Ketika Allah menciptakan
bumi, maka keluarlah asap darinya. Yang demikian itulah pengertian yang dimaksud
dalam firman-Nya: Dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit. (Al-Baqarah: 29) Yang dimaksud ialah sebagian
dari langit berada di atas sebagian lainnya. Dikatakan sab'u aradina artinya
tujuh lapis bumi, yakni sebagian berada di bawah sebagian yang lain.
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa bumi diciptakan sebelum langit, sebagaimana
yang dijelaskan di dalam surat As-Sajdah, yaitu:
{قُلْ
أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الأرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ
لَهُ أَنْدَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ * وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ
فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ
سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ * ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ
لَهَا وَلِلأرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ *
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ
أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ
تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ}
Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kalian kafir kepada Yang menciptakan
bumi dalam dua masa dan kalian adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat)
demikian itulah Tuhan semesta alam." Dan Dia menciptakan di bumi ini
gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan
padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu
sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada
penciptaan langit, dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi, "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan
suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab, "Kami datang dengan suka hati? Maka
Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap
langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan
Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Fushshilat: 9-12)
Ayat ini dan yang tadi menunjukkan bahwa bumi diciptakan sebelum langit.
Menurut pengetahuanku, tiada seorang ulama pun yang memperselisihkan hal ini,
kecuali apa yang dinukil oleh Ibnu Jarir dari Qatadah, diduga langit diciptakan
sebelum bumi. Akan tetapi, dalam menanggapi masalah ini Al-Qurtubi hanya
bersikap tawaqquf (tidak memberi komentar apa pun), yaitu ketika ia menafsirkan
makna firman-Nya:
{أَأَنْتُمْ
أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا * رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا *
وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا * وَالأرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا *
أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا}
Apakah kalian yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah
membinanya. Dia meninggikan bangunannya, lalu menyempurnakannya, dan Dia
menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan
bumi sesudah itu dihamparkan-Nya, Ia memancarkan darinya mata airnya, dan
(menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan
teguh. (An-Nazi'at 27-32)
Mereka mengatakan bahwa penciptaan langit terjadi sebelum penciptaan bumi. Di
dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan bahwa Ibnu Abbas pernah ditanya mengenai
masalah ini, lalu ia menjawab bahwa bumi diciptakan sebelum langit, dan
sesungguhnya bumi baru dihamparkan hanya setelah penciptaan langit. Hal yang
sama dikatakan pula bukan hanya oleh seorang ulama tafsir terdahulu dan
sekarang.
Kami mencatat hal tersebut di dalam tafsir surat An-Nazi'at yang garis
besarnya menyatakan bahwa penghamparan bumi yang terdapat di dalam firman-Nya:
Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya, Ia memancarkan darinya mata airnya, dan
(menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan
teguh. (An-Nazi'at: 30-32) Artinya, semua yang terkandung di dalam bumi
dikeluarkan secara paksa hingga menjadi kenyataan. Setelah Allah selesai dari
penciptaan bumi dan langit, lalu Allah menghamparkan bumi dan mengeluarkan
segala sesuatu yang tersimpan di dalamnya, yaitu air. Berkat air itu tumbuhlah
berbagai macam tetumbuhan yang beraneka ragam jenis. bentuk. dan warnanya.
Demikian pula tata surya, semuanya beredar, terdiri atas bintang-bintang yang
tetap dan bintang-bintang yang beredar pada garis edarnya.
Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Murdawaih mengetengahkan sebuah hadis sehubungan
dengan tafsir ayat ini, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam
Nasai, juga diketengahkan oleh keduanya dalam Bab "Tafsir" melalui riwayat Ibnu
Juraij. Ibnu Juraij mengatakan:
أَخْبَرَنِي
إِسْمَاعِيلُ بْنُ أُمَيَّةَ، عَنْ أَيُّوبَ بْنِ خَالِدٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ رَافِعٍ مَوْلَى أُمِّ سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: أَخَذَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِي فَقَالَ: "خَلَقَ
اللَّهُ التُّرْبَةَ يَوْمَ السَّبْتِ، وَخَلْقَ الْجِبَالَ فِيهَا يَوْمَ
الْأَحَدِ، وَخَلْقَ الشَّجَرَ فِيهَا يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، وَخَلَقَ الْمَكْرُوهَ
يَوْمَ الثُّلَاثَاءِ، وَخَلَقَ النُّورَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ، وَبَثَّ فِيهَا
الدَّوَابَّ يَوْمَ الْخَمِيسِ، وَخَلَقَ آدَمَ بَعْدَ الْعَصْرِ يَوْمَ
الْجُمُعَةِ مِنْ آخِرِ سَاعَةٍ مِنْ سَاعَاتِ الْجُمُعَةِ، فِيمَا بَيْنَ
الْعَصْرِ إِلَى اللَّيْلِ"
telah menceritakan kepadaku Ismail ibnu Umayyah, dari Ayyub ibnu Khalid, dari
Abdullah ibnu Rafi' maula Ummu Salamah, dari Abu Hurairah r.a. yang menceritakan
bahwa Rasulullah Saw. memegang tanganku, lalu beliau bersabda: Allah
menciptakan bumi pada hari Sabtu, menciptakan gunung-gunung yang ada padanya
pada hari Ahad, menciptakan pepohonan yang ada padanya pada hari Senin,
menciptakan hal yang tidak disukai pada hari Selasa, menciptakan nur pada hari
Rabu, mengembangbiakkan (menciptakan) binatang-binatang yang ada di bumi pada
hari Kamis, dan menciptakan Adam sesudah Asar pada hari Jumat, yaitu di
saat-saat terakhir hari Jumat antara Asar sampai malam hari.
Hadis ini termasuk salah satu hadis garib dalam Sahih Muslim. Banyak komentar
mengenai hadis ini, antara lain ialah dari Ali ibnul Madini dan Imam Bukhari
serta sejumlah kalangan ahli huffaz hadis. Mereka menganggap hadis ini merupakan
perkataan Ka'b, dan sesungguhnya Abu Hurairah hanya mendengamya dari kata-kata
Ka'b Al-Ahbar. Hadis ini menjadi samar di kalangan sebagian para perawi hingga
membuat mereka menganggapnya sebagai hadis yang marfu'. Demikian keterangan yang
dikemukakan oleh Imam Baihaqi.
Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Al-Baqoroh Ayat 29"
Posting Komentar