Pemberdayaan Santri dan Masyarakat



Sejalan dengan berbagai macam tantangan global yang harus dihadapi dalam bidang ekonomi, seperti banyaknya pengangguran, sedikitnya lapangan kerja dan permasalahan ekonomi lainnya, menjadikan pondok pesantren juga ikut bersikap. Banyak pondok pesantren melakukan transformasi dengan memasukan fungsi sosial ekonomi ke dalam program kegiatan pondok pondok pesantren.

Program pemberdayaan ekonomi berbasis pondok pesantren, seperti memberikan pelatihan keterampilan usaha, kewirausahaan dan bentuk kegiatan ekonomi lainnya, bertujuan sebagai penunjang dari tugas utama pondok pesantren yaitu membekali ilmu agama. Sehingga pondok pesantren diharapkan tidak hanya sebagai pencetak generasi intelektual yang produktif dan kompeten spritual, namun juga produktif dan kompeten secara ekonomi.

1.    Santri
Santri adalah siswa atau murid laki-laki atau perempuan. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Poerwadarminta, kata santri berarti :

a. Orang yang mendalami pengajian dalam agama Islam (dengan pergi ke pesantren, dan sebagainya).
b. Orang yang beribadat sungguh-sungguh. Sekarang ini malah umum dipakai sebutan santriwan  (putra) dan santriwati (puteri).

Namun demikian, istilah murid atau siswa lebih umum dipergunakan untuk mereka yang belajar di sekolah umum, yakni bukan di madrasah atau pesantren. Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk salah seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya. Mereka biasanya di sebut Lurah Pondok.

Menurut Zamakhsari Dhofier, santri merupakan elemen penting dalam suatu lembaga pesantren. Terdapat 2 kelompok santri, yaitu :

a.    Santri mukim
Murid – murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren.

b.    Santri kalong
Murid – murid yang berasal dari desa – desa disekeliling pesantren, dan biasanya tidak menetap di pesantren. Untuk mengikuti pelajaran di pesantren mereka bolak – balik (nglaju) dari tempat tinggalnya. Seorang santri pergi dan menetap di suatu pesantren karena berbagai alasan, diantaranya yaitu :
1)        Ia ingin mempelajari kitab – kitab lain yang membahas Islam secara lebih mendalam dibawah bimbingan kyai yang memimpin pesantren tersebut.
2)        Ia ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren, baik dalam bidang pengajaran, keorganisasian maupun hubungan dengan pesantren – pesantren terkenal.
3)        Ia ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa disibukkan dengan kegiatan sehari – hari di rumah keluarganya.

Pesantren umumnya bersifat mandiri, sebab tidak tergantung kepada pemerintah atau kekuasaan yang ada. Karena sifat mandirinya itu, pesantren dapat memegang teguh kemurniannya sebagai lembaga pendidikan Islam. Karena itu, pesantren tidak mudah di susupi oleh ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Tidak semua orang mau dan mampu mendirikan pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan. Dalam sejarahnya, pesantren selalu di dirikan oleh ulama yang sudah menyandang predikat kyai. Malah ada pendapat, bahwa seorang ulama bahwa seorang ulama pantas menyandang gelar kyai, apabila ia sudah mendirikan atau memiliki pesantren.

Kemudian pondok pesantren juga mempunyai peranan yang cukup besar dalam sumber daya manusia, seperti dalam sistem pendidikan yang dikembangkan oleh pondok pesantren sebagai upaya mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, pondok pesantren memberikan pelatihan khusus atau diberikan tugas magang di beberapa tempat, lembaga atau instansi yang sesuai dengan pengembangan yang akan dilakukan oleh pondok pesantren. Hal ini sangat membantu tugas pemerintah dalam upaya pemerataan kegiatan pengembangan, khusunya ekonomi di daerah agar setiap daerah memiliki potensi sumber daya manusia yang kompeten.

Jadi, penulis menyimpulkan bahwa santri yang telah di bina dan telah selesai menjalani pendidikan di pondok pesantren dapat diberikan kesempatan magang di berbagai tempat, atau lembaga yang masih dalam net-working pondok pesantren.

2.    Masyarakat
Sedangkan masyarakat ialah sejumlah manusia dalam arti seluasluasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Dalam makna yang lain masyarakat diartikan sebagai pergaulan hidup manusia (sehimpunan orang yang hidup) bersama disuatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tertentu.

Sedangkan jika dikaitkan dengan konteks peranan pesantren, pemberdayaan di sini dimaksudkan sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh pesantren sebagai proses, cara, perbuatan memberdayakan serta membangkitkan kemauan, kemampuan, dan kepercayaan pada diri sendiri, agar mereka dapat terlibat secara aktif dalam suatu gerakan masyarakat yang terlaksana secara  metodis, efisien dan terorganisir dalam suatu program yang dilakukan oleh pesantren bersama masyarakat.n Secara umum ada empat strategi pemberdayaan masyarakat antara lain :

a.    The Growth Strategy
Penerapan strategi pertumbuhan pada umumnya yang dimaksudkan ialah untuk mencapai peningkatan yang cepat dalam nilai ekonomis, melalui peningkatan pendapatan perkapita penduduk, produktivitas, pertanian, permodalan, dan kesempatan kerja dibarengi dengan kemampuan konsumsi masyarakat, terutama dipedesaan.

Pada awalnya staregi ini dapat diterapkan dan dianggap efektif dalam pemberdayaan masyarakat, akan tetapi disebabkan bersifat economic oriented yang sementara kaidah hukum-hukum sosial dan moral terabaikan sehingga yang terjadi adalah sebaliknya yaitu semakin melebarnya pemisah antara kaya dan miskin yang terjadi di daerah pedesaan yang berakibat pada terjadinya krisis ekonomi dan konflik sosial.

b.    The Welfare Strategy
Strategi kesejahteraan ini pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki kesejahteraan. Akan tetapi, karena tidak dibarengi dengan pembangunan kultur dan budaya mandiri dalam diri masyarakat yang pada akhirnya yang terjadi adalah sikap ketergantungan masyarakat kepada pemerintah. Jadi, dalam setiap pembangunan masyarakat salah satu aspek yang harus diperhatikan penanganannya adalah kultur dan budaya masyarakat. Pembangunan budaya jangan sampai kontra produktif dan pembangunan ekonomi yaitu dalam konteks yang sesuai dengan model pengembangan masyarakat menjadi sangat relevan sehingga terwujudnya masyarakat mandiri.

c.    The Responsitive Strategy
Strategi ini merupakan reaksi terhadap strategi kesejahtraan yang dimaksudkan untuk menanggapi kebutuhan yang dirumuskan masyarakat sendiri dengan bantuan pihak luar (self need and assistance) untuk memperlancar usaha mandiri melalui pengadaan teknologi serta sumber yang sesuai bagi kebutuhan proses pembangunan.

Dalam pemberdayaan masyarakat sendiri belum pernah dilakukan maka strategi yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat ini terlalu idealistik dan sulit ditransformasikan kepada masyarakat. Oleh karena itu, satu hal yang harus diperhatikan adalah kecepatan teknologi sering kali yang tidak diimbangi dengan kesiapan masyarakat dalam menerima dan memfungsikan teknologi itu sendiri yang berakibat pada penerapan strategi menjadi disfungsional.

d.   The Integrated Holistic Strategy
Untuk mengatasi dilema pengembangan masyarakat karena “kegagalan” ketiga strategi yang dijelaskan diatas, maka konsep kombinasi dan unsur-unsur pokok dari etika strategi di atas menjadi alternatif terbaik karena secara sistematis mengintegrasikan seluruh komponen dan unsur yang diperlukan yakni, ingin mencapai secara timultan tujuan-tujuan yang menyangkut kelangsungan pertumbuhan, persamaan, kesejahteraan dan partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembanguna masyarakat.

0 Response to "Pemberdayaan Santri dan Masyarakat"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

pasang