Filsafat Al-Farabi
Kamis, 03 Mei 2018
Add Comment
TELAAH PEMIKIRAN FILUSUF MUSLIM : AL-FARABI
Filsafat
Islam pada dasarnya adalah perbincangan tentang tuntunan kehidupan yang baik
dan pengabdian kepada Allah SWT dan bersumberkan agama (Sutardjo A. Wiramihardja, 2009). Pemikiran
dalam filsafat Islam dimulai kira-kira pada tahun 700M dan periode ini sering
disebut periode skolastik sampai pada tahun 1450. Filsafat skolastik ini adalah
filsafat yang berusaha memecahkan secara rasional mengenai persoalan-persoalan
logika, sifat ada, kebendaan, kerohanian dan akhlak dengan menyesuaikan pada
kitab suci. Istilah filsafat skolastik Islam tidak begitu banyak dipakai di
kalangan orang Islam. Istilah yang dipakai adalah ilmu kalam dan filsafat
Islam. Dalam pembahasan antara ilmu kalam dan filsafat Islam biasanya
dipisahkan.(Asmoro Achmadi, 2012)
Filsafat skolastik Islam dibagi menjadi
dua periode yaitu sebagai berikut. Pertama, periode mutakallimin dari
sini muncul beberapa mazhab yaitu seperti, Al Khawarij, Murjiah, Qodariah,
Jabariah, Mu’tazilah dan Ahli Sunnah Wal Jama’ah. Kedua, periode
filsafat Islam yang berusaha untuk menyelidiki hakikat sesuatu termasuk
ketuhanan dan alam. Dengan terjadinya pertukaran kebudayaan di antara bangsa
dari seluruh pelosok penjuru dunia, maka pemikiran filsafat Islam juga ikut
masuk kenegara lain terutama ke dunia barat baik melalui aktivitas kerajaan,
terjemahaan buku dan perpustakaan, pengiriman mahasiswa dan pengaruh dari
pemikiran bangsa-bangsa lain terutama dari modernisasi Barat. (Surajiyo, 2012)
Setelah tujuh abad tenggelamnya kapal
ilmu pengetahuan Yunani, umat muslim perlahan-lahan tapi pasti memunggut
kembali serpihan hikmah Yunani ke dalam basis yang lebih praksis dan dinamis.
Sejak abad ketujuh hikmat-hikmat yang hampir hilang yang pernah dibangun
masyarakat Yunani dan dianggap sekuler dan paganistik, khususnya pada paradigma
aristotalian diselamatkan kembali oleh suatu komunitas muslim di Timur Tenggah.
Ada dua persoalan penting mengapa dunia Islam tampil menjadi penyelamat ilmu
pengetahuan di Yunani. Pertama, dorongan keagamaan seperti terlihat dari
nash-nash Al-Qur’an banyak yang membicarakan pentingnya ilmu
pengetahuan. Asumsi ini diperkuat setidaknya oleh pemikiran Maurice Bucaille
dalam tulisan The bible, The Qur’an and Science yang menyimpulkan bahwa
tidak ada satupun ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan fenomena alam yang
bertentangan dengan apa yang kita ketahui secara pasti melalui
penemuan-penemuan ilmiah disamping itu terdapat banyak ayat Al-Qur’an dan
keterangan sunnah Nabi Muhammad yang menyuruh umatnya untuk mencari dan
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Kedua, orang Islam telah berhasil
melaksanakan tugas mereka untuk menguasai sesuatu baik secara politik
(menguasai wilayah), maupun keagamaan. Terkuasainya dua wilayah ini menyebabkan
terjadinya persentuhan dua peradaban Timur Tenggah, dengan sikap kreatif dan
peradaban masyarakat lain seperti Persia. Wilayah ini berada di pinggir sungai Euprat
yang memang kreatif dalam ilmu pengetahuan. Filsafat Yunani berkembang
sangat aktraktif dalam dunia Islam dan bertahan dalam durasi yang cukup
panjang, yakni pada abad ketujuh sampai abad kedua belas masehi. (Cecep Sumarna, 2006)
Dunia
Islam selama enam abad masa keemasaanya, bukan saja telah melahirkan filosof
seperti ibnu Rusyd (1198 M) nama yang dimaksud dibarat dengan nama averroes,
yang kemudian menjadi pelopor masuknya kedunia Eropa melalui Cordova, tetapi
jauh hari sebelum Ibnu Rusyd, Masyarakat muslim telah melahirkan sejumlah filosof
yang luar biasa. Dunia Islam mampu melahirkan filosof dan saintis seperti : al
Farabi (950 M), al Biruni (973-1048 M), Ibnu al-Haitham (965-1039 M), Ibnu Sina
(1037 M) yang terkenal di dunia Barat dengan Aviccena, al-Kindi dan al-Razi
(1209).
0 Response to "Filsafat Al-Farabi"
Posting Komentar