Filsafat Al-Farabi








TELAAH PEMIKIRAN FILUSUF MUSLIM : AL-FARABI
 
Filsafat Islam pada dasarnya adalah perbincangan tentang tuntunan kehidupan yang baik dan pengabdian kepada Allah SWT dan bersumberkan agama (Sutardjo A. Wiramihardja, 2009). Pemikiran dalam filsafat Islam dimulai kira-kira pada tahun 700M dan periode ini sering disebut periode skolastik sampai pada tahun 1450. Filsafat skolastik ini adalah filsafat yang berusaha memecahkan secara rasional mengenai persoalan-persoalan logika, sifat ada, kebendaan, kerohanian dan akhlak dengan menyesuaikan pada kitab suci. Istilah filsafat skolastik Islam tidak begitu banyak dipakai di kalangan orang Islam. Istilah yang dipakai adalah ilmu kalam dan filsafat Islam. Dalam pembahasan antara ilmu kalam dan filsafat Islam biasanya dipisahkan.(Asmoro Achmadi, 2012)
Filsafat skolastik Islam dibagi menjadi dua periode yaitu sebagai berikut. Pertama, periode mutakallimin dari sini muncul beberapa mazhab yaitu seperti, Al Khawarij, Murjiah, Qodariah, Jabariah, Mu’tazilah dan Ahli Sunnah Wal Jama’ah. Kedua, periode filsafat Islam yang berusaha untuk menyelidiki hakikat sesuatu termasuk ketuhanan dan alam. Dengan terjadinya pertukaran kebudayaan di antara bangsa dari seluruh pelosok penjuru dunia, maka pemikiran filsafat Islam juga ikut masuk kenegara lain terutama ke dunia barat baik melalui aktivitas kerajaan, terjemahaan buku dan perpustakaan, pengiriman mahasiswa dan pengaruh dari pemikiran bangsa-bangsa lain terutama dari modernisasi Barat. (Surajiyo, 2012)
Setelah tujuh abad tenggelamnya kapal ilmu pengetahuan Yunani, umat muslim perlahan-lahan tapi pasti memunggut kembali serpihan hikmah Yunani ke dalam basis yang lebih praksis dan dinamis. Sejak abad ketujuh hikmat-hikmat yang hampir hilang yang pernah dibangun masyarakat Yunani dan dianggap sekuler dan paganistik, khususnya pada paradigma aristotalian diselamatkan kembali oleh suatu komunitas muslim di Timur Tenggah. Ada dua persoalan penting mengapa dunia Islam tampil menjadi penyelamat ilmu pengetahuan di Yunani. Pertama, dorongan keagamaan seperti terlihat dari nash-nash Al-Qur’an banyak yang membicarakan pentingnya ilmu pengetahuan. Asumsi ini diperkuat setidaknya oleh pemikiran Maurice Bucaille dalam tulisan The bible, The Qur’an and Science yang menyimpulkan bahwa tidak ada satupun ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan fenomena alam yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui secara pasti melalui penemuan-penemuan ilmiah disamping itu terdapat banyak ayat Al-Qur’an dan keterangan sunnah Nabi Muhammad yang menyuruh umatnya untuk mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Kedua, orang Islam telah berhasil melaksanakan tugas mereka untuk menguasai sesuatu baik secara politik (menguasai wilayah), maupun keagamaan. Terkuasainya dua wilayah ini menyebabkan terjadinya persentuhan dua peradaban Timur Tenggah, dengan sikap kreatif dan peradaban masyarakat lain seperti Persia. Wilayah ini berada di pinggir sungai Euprat yang memang kreatif dalam ilmu pengetahuan. Filsafat Yunani berkembang sangat aktraktif dalam dunia Islam dan bertahan dalam durasi yang cukup panjang, yakni pada abad ketujuh sampai abad kedua belas masehi. (Cecep Sumarna, 2006)
Dunia Islam selama enam abad masa keemasaanya, bukan saja telah melahirkan filosof seperti ibnu Rusyd (1198 M) nama yang dimaksud dibarat dengan nama averroes, yang kemudian menjadi pelopor masuknya kedunia Eropa melalui Cordova, tetapi jauh hari sebelum Ibnu Rusyd, Masyarakat muslim telah melahirkan sejumlah filosof yang luar biasa. Dunia Islam mampu melahirkan filosof dan saintis seperti : al Farabi (950 M), al Biruni (973-1048 M), Ibnu al-Haitham (965-1039 M), Ibnu Sina (1037 M) yang terkenal di dunia Barat dengan Aviccena, al-Kindi dan al-Razi (1209).

0 Response to "Filsafat Al-Farabi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

pasang