Al-Baqoroh Ayat 21-22
Minggu, 13 Mei 2018
Add Comment
{يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ
قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (21) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ فِرَاشًا
وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ
الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ
تَعْلَمُونَ (22) }
Hai manusia, sembahlah Tuhan kalian Yang
telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian
bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit
sebagai atap dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian. Karena itu,
janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kalian
mengetahui.
Allah Swt. menjelaskan tentang sifat uluhiyyah-Nya Yang Maha Esa, bahwa
Dialah yang memberi nikmat kepada hamba-hamba-Nya dengan menciptakan mereka dari
tiada ke alam wujud, lalu melimpahkan kepada mereka segala macam nikmat lahir
dan batin. Allah menjadikan bagi mereka bumi sebagai hamparan buat tempat mereka
tinggal, diperkokoh kestabilannya dengan gunung-gunung yang tinggi lagi besar;
dan Dia menjadikan langit sebagai atap, sebagaimana disebutkan di dalam ayat
lain, yaitu firman-Nya:
{وَجَعَلْنَا
السَّمَاءَ سَقْفًا مَحْفُوظًا وَهُمْ عَنْ آيَاتِهَا مُعْرِضُونَ}
Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedangkan
mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat
padanya. (Al-Anbiya: 32)
Allah menurunkan air hujan dari langit bagi mereka. Yang dimaksud dengan
lafaz as-sama dalam ayat ini ialah awan yang datang pada waktunya di saat
mereka memerlukannya. Melalui hujan, Allah menumbuhkan buat mereka berbagai
macam tumbuhan yang menghasilkan banyak jenis buah, sebagaimana yang telah
disaksikan. Hal tersebut sebagai rezeki buat mereka, juga buat ternak mereka,
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam ayat lainnya. Di antara ayat-ayat
tersebut yang paling dekat pengertiannya dengan maksud ini ialah firman-Nya:
{اللَّهُ
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ قَرَارًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَصَوَّرَكُمْ
فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ
فَتَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ}
Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kalian tempat menetap dan langit
sebagai atap, dan membentuk kalian, lalu membaguskan rupa kalian serta memberi
kalian rezeki dengan sebagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah
Tuhan kalian, Maha-agung Allah, Tuhan semesta alam. (Al-Mu’min: 64)
Kesimpulan makna yang dikandung ayat ini ialah bahwa Allah adalah Yang
Menciptakan, Yang memberi rezeki, Yang memiliki rumah ini serta para
penghuninya, dan Yang memberi mereka rezeki. Karena itu, Dia sematalah Yang
harus disembah dan tidak boleh mempersekutukan-Nya dengan selain-Nya,
sebagaimana yang dinyatakan di dalam ayat lain:
{فَلا
تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ}
Karena itu, janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal
kalian mengetahui. (Al-Baqarah: 22)
Di dalam hadis Sahihain disebutkan dari Ibnu Mas'ud yang menceritakan:
قُلْتُ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ؟ قَالَ: "أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ
نِدًّا، وهو خلقك" الحديث
Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?
Beliau menjawab, "Bila kamu mengadakan sekutu bagi Allah, padahal Dialah Yang
menciptakanmu,'" hingga akhir hadis.
Demikian pula yang disebutkan di dalam hadis Mu'az yang menyebutkan.
"أَتَدْرِي
مَا حَقُّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ؟ أَنْ يَعْبُدُوهُ لَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا"
الْحَدِيثَ
Tahukah kamu apa hak Allah yang dibebankan pada hamba-hamba-Nya?" lalu
disebutkan, "Hendaklah mereka menyembah-Nya dan jangan mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu pun," hingga akhir hadis.
Di dalam hadis lain disebutkan seperti berikut:
"لَا
يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ: مَا شَاءَ اللَّهُ وَشَاءَ فُلَانٌ، وَلَكِنْ لِيَقُلْ مَا
شَاءَ اللَّهُ، ثُمَّ شَاءَ فُلَانٌ"
Jangan sekali-kali seseorang di antara kalian mengatakan, "Ini adalah yang
dikehendaki oleh Allah, dan yang dikehendaki oleh si Fulan," tetapi hendaklah ia
mengatakan, "Ini yang dikehendaki oleh Allah" kemudian, "Ini yang dikehendaki
oleh si Fulan.
قَالَ
حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عُمَيْرٍ، عَنْ رِبْعيِّ
بْنِ حِرَاش، عَنِ الطُّفَيْلِ بْنِ سَخْبَرَة، أَخِي عَائِشَةَ أُمِّ
الْمُؤْمِنِينَ لِأُمِّهَا، قَالَ: رَأَيْتُ فِيمَا يَرَى النَّائِمُ، كَأَنِّي
أَتَيْتُ عَلَى نَفَرٍ مِنَ الْيَهُودِ، فَقُلْتُ: مَنْ أَنْتُمْ؟ فَقَالُوا:
نَحْنُ الْيَهُودُ، قُلْتُ: إِنَّكُمْ لَأَنْتُمُ الْقَوْمُ لَوْلَا أَنَّكُمْ
تَقُولُونَ: عُزَير ابْنُ اللَّهِ. قَالُوا: وَإِنَّكُمْ لَأَنْتُمُ الْقَوْمُ
لَوْلَا أَنَّكُمْ تَقُولُونَ: مَا شَاءَ اللَّهُ وَشَاءَ مُحَمَّدٌ. قَالَ: ثُمَّ
مَرَرْتُ بِنَفَرٍ مِنَ النَّصَارَى، فَقُلْتُ: مَنْ أَنْتُمْ؟ قَالُوا: نَحْنُ
النَّصَارَى. قُلْتُ: إِنَّكُمْ لَأَنْتُمُ الْقَوْمُ لَوْلَا أَنَّكُمْ
تَقُولُونَ: الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ. قَالُوا: وَإِنَّكُمْ لَأَنْتُمُ الْقَوْمُ
لَوْلَا أَنَّكُمْ تَقُولُونَ: مَا شَاءَ اللَّهُ وَشَاءَ مُحَمَّدٌ. فَلَمَّا
أَصْبَحْتُ أَخْبَرْتُ بِهَا مَنْ أَخْبَرْتُ، ثُمَّ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ: "هَلْ أَخْبَرْتَ بِهَا
أَحَدًا؟ " فَقُلْتُ: نَعَمْ. فَقَامَ، فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ
قَالَ: "أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ طُفيلا رَأَى رُؤْيَا أَخْبَرَ بِهَا مَنْ أَخْبَرَ
مِنْكُمْ، وَإِنَّكُمْ قُلْتُمْ كَلِمَةً كَانَ يَمْنَعُنِي كَذَا وَكَذَا أَنْ
أَنْهَاكُمْ عَنْهَا، فَلَا تَقُولُوا: مَا شَاءَ اللَّهُ وَشَاءَ مُحَمَّدٌ،
وَلَكِنْ قُولُوا: مَا شَاءَ اللَّهُ وَحْدَهُ".
Hammad ibnu Salimah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik
ibnu Umair, dari Rab'i ibnu Hirasy, dari Tufail ibnu Sakhbirah (saudara lelaki
ibu Siti Aisyah r.a.) yang menceritakan bahwa ia melihat dalam mimpinya
seakan-akan berada di tengah-tengah orang-orang Yahudi, lalu ia bertanya (kepada
mereka), "Siapakah kalian?" Mereka menjawab, "Kami adalah orang-orang Yahudi."
Ia berkata, "Sesungguhnya kalian benar-benar merupakan suatu kaum jikalau kalian
tidak mengatakan bahwa Uzair anak laki-laki Allah." Mereka mengatakan,
"Sesungguhnya kalian pun merupakan suatu kaum jikalau kalian tidak mengatakan
bahwa ini apa yang dikehendaki oleh Allah dan yang dikehendaki oleh Muhammad."
Kemudian Tufail bersua dengan segolongan orang-orang Nasrani, lalu ia bertanya,
"Siapakah kalian?" Mereka menjawab, "Kami orang-orang Nasrani." Ia berkata,
"Sesungguhnya kalian benar-benar merupakan suatu kaum jikalau kalian tidak
mengatakan bahwa Al-Masih anak laki-laki Allah." Mereka berkata, "Dan
sesungguhnya kamu pun benar-benar merupakan suatu kaum jikalau kamu tidak
mengatakan bahwa ini adalah apa yang dikehendaki oleh Allah dan yang dikehendaki
oleh Muhammad." Pada pagi harinya Tufail menceritakan mimpi itu kepada sebagian
orang yang biasa mengobrol dengannya, kemudian ia datang kepada Nabi Saw. dan
menceritakan hal itu kepadanya. Maka Nabi Saw. bertanya, "Apakah engkau telah
menceritakannya kepada seseorang?" Ia menjawab, "Ya." Maka Nabi Saw.
berdiri, lalu memuji kepada Allah dan menyanjung-Nya. Setelah itu beliau Saw.
bersabda: Amma ba'du, sesungguhnya Tufail telah melihat sesuatu dalam
mimpinya yang telah ia ceritakan kepada sebagian orang di antara kalian yang
menerima berita darinya. Sesungguhnya kalian telah mengatakan suatu kalimat yang
pada mulanya aku terhalang oleh anu dan anu untuk melarang kalian mengatakannya.
Maka sekarang janganlah kalian mengatakan, "Ini adalah apa yang dikehendaki oleh
Allah dan yang dikehendaki oleh Muhammad" melainkan katakanlah, "Ini adalah yang
dikehendaki oleh Allah semata."
Demikian riwayat Ibnu Murdawaih di dalam kitab tafsirnya mengenai ayat ini
melalui hadis Hammad ibnu Salimah dengan lafaz yang sama. Hadis ini
diketengahkan pula oleh Ibnu Majah dari jalur lain melalui Abdul Malik ibnu
Umair dengan lafaz yang sama atau semisal.
قَالَ
سُفْيَانُ بْنُ سَعِيدٍ الثَّوْرِيُّ، عَنِ الْأَجْلَحِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
الْكِنْدِيِّ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْأَصَمِّ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ
رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا شَاءَ اللَّهُ
وَشِئْتَ. فَقَالَ: "أَجَعَلْتَنِي لِلَّهِ نِدًّا؟ قُلْ: مَا شَاءَ اللَّهُ
وَحْدَهُ".
Sufyan ibnu Sa'id As-Sauri mengatakan dari Al-Ajlah ibnu Abdullah Al-Kindi,
dari Yazid ibnul Asam, dari Ibnu Abbas yang menceritakan: Seorang lelaki berkata
kepada Nabi Saw., "Ini adalah yang dikehendaki oleh Allah dan olehmu." Maka Nabi
Saw. bersabda, "Apakah engkau menjadikan diriku sebagai tandingan Allah!
Katakanlah, 'Inilah yang dikehendaki oleh Allah semata'"
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Murdawaih. Imam Nasai serta Imam Ibnu
Majah telah mengetengahkannya dari hadis Isa ibnu Yunus. dari Al-Ajlah dengan
lafaz yang sama.
Semua itu ditandaskan demi memelihara dan melindungi ketauhidan.
Muhammad ibnu Ishak mengatakan, telah menceritakan kepada-nya Muhammad ibnu
Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Hai manusia, sembahlah Tuhan
kalian. (Al-Baqarah: 21) Ayat ini ditujukan kepada kedua golongan secara
keseluruhan, yaitu orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Dengan kata lain,
esakanlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum
kalian.
Hal yang sama dikatakan pula dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan makna firman-Nya: Karena itu, janganlah kalian mengadakan
sekulu-sekutu bagi Allah, padahal kalian mengetahui. (Al-Baqarah: 22)
Maksudnya, janganlah kalian mempersekutukan Allah dengan selain-Nya, yaitu
dengan tandingan-tandingan yang tidak dapat menimpakan mudarat dan tidak dapat
memberi manfaat, padahal kalian mengetahui bahwa tidak ada Tuhan yang memberi
rezeki kepada kalian selain Allah. Kalian telah mengetahui apa yang diserukan
oleh Muhammad kepada kalian —yaitu ajaran tauhid— adalah perkara yang hak yang
tiada keraguan di dalamnya. Demikian pula menurut Qatadah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Amr ibnu
Abu Asim, telah menceritakan kepada kami Amr, telah menceritakan kepada kami Abu
Dahhak ibnu Mukhallad alias Abu Asim, telah menceritakan kepada kami Syabib ibnu
Bisyr, telah menceritakan kepada kami Ikrimah, dari Ibnu Abbas, sehubungan
dengan firman-Nya, "Fala taj'alu lillahi andadan." Istilah andad
yaitu sama dengan mempersekutukan Allah, syirik itu lebih samar daripada
rangkakan semut di atas batu hitam yang licin di dalam kegelapan malam.
Contoh perbuatan syirik (atau mempersekutukan Allah) ialah ucapan seseorang,
"Demi Allah dan demi hidupmu, hai Fulan, dan demi hidupku." Juga ucapan,
"Seandainya tidak ada anjing, niscaya maling akan datang ke rumah kami tadi
malam," atau "Seandainya tidak ada angsa, niscaya maling memasuki rumah kami."
Demikian pula ucapan seseorang kepada temannya, "Ini adalah yang dikehendaki
oleh Allah dan yang dikehendaki olehmu." Juga ucapan, "Seandainya tidak ada
Allah dan si Fulan," semuanya itu merupakan perkataan yang menyebabkan
kemusyrikan.
Di dalam hadis disebutkan bahwa ada seorang lelaki berkata kepada Rasulullah
Saw., "Ini adalah yang dikehendaki Allah dan yang dikehendaki olehmu." Maka
beliau Saw. bersabda:
"أَجَعَلْتَنِي
لِلَّهِ نِدًّا"
Apakah kamu menjadikan diriku sebagai tandingan Allah?
Di dalam hadis lain disebutkan:
"نِعْمَ
الْقَوْمُ أَنْتُمْ، لَوْلَا أَنَّكُمْ تُنَدِّدُونَ، تَقُولُونَ: مَا شَاءَ
اللَّهُ، وَشَاءَ فُلَانٌ".
Sebaik-baik kaum adalah kalian jikalau kalian tidak melakukan tandingan
(terhadap Allah), (karena) kalian mengatakan, "Ini adalah yang dikehendaki oleh
Allah dan yang dikehendaki oleh si Fulan."
Abul Aliyah mengatakan, makna andadan dalam firman-Nya, "Fala
taj'alu lillahi andadan," ialah tandingan dan sekutu. Demikian dikatakan
oleh Ar-Rabi' ibnu Anas, Qatadah, As-Saddi, Abu Malik, dan Ismail ibnu Abu
Khalid.
Mujahid mengatakan bahwa makna firman-Nya, "Wa-antum
ta'-lamuna," ialah sedangkan kalian mengetahui bahwa Allah adalah Tuhan Yang
Maha Esa di dalam kitab Taurat dan kitab Injil.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا أَبُو خَلَفٍ مُوسَى بْنُ
خَلَفٍ، وَكَانَ يُعَد مِنَ البُدَلاء، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ،
عَنْ زَيْدِ بْنِ سَلَّامٍ، عَنْ جَدِّهِ مَمْطُورٍ، عَنِ الْحَارِثِ
الْأَشْعَرِيِّ، أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ، أَمَرَ يَحْيَى بْنَ زَكَرِيَّا، عَلَيْهِ
السَّلَامُ، بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ أَنْ يَعْمَلَ بِهِنَّ، وَأَنْ يَأْمُرَ بَنِي
إِسْرَائِيلَ أَنْ يَعْمَلُوا بِهِنَّ، وَكَانَ يُبْطِئُ بِهَا، فَقَالَ لَهُ
عِيسَى، عَلَيْهِ السَّلَامُ: إِنَّكَ قَدْ أُمِرْتَ بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ أَنْ
تَعْمَلَ بِهِنَّ وَتَأْمُرَ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنْ يَعْمَلُوا بِهِنَّ، فَإِمَّا
أَنْ تُبْلِغَهُنَّ، وَإِمَّا أَنْ أُبْلِغَهُنَّ. فَقَالَ: يَا أَخِي، إِنِّي
أَخْشَى إِنْ سَبَقْتَنِي أَنْ أُعَذَّبَ أَوْ يُخْسَفَ بِي". قَالَ: "فَجَمَعَ
يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّا بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ، حَتَّى
امْتَلَأَ الْمَسْجِدُ، فَقَعَدَ عَلَى الشَّرَفِ، فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى
عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ أَنْ أَعْمَلَ
بِهِنَّ، وَآمُرَكُمْ أَنْ تَعْمَلُوا بِهِنَّ، وَأَوَّلُهُنَّ: أَنْ تَعْبُدُوا
اللَّهَ لَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ مَثَل رَجُلٍ اشْتَرَى
عَبْدًا مِنْ خَالِصِ مَالِهِ بوَرِق أَوْ ذَهَبٍ، فَجَعَلَ يَعْمَلُ وَيُؤَدِّي
غَلَّتَهُ إِلَى غَيْرِ سَيِّدِهِ فَأَيُّكُمْ يَسُرُّهُ أَنْ يَكُونَ عَبْدُهُ
كَذَلِكَ؟ وَإِنَّ اللَّهَ خَلَقَكُمْ وَرَزَقَكُمْ فَاعْبُدُوهُ وَلَا تُشْرِكُوا
بِهِ شَيْئًا وَأَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ؛ فَإِنَّ اللَّهَ يَنْصِبُ وَجْهَهُ
لِوَجْهِ عَبْدِهِ مَا لَمْ يَلْتَفِتْ، فَإِذَا صَلَّيْتُمْ فَلَا تَلْتَفِتُوا.
وَأَمَرَكُمْ بِالصِّيَامِ، فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ مَعَهُ صُرَّةً
مِنْ مِسْكٍ فِي عِصَابَةٍ، كُلُّهُمْ يَجِدُ رِيحَ الْمِسْكِ. وَإِنَّ خُلُوفَ
فَمِ الصَّائِمِ عِنْدَ اللَّهِ أَطْيَبُ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ. وَأَمَرَكُمْ
بِالصَّدَقَةِ؛ فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ أَسَرَهُ الْعَدُوُّ،
فَشَدُّوا يَدَيْهِ إِلَى عُنُقِهِ، وَقَدَّمُوهُ لِيَضْرِبُوا عُنُقَهُ، فَقَالَ
لهم: هل لكم أن أفتدي
نَفْسِي
؟ فَجَعَلَ يَفْتَدِي نَفْسَهُ مِنْهُمْ بِالْقَلِيلِ وَالْكَثِيرِ حَتَّى فَكَّ
نَفْسَهُ. وَأَمَرَكُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ كَثِيرًا؛ وَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ
رَجُلٍ طَلَبَهُ الْعَدُوُّ سِراعا فِي أَثَرِهِ، فَأَتَى حِصْنًا حَصِينًا
فَتَحَصَّنَ فِيهِ، وَإِنَّ الْعَبْدَ أَحْصَنُ مَا يَكُونُ مِنَ الشَّيْطَانِ
إِذَا كَانَ فِي ذِكْرِ اللَّهِ".
قَالَ:
وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَأَنَا آمُرُكُمْ
بِخَمْسٍ اللَّهُ أَمَرَنِي بِهِنَّ: الْجَمَاعَةُ، وَالسَّمْعُ، وَالطَّاعَةُ،
وَالْهِجْرَةُ، وَالْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؛ فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ
الْجَمَاعَةِ قيدَ شِبْر فَقَدْ خَلَعَ رِبْقة الْإِسْلَامِ مِنْ عُنُقِهِ، إِلَّا
أَنْ يُرَاجِعَ وَمَنْ دَعَا بِدَعْوَى جَاهِلِيَّةٍ فَهُوَ مِنْ جِثِيِّ
جَهَنَّمَ". قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَإِنْ صَامَ وَصَلَّى ؟ فَقَالَ:
"وَإِنْ صَلَّى وَصَامَ وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌ؛ فَادْعُوا الْمُسْلِمِينَ
بِأَسْمَائِهِمْ عَلَى مَا سَمَّاهُمُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الْمُسْلِمِينَ
الْمُؤْمِنِينَ عِبَادَ اللَّهِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah
menceritakan kepada kami Abu Khalaf (yaitu Musa ibnu Khalaf, beliau termasuk
wali abdal), telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Kasir, dari Zaid ibnu
Salam, dari kakeknya (Mamtur), dari Al-Haris Al-Asy'ari, bahwa Nabi Saw. pernah
bersabda, "Sesungguhnya Allah Swt. memerintahkan kepada Yahya ibnu Zakaria
a.s. untuk mengamalkan lima kalimat dan memerintahkan kepada Bani Israil untuk
mengamalkannya. Akan tetapi, hampir saja Yahya a.s. terlambat mengamalkannya,
lalu Isa a.s. berkata kepadanya, 'Sesungguhnya kamu telah diperintahkan untuk
mengamalkan lima kalimat. Kamu pun memerintahkan kepada Bani Israil agar
mereka mengamalkannya. Apakah kamu yang menyampaikan, atau diriku yang
menyampaikannya?' Yahya menjawab, 'Hai Saudaraku, sesungguhnya aku merasa takut
jika kamu yang menyampaikannya, nanti aku akan diazab atau dikutuk.'
Kemudian Yahya ibnu Zakaria mengumpulkan kaum Bani Israil di Baitul Muqaddas
hingga masjid menjadi penuh oleh mereka. Yahya duduk di atas tempat yang tinggi,
lalu memuji dan menyanjung Allah Swt. Kemudian ia mengatakan, 'Sesungguhnya
Allah telah memerintahkan kepadaku untuk mengamalkan lima kalimat. Dia
memerintahkan pula kepada kalian agar mengamalkannya. Pertama, hendaklah kalian
menyembah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
Karena sesungguhnya perumpamaan orang yang mempersekutukan Allah itu seperti
keadaan seorang lelaki yang membeli seorang budak dengan uangnya sendiri secara
murni, baik uang perak ataupun uang emas. Lalu si budak bekerja dan memberikan
hasil penjualan jasanya itu kepada selain tuannya. Maka siapakah di antara
kalian yang suka diperlakukan seperti demikian? Sesungguhnya Allah-lah yang
menciptakan kalian dan yang memberi rezeki kalian. Maka sembahlah Dia oleh
kalian dan jangan kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Allah
memerintahkan kalian untuk mengerjakan salat, karena sesungguhnya Zat Allah
berada di hadapan hamba-Nya selagi si hamba (yang sedang salat itu) tidak
menoleh. Karena itu, apabila kalian sedang salat, janganlah kalian menoleh.
Allah telah memerintahkan kalian puasa, karena sesungguhnya perumpamaan puasa
itu seperti keadaan seorang lelaki yang membawa sebotol minyak kesturi berada di
tengah-tengah segolongan kaum, lalu mereka dapat mencium bau wangi minyak
kesturinya. Sesungguhnya bau mulut orang yang sedang puasa lebih wangi di sisi
Allah daripada minyak kesturi. Allah memerintahkan kalian untuk bersedekah,
karena sesungguhnya perurnpamaan sedekah itu seperti seorang laki-laki yang
ditawan musuh, dan mengikat kedua tangannya ke lehernya, lalu mengajukannya
untuk menjalani hukuman pancung. Kemudian lelaki itu berkata, 'Bolehkah aku
menebus diriku dari kalian?' Lalu lelaki itu menebus dirinya dengan semua
miliknya, baik yang bernilai murah maupun yang bernilai mahal, hingga dirinya
terbebas. Allah memerintahkan kalian untuk berzikir dengan banyak mengingat
Allah, karena sesungguhnya perurnpamaan hal ini seperti keadaan seorang lelaki
yang dikejar-kejar musuh yang memburunya dengan cepat dari belakang. Kemudian
lelaki itu sampai ke suatu benteng, lalu ia berlindung di dalam benteng itu
(dari kejaran musuhnya). Sesungguhnya tempat yang paling kuat bagi seorang hamba
untuk melindungi dirinya dari setan ialah bila ia selalu dalam keadaan berzikir
mengingat Allah'."
Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Dan aku
perintahkan kalian untuk mengerjakan lima perkara yang telah diperintahkan oleh
Allah kepadaku, yaitu (menetapi) jamaah (persatuan), tunduk dan taat (kepada
ulil amri), dan hijrah serta jihad di jalan Allah. Karena sesungguhnya barang
siapa yang keluar dari jamaah dalam jarak satu jengkal, berarti dia telah
rnenanggalkan ikalan Islam dari lehernya, kecuali jika ia bertobat. Barang siapa
yang memanggil dengan memakai seruan Jahiliyah. maka ia dimasukkan ke dalam
neraka Jahannam dalam keadaan berlutut. Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah,
sekalipun dia puasa dan salat?" Beliau Saw. menjawab, "Sekalipun dia salat
dan puasa, serta mengaku dirinya muslim. Maka panggillah orang-orang muslim
dengan nama-namanya sesuai dengan nama yang telah diberikan oleh Allah
buat mereka; orang-orang muslim dan orang-orang mukmin adalah hamba-hamba
Allah.
Hadis ini berpredikat hasan, sedangkan syahid (bukti) dari hadis ini yang
berkaitan dengan makna ayat yang sedang kita bahas ini ialah kalimat yang
mengatakan, "Dan sesungguhnya Allah telah menciptakan kalian dan memberi
kalian rezeki. Maka sembahlah Dia oleh kalian, dan janganlah kalian
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun."
Ayat yang sedang kita bahas menunjukkan bahwa hanya Allah semata yang berhak
disembah, tiada sekutu bagi-Nya. Kebanyakan ulama tafsir —seperti Ar-Razi dan
lain-lainnya— menyimpulkan dalil dari hadis ini adanya Tuhan Yang Maha Pencipta,
sama halnya dengan ayat yang sedang kita bahas secara lebih prioritas. Karena
sesungguhnya orang yang merenungkan semua keberadaan alam bagian bawah dan
bagian atas berikut berbagai ragam bentuk, warna, watak, manfaat (kegunaan), dan
peletakannya dalam posisi yang tepat, semua itu menunjukkan kekuasaan
Penciptanya, kebijaksanaan-Nya, pengetahuan-Nya serta keahlian-Nya, dan
kebesaran kekuasaan-Nya. Perihalnya sama dengan apa yang dikatakan oleh sebagian
orang Arab ketika ditanya, "Manakah bukti yang menunjukkan adanya Tuhan Yang
Maha Tinggi?" Maka dia menjawab, "Subhanallah (Mahasuci Allah), sesungguhnya
kotoran unta menunjukkan adanya unta, jejak kaki menunjukkan adanya orang yang
lewat. Langit yang memiliki bintang-bintang, bumi yang memiliki gunung-gunung
serta lautan yang memiliki ombak-ombak, bukankah semua itu menunjukkan adanya
Tuhan Yang Mahalembut lagi Maha Mengetahui?"
Ar-Razi meriwayatkan dari Imam Malik, bahwa Ar-Rasyid pernah bertanya
kepadanya mengenai masalah ini, lalu Imam Malik membuktikan dengan adanya
berbagai macam bahasa, suara, dan irama.
Disebutkan oleh Abu Hanifah bahwa ada sebagian orang Zindiq bertanya
kepadanya mengenai keberadaan Tuhan Yang Maha Pencipta. Maka Abu Hanifah berkata
kepada mereka, "Biarkanlah aku berpikir sejenak untuk mengingat suatu hal yang
pernah diceritakan kepadaku. Mereka menceritakan kepadaku bahwa ada sebuah
perahu di tengah laut yang berombak besar, di dalamnya terdapat berbagai macam
barang dagangan, sedangkan di dalam perahu itu tidak terdapat seorang pun yang
menjaganya dan tiada seorang pun yang mengendalikannya. Tetapi sekalipun
demikian perahu tersebut berangkat dan tiba berlayar dengan sendirinya, dapat
membelah ombak yang besar hingga selamat dari bahaya. Perahu itu dapat berlayar
dengan sendirinya tanpa ada seorang pun yang mengendalikannya." Mereka berkata,
"Ini adalah suatu hal yang tidak akan dikatakan oleh orang yang berakal." Maka
Abu Hanifah berkata, "Celakalah kamu, semua alam wujud berikut apa yang ada
padanya mulai dari alam bagian bawah dan bagian atas, semua yang terkandung di
dalamnya berupa berbagai macam benda yang teratur ini, apakah tidak ada
penciptanya?" Akhirnya kaum Zindiq itu terdiam dan mereka sadar, lalu kembali
kepada perkara yang hak dan semuanya masuk Islam di tengah Abu Hanifah.
Diriwayatkan dari Imam Syafii bahwa ia pernah ditanya mengenai keberadaan
Tuhan Yang Maha Pencipta, maka ia menjawab bahwa ini adalah daun at-tut
yang rasanya sama. Daun ini bila dimakan ulat sutera dapat menghasilkan benang
sutera; bila dimakan lebah, keluar darinya madu; bila dimakan kambing dan sapi
atau unta, menjadi kotoran yang tercampakkan (menjadi pupuk); dan bila dimakan
oleh kijang, maka keluar dari tubuh kijang itu bibit minyak kesturi, padahal
daunnya berasal dari satu jenis.
Diriwayatkan dari Imam Ahmad bahwa ia pernah ditanya mengenai masalah ini, ia
menjawab bahwa ada sebuah benteng yang kuat lagi licin, tidak mempunyai pintu
dan tidak mempunyai lubang. Bagian luarnya putih seperti perak, sedangkan bagian
dalamnya kuning mirip emas. Ketika benteng tersebut dalam keadaan demikian,
tiba-tiba temboknya terbelah dan keluarlah darinya seekor hewan yang dapat
mendengar dan melihat, bentuk dan suaranya lucu. Dia bermaksud menggambarkan
telur bila menetas.
Abu Nuwas pernah ditanya mengenai masalah ini. Ia berkata melalui
syair-syairnya, yaitu:
تَأَمَّلْ فِي نَبَاتِ الْأَرْضِ وَانْظُرْ ... إِلَى آثَارِ مَا صَنَعَ الْمَلِيكُ ...
عُيُونٌ مِنْ لُجَيْنٍ شَاخِصَاتٌ ...
بِأَحْدَاقٍ هِيَ الذَّهَبُ السَّبِيكُ ...
عَلَى قُضُبِ الزَّبَرْجَدِ شَاهِدَاتٌ ... بِأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ لَهُ شَرِيكُ ...
Renungkanlah kejadian tumbuh-tumbuhan
di bumi ini dan perhatikanlah hasil-hasil dari apa yang telah dibuat oleh Tuhan
Yang Mahakuasa. Air yang jernih bak perak memenuhi parit-parit yang bagaikan
emas cetakan mengairi lahan-lahan yang indah bagaikan batu permata zabarjad,
semuanya itu merupakan saksi yang membuktikan bahwa Allah tiada sekutu
bagi-Nya.
فَيَا عَجَبًا كَيْفَ يُعْصَى الْإِلَهُ ... أَمْ كَيْفَ يَجْحَدُهُ الْجَاحِدُ ...
وَفِي كُلِّ شَيْءٍ لَهُ آيَةً ...
تَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ وَاحِدُ ...
Alangkah anehnya, bagaimanakah
seseorang berbuat durhaka kepada Tuhan, dan bagaimanakah seseorang
mengingkari-Nya, padahal segala sesuatu merupakan pertanda baginya yang
menunjukkan bahwa Tuhan adalah Esa.
Ulama lainnya mengatakan, "Barang siapa yang merenungkan ketinggian langit
ini, keluasannya, dan semua yang ada padanya berupa bintang yang bercahaya —baik
yang kecil maupun yang besar— dan bintang-bintang yang beredar pada garis
edarnya serta yang tetap, niscaya semua itu memberikan kesimpulan kepadanya akan
adanya Tuhan Yang Maha Pencipta. Barang siapa yang menyaksikan bagaimana
bintang-bintang tersebut berputar pada dirinya sendiri setiap sehari semalam
sekali putaran dalam tata surya yang maha luas itu, sedangkan masing-masing
mempunyai garis edarnya sendiri; dan barang siapa yang memperhatikan lautan yang
meliputi daratan dari berbagai arah, gunung-gunung yang dipancangkan di bumi
agar stabil dan para penghuninya yang terdiri atas berbagai macam jenis dan
bentuk serta warnanya, niscaya menyimpulkan adanya Tuhan Yang Maha Pencipta,
sebagaimana yang dijelaskan di dalam firman-Nya:
{وَمِنَ
الْجِبَالِ جُدَدٌ بِيضٌ وَحُمْرٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهَا وَغَرَابِيبُ سُودٌ *
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالأنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ}
Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang
beraneka ragam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di
antara manusia, binatang-bina-tang melata dan binatang-binatang ternak ada yang
bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. (Fathir. 27-28)
Demikian pula sungai-sungai yang membelah dari suatu negeri ke negeri yang
lain, membawa banyak manfaat. Semua yang diciptakan di muka bumi berupa
bermacam-macam makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan yang berbeda-beda rasanya, dan
berbagai macam bunga yang beraneka ragam warnanya, padahal tanah dan airnya
sama; semua itu menunjukkan adanya Tuhan Yang Maha Pencipta dan kekuasaan serta
kebijaksanaan-Nya Yang Mahabesar. Juga menunjukkan rahmat-Nya kepada semua
makhluk-Nya, lemah lembut, kebajikan dan kebaikan-Nya kepada mereka; tiada Tuhan
selain Allah dan Tiada Rabb selain Dia, hanya kepada-Nyalah aku bertawakal dan
kembali. Ayat-ayat Al-Qur'an yang menunjukkan pengertian ini sangat
banyak.
Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Al-Baqoroh Ayat 21-22"
Posting Komentar