Al-Baqoroh 8-9
Minggu, 13 Mei 2018
Add Comment
{وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُمْ
بِمُؤْمِنِينَ (8) يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ
إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (9) }
Di antara manusia ada yang mengatakan, "Kami
beriman kepada Allah dan hari kemudian" padahal mereka itu sesungguhnya bukan
orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang
beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedangkan mereka tidak
sadar.
Nifaq atau munafik ialah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan kejahatan.
Sifat munafik itu bermacam-macam, ada yang berkaitan dengan akidah; jenis ini
menyebabkan pelakunya kelak di dalam neraka. Ada yang berkaitan dengan
perbuatan, jenis ini merupakan salah satu dari dosa besar, rinciannya akan
disebutkan pada bagian tersendiri, insya Allah. Menurut Ibnu Juraij, orang munafik ialah orang yang ucapannya bertentangan
dengan perbuatannya, keadaan batinnya bertentangan dengan sikap lahiriahnya,
bagian dalamnya bertentangan dengan bagian luarnya, dan penampilannya
bertentangan dengan kepribadiannya. Sesungguhnya sifat orang munafik diterangkan di dalam surat-surat Madaniyah,
karena di Mekah tidak ada sifat munafik, bahkan kebalikannya. Di antara
orang-orang dalam periode Mekah ada yang menampakkan kekufuran karena terpaksa,
padahal batinnya adalah orang mukmin tulen. Ketika Nabi Saw. hijrah ke Madinah,
padanya telah ada kaum Ansar yang terdiri atas kalangan kabilah Aus dan kabilah
Khazraj. Dahulu di masa Jahiliah, mereka termasuk penyembah berhala sebagaimana
kebiasaan kaum musyrik Arab. Di Madinah terdapat orang-orang Yahudi dari
kalangan ahli kitab yang memeluk agama menurut nenek moyang mereka.
Orang-orang Yahudi Madinah terdiri atas tiga kabilah, yaitu Bani Qainuqa'
(teman sepakta kabilah Khazraj), Bani Nadir, dan Bani Quraizah (teman sepakta
kabilah Aus).
Ketika Rasulullah Saw. tiba di Madinah dan orang-orang Ansar dari kalangan
kabilah Aus dan kabilah Khazraj telah masuk Islam, tetapi sedikit sekali dari
kalangan orang-orang Yahudi yang masuk Islam, bahkan hanya satu orang, yaitu
Abdullah ibnu Salam r.a. Pada saat itu (periode pertama Madinah) masih belum
terdapat nifaq, mengingat kaum muslim masih belum mempunyai kekuatan yang
berpengaruh, bahkan Nabi Saw. hidup rukun bersama orang-orang Yahudi dan
kabilah-kabilah Arab yang berada di sekitar kota Madinah, hingga terjadi Perang
Badar Besar, dan-Allah memenangkan kalimah-Nya dan memberikan kejayaan kepada
Islam serta para pemeluknya.
Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul adalah seorang pemimpin di Madinah, berasal
dari kabilah Khazraj. Dia adalah pemimpin kedua kabilah di masa Jahiliah, mereka
bertekad akan menjadikannya sebagai raja mereka. Kemudian datanglah kebaikan
(agama Islam) kepada mereka, dan mereka semua masuk Islam, menyibukkan dirinya
dengan urusan Islam, sedangkan Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul tetap pada
pendiriannya seraya memperhatikan perkembangannya Islam dan para pemeluknya.
Akan tetapi, ketika terjadi Perang Badar (dan kaum muslim beroleh kemenangan),
dia berkata, "Ini merupakan suatu perkara yang benar-benar telah mengarah
(kepada kekuasaan)." Akhirnya dia menampakkan lahiriahnya masuk Islam, dan
sikapnya ini diikuti oleh orang-orang yang mendukungnya, juga oleh orang lain
dari kalangan ahli kitab.
Sejak itulah muncul nifaq (kemunafikan) di kalangan sebagian penduduk Madinah
dan orang-orang Badui yang berada di sekitar kota Madinah. Adapun kaum
Muhajirin, tidak ada seorang munafik pun di kalangan mereka karena tiada seorang
pun yang berhijrah karena dipaksa, bahkan setiap Muhajirin berhijrah
meninggalkan harta benda dan anak-anaknya karena mengharapkan pahala di sisi
Allah kelak di hari kemudian.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu
Muhammad, dari Ikrimah atau Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
firman-Nya: Di antara manusia ada yang mengatakan, "Kami beriman kepada Allah
dan hari kemudian" padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman. (Al-Baqarah: 8) Yang dimaksud adalah orang-orang munafik dari
kalangan kabilah Aus dan kabilah Khazraj serta orang-orang yang mengikuti
mereka. Hal yang sama ditafsirkan oleh Abul Aliyah, Al-Hasan, Qatadah, dan
As-Saddi, yaitu "mereka adalah orang-orang munafik dari kabilah Aus dan kabilah
Khazraj".
Melalui ayat ini Allah memperingatkan kaum mukmin agar jangan terbujuk oleh
lahiriah sikap mereka, yaitu dengan menerangkan sifat-sifat dan ciri khas
orang-orang munafik, karena hal tersebut akan mengakibatkan timbulnya kerusakan
yang luas sebagai akibat tidak bersikap waspada terhadap mereka; dan sebagai
akibat meyakini keimanan mereka, padahal kenyataannya mereka adalah orang-orang
kafir.
Hal ini merupakan larangan besar, yaitu menduga baik pada orang-orang yang
ahli dalam kemaksiatan. Untuk itulah Allah Swt. berfirman: Di antara manusia
ada yang mengatakan, "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," padahal
mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. (Al-Baqarah: 8) Dengan kata lain, mereka katakan hal tersebut hanya dengan lisannya saja,
padahal di balik itu tiada satu iman pun yang terdapat di hati mereka,
sebagaimana yang dijelaskan di dalam firman-Nya:
إِذا
جاءَكَ الْمُنافِقُونَ قالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ
يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ
Apabila orang-orang munqfik datang kepadamu, mereka berkata, "Kami
mengakui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah." Dan Allah mengetahui
bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya. (Al-Munafiqun: 1)
Dengan kata lain, sesungguhnya mereka mengatakan demikian bila datang
kepadamu saja, padahal kenyataannya tidak demikian. Karena itu, mereka
mengukuhkan kesaksiannya dengan inna dan lam taukid pada khabar-nya. Mereka
mengukuhkan perkataannya pula, seperti yang disitir oleh firman-Nya, "Mereka
mengatakan, 'Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian'," padahal kenyataannya
tidaklah demikian. Allah mendustakan kesaksian dan kalimat berita mereka, yang
hal ini berkaitan dengan akidah mereka, yaitu melalui firman-Nya:
وَاللَّهُ
يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنافِقِينَ لَكاذِبُونَ
{وَمَا
هُمْ بِمُؤْمِنِينَ}
Firman Allah Swt. mengatakan, "Yukhadi unallaha wal lazina amanu"
mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman karena mereka hanya
menampakkan keimanannya pada lahiriahnya saja, sedangkan batin mereka memendam
kekufuran. Karena kebodohan mereka sendiri, mereka menduga bahwa diri mereka
menipu Allah Swt. dengan sikap tersebut, dan hal tersebut menghasilkan manfaat
di sisi-Nya, dapat mengelabui Allah Swt. sebagaimana mereka dapat mengecoh
sebagian kalangan kaum mukmin, seperti yang dinyatakan di dalam firman-Nya:
يَوْمَ
يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعاً فَيَحْلِفُونَ لَهُ كَما يَحْلِفُونَ لَكُمْ
وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ عَلى شَيْءٍ أَلا إِنَّهُمْ هُمُ
الْكاذِبُونَ
(Ingatlah) hari (ketika) mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu mereka
bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan orang musyrik) sebagaimana mereka
bersumpah kepada kalian; dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan
memperoleh suatu (manfaat). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang
pendusta. (Al-Mujadilah: 18)
Karena itulah Allah membantah apa yang mereka yakinkan itu melalui
firman-Nya:
وَما
يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَما يَشْعُرُونَ
Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedangkan mereka tidak
menyadari. (Al-Baqarah: 9)
Dengan kata lain, mereka tidak mengelabui melalui perbuatannya yang demikian
itu; tidak pula menipu, melainkan hanya diri mereka sendiri, sedangkan diri
mereka tidak merasakan hal itu, sebagaimana yang disebutkan dalam firman
lainnya:
إِنَّ
الْمُنافِقِينَ يُخادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خادِعُهُمْ
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas
tipuan mereka. (An-Nisa: 142)
Di antara ahli qiraah ada yang membaca wama yakhda'una illa an-fusahum
menjadi wama yukhadi' una illa anfusahum yang artinya "tiada lain
diplomasi yang mereka lakukan itu melainkan terhadap diri mereka sendiri". Akan
tetapi, kedua Qira’ah tersebut mempunyai makna yang sama.
Ibnu Jarir mengatakan, jika ada seseorang mengatakan mengapa orang yang
munafik kepada Allah dan kepada kaum mukmin dapat dikatakan sebagai seorang
penipu, sedangkan orang yang munafik itu tidak sekali-kali mengatakan apa yang
bertentangan dengan batinnya hanyalah karena taqiyyah semata? Sebagai jawabannya
dapat dikatakan bahwa orang-orang Arab menamakan ucapan yang bertentangan dengan
hati sebagai sikap taqiyyah untuk menyelamatkan diri dari hal yang ditakutkan
dengan nama mukhadi'. Demikian pula halnya dengan orang munafik, dia dinamakan
mukhadi' (orang yang menipu) Allah dan orang-orang mukmin dengan mengucapkan
kata-kata yang dapat menyelamatkan dirinya dari pembunuhan, penahanan, dan
siksaan yang segera, padahal di balik penampilan luarnya dia memendam kebencian.
Yang demikian itu adalah salah satu dari sikap orang munafik; sekalipun dia
menipu orang-orang mukmin dalam kehidupan di dunia ini, tetapi dia dengan
perbuatannya itu sama saja menipu dirinya sendiri. Dikatakan demikian karena
perbuatan yang ditampakkannya itu menurutnya dapat memberikan apa yang
dicita-citakannya dan kebahagiaan, padahal kenyataannya justru merupakan sumber
kejatuhannya dan berakibat siksaan di hari kemudian serta murka Allah dan
azab-Nya yang amat pedih tiada bandingannya. Tipuan yang ia lancarkan tersebut
diduganya sebagai perbuatan yang baik buat dirinya, padahal sesungguhnya dia
berbuat jahat terhadap dirinya sendiri bagi kehidupannya di akhirat nanti,
sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya, "Tiadalah yang mereka tipu
muslihatkan melainkan diri mereka sendiri, sedangkan mereka tidak
merasakannya."
Ayat ini merupakan pemberitahuan dari Allah kepada hamba-hamba-Nya yang
beriman, bahwa orang-orang munafik telah mencelakakan dirinya sendiri karena
perbuatan mereka membuat Tuhan murka, yaitu kekufuran, keraguan, dan kedustaan
yang mereka lakukan tanpa mereka rasakan dan tanpa mereka ketahui hingga membuat
mereka buta dan menetapi perbuatannya itu. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Mubarak
dalam suratnya yang ditujukan kepadaku, bahwa telah menceritakan kepadanya Zaid
ibnul Mubarak, telah menceritakan kepadanya Muhammad ibnu Saur, dari Ibnu
Juraij, sehubungan dengan firman-Nya: Mereka hendak menipu Allah.
(Al-Baqarah: 9) Makna yang dimaksud ialah bahwa mereka menampakkan kalimat
tauhid dengan tujuan agar darah dan harta benda selamat, padahal di dalam hati
mereka terdapat hal yang bertentangan dengan kalimat tauhid itu.
Sa'id telah mengatakan dari Qatadah sehubungan dengan firman-Nya: Di
antara manusia ada yang mengatakan, "Kami beriman kepa-da Allah dan hari
kemudian," padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya
menipu dirinya sendiri, sedangkan mereka tidak menyadari. (Al-Baqarah: 8-9)
Bahwa ciri khas orang munafik pada umumnya ialah berakhlak rendah, percaya
dengan lisan tetapi ingkar dengan hati, dan berbeda dengan perbuatan serta sepak
terjangnya; di pagi hari berada dalam satu keadaan, sedangkan di petang harinya
dalam keadaan lain; begitu pula kebalikannya, di petang hari dalam satu sikap,
sedangkan di pagi harinya bersikap lain; ia terombang-ambing bagaikan perahu
yang ditiup angin kencang dan hanya bersikap mengikuti arah angin.
Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Al-Baqoroh 8-9"
Posting Komentar