Pengertian Kalimat Ar-Rahman dan Ar-Rahim
Sabtu, 12 Mei 2018
Add Comment
القول في تأويل الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
keduanya merupakan isim yang berakar dari bentuk masdar Ar-Rahman dengan
maksud mubalagah; lafaz Ar-Rahman lebih balig (kuat) daripada lafaz Ar-Rahim. Di
dalam ungkapan Ibnu Jarir terkandung pengertian yang menunjukkan adanya riwayat
yang menyatakan kesepakatan ulama atas hal ini. Di dalam kitab tafsir sebagian
ulama Salaf terdapat keterangan yang menunjukkan kepada pengertian tersebut,
seperti yang telah disebutkan di dalam asar mengenai kisah Nabi Isa a.s.
Disebutkan bahwa dia pernah mengatakan, "Ar-Rahman artinya Yang Maha Pemurah di
dunia dan di akhirat, sedangkan Ar-Rahim artinya Yang Maha Penyayang di
akhirat." Sebagian di antara mereka (ulama) ada yang menduga bahwa lafaz ini tidak
ber-musytaq; karena seandainya ber-musytaq, niscaya tidak dihubungkan dengan
sebutan subyek yang dibelaskasihani, dan Allah telah berfirman:
وَكانَ
بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيماً
Ibnul Anbari di dalam kitab Az-Zahir meriwayatkan dari Al-Mubarrad, bahwa
ar-rahman adalah nama ibrani, bukan nama Arab. Dan Abu Ishaq Az-Zujaji di dalam
kitab Ma'ani Al-Qur'an. bahwa Ahmad bin Yahya mengatakan, Ar-Rahim adalah nama
Arab, dan Ar-Rahman nama Ibrani. Karena itu, di antara keduanya digabungkan. Abu
Ishaq mengatakan, pendapat ini tidak disukai. Al-Qurtubi mengatakan bahwa dalil yang menunjukkan bahwa lafaz ar-rahman
mempunyai asal kata yaitu sebuah hadis yang diketengahkan oleh Imam Turmuzi dan
dinilai sahih olehnya melalui Abdur Rahman ibnu Auf r.a. yang menceritakan bahwa
dia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
«قَالَ
اللَّهُ تَعَالَى: أَنَا الرَّحْمَنُ خَلَقْتُ الرَّحِمَ وَشَقَقْتُ لَهَا اسْمًا
مِنَ اسْمِي فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَهَا
قَطَعْتُهُ»
Allah Swt. berfirman, "Akulah Ar-Rahman (Yang Maha Pemurah), Aku telah
menciptakan rahim dan Aku belahkan salah satu nama-Ku buatnya. Maka barang siapa
yang menghubungkannya, niscaya Aku berhubungan (dekat) dengannya; dan barang
siapa yang memutuskannya, niscaya Aku putus (jauh) darinya.
Al-Qurtubi mengatakan bahwa nas hadis ini mengandung isytiqaq (pengasalan
kata), maka tidak ada maknanya untuk diperselisihkan dan dipertentangkan. Adapun
orang-orang Arab ingkar terhadap nama Ar-Rahman karena kebodohan mereka terhadap
Allah dan apa-apa yang diwajibkannya.
Selanjutnya Al-Qurtubi mengatakan bahwa menurut pendapat lain lafaz ar-rahman
dan ar-rahim mempunyai makna yang sama; perihalnya sama dengan lafaz nadmana dan
nadim, menurut Abu Ubaid. Menurut pendapat yang lainnya lagi, sebuah isim yang
ber-wazan fa'lana tidak sama dengan yang ber-wazan fa'ilun, karena wazan
fa'-lana hanya dilakukan untuk tujuan mubalagah fi'il, yang dimaksud misalnya
seperti ucapanmu rajulun gadbanu ditujukan kepada seorang lelaki yang pemarah.
Sedangkan wazan fa'ilun adakalanya menunjukkan makna fa'il dan adakalanya
menunjukkan makna maful.
{وَكَانَ
بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا}
Ibnu Abbas mengatakan bahwa keduanya merupakan isim yang menunjukkan makna
lemah lembut, sedangkan salah satu di antaranya lebih lembut daripada yang
lainnya, yakni lebih kuat makna rahmat-nya daripada yang lain. Kemudian diriwayatkan dari Al-Khattabi dan lain-lainnya bahwa mereka merasa
kesulitan dalam mengartikan sifat ini, dan mereka mengatakan barangkali makna
yang dimaksud ialah lembut, sebagaimana pengertian yang terkandung di dalam
sebuah hadis, yaitu:
«إِنَّ
اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ ويعطي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى
الْعُنْفِ»
Sesungguhnya Allah Mahalembut, Dia mencintai sikap lembut dalam semua
perkara, dan Dia memberi kepada sikap yang lembut pahala yang tidak pernah Dia
berikan kepada sikap yang kasar.
Ibnul Mubarak mengatakan makna ar-rahman ialah "bila diminta memberi",
sedangkan makna ar-rahim ialah "bila tidak diminta marah", sebagaimana
pengertian dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Imam Ibnu
Majah melalui hadis Abu Saleh Al-Farisi Al-Khauzi, dari Abu Hurairah r.a. yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«مَنْ
لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عليه»
Barang siapa yang tidak pernah meminta kepada Allah, niscaya Allah murka
terhadapnya.
Salah seorang penyair mengatakan:
اللَّهُ
يَغْضَبُ إِنْ تَرَكْتَ سُؤَالَهُ ... وَبُنَيُّ
آدَمَ حين يسأل يغضب
Allah murka bila kamu tidak meminta
kepada-Nya, sedangkan Bani Adam bila diminta pasti marah.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami As-Sirri ibnu Yahya At-Tamimi, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Zufar yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Al-Azrami berkata sehubungan dengan makna ar-rahmanir rahim, "Ar-Rahman artinya Maha Pemurah kepada semua makhluk (baik yang kafir ataupun yang mukmin), sedangkan Ar-Rahim Maha Penyayang kepada kaum mukmin." Mereka (para ulama ahli tafsir) mengatakan, mengingat hal tersebut dinyatakan di dalam firman-Nya:
ثُمَّ
اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
Di dalam firman lainnya disebutkan pula:
الرَّحْمنُ
عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوى
Allah menyebut nama Ar-Rahman untuk diri-Nya dalam peristiwa ini agar semua makhluk memperoleh kemurahan rahmat-Nya. Dalam ayat lain Allah Swt. telah berfirman:
{وَكَانَ
بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا}
Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang beriman. (Al-Ahzab:
43)
Maka Dia mengkhususkan nama Ar-Rahim untuk mereka. Mereka mengatakan, hal ini
menunjukkan bahwa lafaz ar-rahman mempunyai pengertian mubalagah dalam kasih
sayang, mengingat kasih sayang bersifat umum —baik di dunia maupun di akhirat—
bagi semua makhluk-Nya. Sedangkan lafaz ar-rahim dikhususkan bagi hamba-Nya yang
beriman. Akan tetapi, memang di dalam sebuah doa yang ma'sur disebut "Yang Maha
Pemurah di dunia dan di akhirat, Yang Maha Penyayang di dunia dan di
akhirat". Nama Ar-Rahman hanya khusus bagi Allah Swt. semata, tiada selain-Nya yang
berhak menyandang nama ini, sebagaimana dinyata-kan di dalam firman-Nya:
قُلِ
ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْماءُ
الْحُسْنى
Dalam ayat lainnya lagi Allah Swt. telah berfirman:
وَسْئَلْ
مَنْ أَرْسَلْنا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنا أَجَعَلْنا مِنْ دُونِ الرَّحْمنِ
آلِهَةً يُعْبَدُونَ
Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu,
"Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha
Pemurah!" (Az-Zukhruf: 45)
Ketika Musailamah Al-Kazzab (si pendusta) melancarkan provokasi-nya, dia
menamakan dirinya dengan julukan "Rahmanul Yamamah". Maka Allah mendustakannya
dan membuatnya terkenal dengan julukan Al-Kazzab (si pendusta); tidak
sekali-kali ia disebut melainkan dengan panggilan Musailamah Al-Kazzab, sehingga
dia dijadikan sebagai peribahasa dalam hal kedustaan di kalangan penduduk
perkotaan dan penduduk perkampungan serta kalangan orang-orang Badui yang
bertempat tinggal di Padang Sahara.
Sebagian ulama menduga bahwa lafaz ar-rahim lebih balig dari-pada lafaz
ar-rahman, karena lafaz ar-rahim dipakai sebagai kata penguat sifat, sedangkan
suatu lafaz yang berfungsi sebagai taukid (penguat) tiada lain kecuali lafaz
yang bermakna lebih kuat daripada lafaz yang dikukuhkan. Sebagai bantahannya
dapat dikatakan bahwa dalam masalah ini subyeknya bukan termasuk ke dalam Bab
"Taukid", melainkan Bab "Na'at" (Sifat); dan apa yang mereka sebutkan tentangnya
tidak wajib diakui. Berdasarkan ketentuan ini, maka lafaz ar-rahman tidak layak
disandang selain Allah Swt. Karena Dialah yang pertama kali menamakan diri-Nya
Ar-Rahman hingga selain-Nya tidak boleh menyandang sifat ini. sebagaimana yang
telah dijelaskan di dalam firman-Nya: Katakanlah,
{قُلِ
ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الأسْمَاءُ
الْحُسْنَى}
"Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu
seru, Dia mempunyai asma-ul husna (nama-nama yang terbaik)." (Al-Isra:
110) Sesungguhnya Musailamah Al-Kazzab dari Yamamah secara kurang ajar berani
menamakan dirinya dengan sebutan "Ar-Rahman" hanya karena dia sesat, dan tiada
yang mau mengikutinya kecuali hanya orang-orang sesat seperti dia.
Adapun lafaz ar-rahim, maka Allah Swt. menyifati selain diri-Nya dengan
sebutan ini, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
لَقَدْ
جاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ
عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُفٌ رَحِيمٌ
Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rasul dari 'kaum kalian
sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keimanan
dan keselamatan) bagi kalian, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap
orang-orang mukmin. (At-Taubah: 128)
Sebagaimana Dia pun menyifatkan selain-Nya dengan sebagian dari
asma-asma-Nya. seperti yang dinyatakan di dalam firman-Nya:
إِنَّا
خَلَقْنَا الْإِنْسانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْناهُ سَمِيعاً
بَصِيراً
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang
bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena
itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (Al-Insan: 2)
Dapat disimpulkan bahwa sebagian dari asma-asma Allah ada yang dapat
disandang oleh selain-Nya dan ada yang tidak boleh dijadikan nama selain-Nya,
seperti lafaz Allah, Ar-Rahman, Ar-Raziq, dan Al-Khaliq serta lain-lainnya yang
sejenis. Karena itulah dimulai dengan sebutan nama Allah, kemudian disifati
dengan ar-rahman karena lafaz ini lebih khusus dan lebih makrifat daripada lafaz
ar-rahim. Karena penyebutan nama pertama harus dilakukan dengan nama paling
mulia, maka dalam urutannya diprioritaskan yang lebih khusus.
Jika ditanyakan, "Bila lafaz ar-rahman lebih kuat mubalagah-nya, mengapa
lafaz ar-rahim juga disebut, padahal sudah cukup dengan menyebut ar-rahman
saja?" Telah diriwayatkan dari Ata Al-Khurrasani yang maknanya sebagai berikut:
Mengingat ada yang menamakan dirinya dengan sebutan ar-rahman selain Dia, maka
didatangkanlah lafaz ar-rahim untuk membantah dugaan yang tidak benar itu,
karena sesungguhnya tiada seorang pun yang berhak disifati dengan julukan
ar-rahmanir rahim kecuali hanya Allah semata. Demikian yang diriwayatkan oleh
lbnu Jarir, dari Ata, selanjutnya Ibnu Jarirlah yang mengulasnya. Tetapi sebagian dari kalangan mereka ada yang menduga bahwa orang-orang Arab
pada mulanya tidak mengenal kata ar-rahman sebelum Allah memperkenalkan diri-Nya
dengan sebutan itu melalui firman-Nya:
{قُلِ
ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الأسْمَاءُ
الْحُسْنَى}
Karena itulah orang-orang kafir Quraisy di saat Perjanjian Hudaibiyyah
dilaksanakan —yaitu ketika Rasulullah Saw. bersabda, "Bolehkah aku menulis (pada
permulaan perjanjian) kata bismillahir rahmanir rahim (dengan nama Allah Yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)?"— mereka mengatakan, "Kami tidak mengenal
ar-rahman, tidak pula ar-rahim." Demikian menurut riwayat Imam Bukhari.
Sedangkan menurut riwayat lain, jawaban mereka adalah, "Kami tidak mengenal
ar-rahman kecuali Rahman dari Yamamah" (maksudnya Musailamah Al-Kazzab).
Allah Swt. telah berfirman:
وَإِذا
قِيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا لِلرَّحْمنِ قالُوا وَمَا الرَّحْمنُ أَنَسْجُدُ لِما
تَأْمُرُنا وَزادَهُمْ نُفُوراً
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Sujudlah kalian kepada Yang Maha
Rahman (Pemurah)," mereka menjawab, "Siapakah Yang Maha Penyayang ihi? Apakah
kami akan sujud kepada Tuhan Yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya)?",
dan (perintah sujud iru) menambah mereka jauh (dari iman). (Al-Furqan:
60)
Menurut pengertian lahiriahnya ingkar yang mereka lakukan itu hanya merupakan
sikap membangkang, ingkar, dan kekerasan hati mereka dalam kekufuran. Karena
sesungguhnya telah ditemukan pada syair-syair Jahiliah mereka penyebutan Allah
dengan istilah Ar-Rahman. Ibnu Jarir menyebutkan bahwa ada seseorang Jahiliah
yang bodoh mengatakan syair berikut:
أَلَا
ضَرَبَتْ تِلْكَ الْفَتَاةُ هَجِينَهَا ... أَلَا
قَضَبَ الرَّحْمَنُ رَبِّي يَمِينَهَا
Mengapa gadis itu tidak memukul (menghardik) untanya, bukankah tongkat rahman Rabbku berada
di tangan kanannya?
عجلتم
علينا إذ عجلنا عَلَيْكُمُ ... وَمَا يَشَأِ
الرَّحْمَنُ يَعْقِدُ وَيُطْلِقِ
Kalian terlalu tergesa-gesa terhadap
kami di saat kami tergesa-gesa terhadap kalian, padahal Tuhan Yang Maha Pemurah
tidak menghendaki adanya akad. lalu talak (putus hubungan).
Ibnu Jarir mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah
menceritakan kepada kami Usman ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Bisyr
ibnu Imarah, telah menceritakan kepada kami Abu Rauq, dari Dahhak, dari Abdullah
ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ar-rahman adalah wazan fa'lana dari lafaz
ar-rahmah, dan ia termasuk kata-kata Arab. Ibnu Jarir mengatakan, ar-rahmanir rahim artinya "Yang Maha Lemah Lembut lagi
Maha Penyayang kepada orang yang Dia suka merahmatinya, dan jauh lagi keras
terhadap orang yang Dia suka berlaku keras terhadapnya". Demikian pula semua
asma-Nya, yakni mempunyai makna yang sama.
Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Basysyar, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Mas'adah, dari Auf, dari
Al-Hasan yang mengatakan bahwa ar-rahman adalah isim yang dilarang bagi selain
Dia menyandangnya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Yahya
ibnu Sa'id Al-Qattan, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah
menceritakan kepadaku Abul Asyhab, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa ar-rahman
adalah isim yang tiada seorang manusia pun mampu menyandangnya; Allah menamakan
diri-Nya dengan isim ini. Di dalam hadis Ummu Salamah disebutkan bahwa Rasulullah Saw. memutus-mutuskan
bacaannya dari suatu kalimat ke kalimat lain seperti berikut:
بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعالَمِينَ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi
Allah, Tuhan semesta alam.
Maka sebagian dari kalangan ulama ada yang membacanya seperti bacaan di atas;
mereka terdiri atas sejumlah ulama. Di antara mereka ada yang. meneruskan bacaan
basmalah dengan firman-Nya:
الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ
Menurut jumhur ulama, huruf mim dibaca kasrah hingga menjadi ar-rahimil hamdu, karena ada dua huruf sukun bertemu. Akan tetapi, Imam Kisai' meriwayatkan dari ulama Kufah dari sebagian orang-orang Arab, bahwa huruf mim dibaca fathah karena disambungkan dengan hamzah alhamdu. Mereka mengucapkannya ar-rahimal hamdu lillahi, memindahkan harakat fathah hamzah al-hamdu kepada huruf mim ar-rahim setelah disukunkan, sebagaimana dibaca demikian firman Allah Swt.
الم
اللَّهُ لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ
Ibnu Atiyyah mengatakan bahwa sepengetahuannya qiraah ini belum pernah ia dengar dari seorang pun.
Tafsir Ibnu katsir
0 Response to "Pengertian Kalimat Ar-Rahman dan Ar-Rahim"
Posting Komentar