Pendapat Ulama Salaf Tentang Alhamdulilah
Sabtu, 12 Mei 2018
Add Comment
ذِكْرُ أَقْوَالِ السَّلَفِ فِي الْحَمْدِ
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayah-ku, telah
menceritakan kepada kami Abu Ma'mar Al-Qutai'i. telah menceritakan kepada kami
Hafs ibnu Hajjaj, dari Ibnu Abu Mulai-kah, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan
bahwa Khalifah Umar r.a. pernah berkata, "Kami telah mengetahui makna
subhanallah dan la ilaha illallah, lalu apakah makna alhamdulillah?" Ali k.w.
menjawab, "Ia merupakan suatu kalimah yang diridai oleh Allah untuk diri-Nya."
Asar yang sama diriwayatkan pula oleh selain Abu Ma'mar, dari Hafs,
disebutkan bahwa Khalifah Umar bertanya kepada Ali, sedangkan teman-teman Umar
berada di hadapannya, "La ilaha illal-lah. subhanallah, dan Allahu akbar telah
kami ketahui maknanya. Apakah yang dimaksud dengan alhamdulillah? Ali k.w.
menjawab, "Ia adalah suatu kalimah yang disukai oleh Allah Swt. buat diri-Nya,
diridai buat diri-Nya, dan suka bila diucapkan." Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an menceritakan dari Yusuf ibnu Mihran yang
menceritakan bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan, "Alhamdu lillah adalah kalimat
syukur. Apabila seorang hamba mengucapkan, "Segala puji bagi Allah.' maka Allah
Swt. berfirman. 'Hamba-Ku telah bersyukur kepada-Ku'." Asar ini diriwayatkan
oleh Ibnu Abu Hatim. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan pula bersama Ibnu Jarir, dari hadits Bisyir ibnu
Imarah. dari Abu Rauq. dari Dahhak, dari Ibnu Abbas yang mengatkan bahwa
alhamdulillah sama dengan asy-syukru lillah yakni berterima kasih kepada-Nya dan
mengakui segala nik'mat-Nya. hidayah-Nya, penciptaan-Nya, dan lain-lainnya.
Ka'b Al-Ahbar mengatakan, alhamdulillah adalah pujian kepada Allah. Ad-Dahhak
mengatakan, alhamdulillah merupakan selendang (sifat) Tuhan Yang Maha Pemurah;
di dalam sebuah hadis disebutkan hal yang semisal.
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ عَمْرٍو السَّكوني، حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ
بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنِي عِيسَى بْنُ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ مُوسَى بْنِ أَبِي
حَبِيبٍ، عَنِ الْحَكَمِ بْنِ عُمَيْرٍ، وَكَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ قَالَ: قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا قُلْتَ:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَقَدْ شَكَرْتَ اللَّهَ،
فَزَادَكَ"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Amr
As-Sukuni, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid, telah
menceritakan kepadaku Isa ibnu Ibrahim, dari Musa ibnu Abu Habib, dari Al-Hakam
ibnu Umair yang dianggap sebagai sahabat. Dia menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Apabila kamu ucapkan, "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta
alam," berarti engkau telah bersyukur kepada Allah, dan Dia niscaya akan
menambahkan (nikmat-Nya) kepadamu.
Imam Ahmad ibnu Hambal mengatakan:
حَدَّثَنَا
رُوحٌ، حَدَّثَنَا عَوْفٌ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنِ الْأَسْوَدِ بْنِ سَرِيعٍ، قَالَ:
قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَلَا أُنْشِدُكَ مَحَامِدَ حَمِدْتُ بِهَا رَبِّي،
تَبَارَكَ وَتَعَالَى؟ فَقَالَ: "أَمَا إِنَّ رَبَّكَ يُحِبُّ
الْحَمْدَ"
telah menceritakan kepada kami Rauh, telah menceritakan kepada kami Auf, dari
Al-Hasan, dari Al-Aswad ibnu Sari' yang menceritakan, "Aku pernah bertanya,
'Wahai Rasulullah, maukah engkau bila aku bacakan kepadamu pujian-pujian yang
biasa kupanjatkan kepada Rabbku Yang Mahasuci dan Maha Tinggi.' Nabi Saw.
menjawab, 'Ingatlah, sesungguhnya Tuhan-mu menyukai alhamdu
(pujian)'."
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Nasai, dari Ali ibnu Hujr, dari Ibnu
Ulayyah, dari Yunus ibnu Ubaid, dari Al-Hasan, dari Al-Aswad dari Sari' dengan
lafaz yang sama.
Abu Isa Al-Hafiz (yaitu Imam Turmuzi) Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah
meriwayatkan melalui hadis Musa ibnu Ibrahim ibnu Kasir, dari Talhah ibnu
Khirasy, dari Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda:
«أَفْضَلُ
الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ
لِلَّهِ»
Zikir yang paling afdal (utama) ialah, "Tidak ada Tuhan selain Allah," dan
doa paling afdal ialah, "Segala puji bagi Allah."
Imam Turmuzi mengatakan bahwa predikat hadis ini hasan garib.
Ibnu Majah meriwayatkan melalui Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«مَا
أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَى عَبْدٍ نِعْمَةً فقال: الحمد الله إِلَّا كَانَ الَّذِي
أَعْطَى أَفْضَلَ مِمَّا أَخَذَ»
Tidak sekali-kali Allah memberikan suatu nikmat kepada seorang hamba, lalu
si hamba mengucapkan, 'Segala puji bagi Allah,' melainkan apa yang diberikan
oleh Allah (pahala) lebih afdal daripada apa yang diterimanya.
Al-Qurtubi di dalam kitab Tafsir-nya. dan di dalam kitab Nawadirid
Usul telah meriwayatkan melalui Anas r.a., dari Nabi Saw., bahwa Nabi Saw.
pernah bersabda:
«لَوْ
أَنَّ الدُّنْيَا بِحَذَافِيرِهَا فِي يَدِ رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي ثُمَّ قَالَ
الْحَمْدُ لله كان الْحَمْدُ لِلَّهِ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ»
Seandainya dunia berikut semua isinya berada di tangan seorang lelaki dari
kalangan umatku, kemudian dia mengucapkan, "Segala puji bagi Allah," niscaya
kalimat alhamdulillah (yang telah dia ucapkan itu) jauh lebih afdal
daripada hal itu (dunia dan seisinya).
Al-Qurtubi dan lain-lainnya mengatakan bahwa makna yang dimaksud dari hadis
ini ialah "ilham yang diberikan oleh Allah kepadanya untuk mengucapkan kalimah
'segala puji bagi Allah' benar-benar lebih banyak mengandung nikmat baginya
daripada semua nikmat dunia". Dikatakan demikian karena pahala memuji Allah
bersifat kekal, sedangkan nikmat dunia pasti lenyap dan tidak akan kekal. Allah
SWT telah berfirman:
الْمالُ
وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَياةِ الدُّنْيا وَالْباقِياتُ الصَّالِحاتُ خَيْرٌ
عِنْدَ رَبِّكَ ثَواباً وَخَيْرٌ أَمَلًا
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan
yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih
baik untuk menjadi harapan. (Al-Kahfi: 46)
Di dalam kitab Sunan Ibnu Majah disebutkan melalui Ibnu Umar bahwa Rasulullah
Saw. pernah bercerita kepada mereka (para sahabat):
"أَنَّ
عَبْدًا مِنْ عِبَادِ اللَّهِ قَالَ: يَا رَبِّ، لَكَ الْحَمْدُ كما
ينبغي لِجَلَالِ
وَجْهِكَ وَعَظِيمِ سُلْطَانِكَ، فَعَضَلَتْ بِالْمَلَكَيْنِ فَلَمْ يَدْرِيَا
كَيْفَ يَكْتُبَانِهَا، فَصَعَدَا إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَا يَا رَبِّ، إِنَّ
عَبْدًا قَدْ قَالَ مَقَالَةً لَا نَدْرِي كَيْفَ نَكْتُبُهَا، قَالَ اللَّهُ
-وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَا قَالَ عَبْدُهُ-: مَاذَا قَالَ عَبْدِي؟ قَالَا يَا رَبِّ
إِنَّهُ قَدْ قَالَ: يَا رَبِّ لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ
وَعَظِيمِ سُلْطَانِكَ. فَقَالَ اللَّهُ لَهُمَا: اكْتُبَاهَا كَمَا قَالَ عَبْدِي
حَتَّى يَلْقَانِي فَأَجْزِيَهُ بِهَا"
Bahwa ada seorang hamba Allah mengucapkan doa, "Wahai Tuhanku, bagi Engkau
segala puji sebagaimana yang layak bagi keagungan zat-Mu dan kebesaran
kekuasaan-Mu." Maka kedua malaikatnya merasa kesulitan, keduanya tidak
mengetahui bagaimana mencatat (pahala)nya, lalu keduanya naik melapor kepada
Allah dan berkata, "Wahai Tuhan kami, sesungguhnya ada seorang hamba mengucapkan
suatu kalimat (doa) yang kami tidak mengetahui bagaimana mencatatnya.”Allah Swt.
berfirman —Dia Maha Mengetahui apa yang diucapkan oleh hamba-Nya itu—, "Apakah
yang telah diucapkan oleh hamba-Ku itu?" Keduanya menjawab, "Wahai Tuhanku,
sesungguhnya dia telah mengatakan, 'Bagi Engkau segala puji, wahai Tuhanku,
sebagaimana yang layak bagi keagungan zat-Mu dan kebesaran kekuasaan-Mu." Lalu
Allah berfirman kepada kedua malaikat itu, "Catatlah olehmu berdua seperti apa
yang diucapkan oleh hamba-Ku hingga dia bersua dengan-Ku, maka Aku akan membalas
pahalanya secara langsung."
Al-Qurtubi menceritakan dari segolongan ulama yang pernah mengatakan bahwa
ucapan seorang hamba, "Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam," adalah lebih
afdal daripada ucapannya, "Tidak ada Tuhan selain Allah", mengingat kalimat
alhamdulillahi rabbil 'ala-mina mengandung makna tauhid bersama pujian. Sedangkan ulama lain mengatakan bahwa ucapan, "Tidak ada Tuhan selain Allah,"
adalah lebih afdal. mengingat kalimat inilah yang memisahkan antara iman dan
kekafiran, karena kalimat ini pula manusia diperangi hingga mereka mau
mengucapkan, "Tidak ada Tuhan selain Allah," seperti yang telah disebutkan di
dalam sebuah hadis yang muttafaq 'alaih. Di dalam hadis lain dinyatakan:
«أَفْضَلُ
مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ»
Doa yang paling utama diucapkan olehku dan oleh para nabi sebelumku ialah,
"Tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya."
Dalam pembahasan yang lalu disebutkan sebuah hadis melalui Jabir secara
marfu':
«أَفْضَلُ
الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ
لِلَّهِ»
Zikir yang paling utama ialah, "Tidak ada Tuhan selain Allah," dan doa
yang paling utama ialah, "Segala puji bagi Allah."
Hadis ini dinilai hasan oleh Imam Turmuzi.
Huruf alif dan lam dalam lafaz alhamdu menunjukkan makna yang mencakup segala
macam pujian dan semua jenisnya hanya milik Allah Swt., sebagaimana yang telah
dinyatakan di dalam sebuah hadis:
"اللَّهُمَّ
لَكَ الْحَمْدُ كُلُّهُ، وَلَكَ الْمُلْكُ كُلُّهُ، وَبِيَدِكَ الْخَيْرُ كُلُّهُ،
وَإِلَيْكَ يَرْجِعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ"
Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Pendapat Ulama Salaf Tentang Alhamdulilah"
Posting Komentar