Pondok Pesantren
Sabtu, 19 Mei 2018
Add Comment
Islam masuk ke Indonesia secara sistematis baru pada abad ke – 14,
berpapasan dengan suatu kebudayaan besar yang telah mencipatakan suatu sistem
politik, nilai-nilai estetika, dan kehidupan sosial yang sangat maju, yang
dikembangan oleh kerajaan Hindu – Budha di Jawa yang telah sanggup menanamkan
akar yang sangat kuat ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Bahkan bila
dibandingkan dengan Islam India, Islam Indonesia demikian lemah tak berakar dan
bersifat sementara.
Islam-Islam di Jawa pada masa penjajahan Belanda terlepas sama
sekali dari sumbernya tanpa memiliki lembaga-lembaga pendidikan sebagai syarat
pengembangannya. Akhirnya perlahan-lahan Islam mulai menampakkan wajahnya,
dengan adanya perkumpulan-perkumpulan yang mengajarkan akar keagamaan Islam.
Tapi zaman dahulu masih bermodal kesederhaan, asalkan ada tekad dan kemauan
yang kuat pengajaran dilakukan dimana saja, di rumah kyai sebagai guru agama
ataupun di masjid-masjid yang biasa menjadi tempat berkumpulan mereka.
Pengajaran pun belum terjadwal, apa yang harus dipelajari tergantung apa yang
diberikan kyai pada saat itu.
1.
Pengelompokan Pondok Pesantren
Secara garis besar lembaga-lembaga pesantren dikelompokkan dalam
dua kelompok besar, yaitu :
a.
Pesantren Salafi
Mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik (kuning) sebagai
inti pengajaran dan pendidikan Islam di dalam pesantren. Sistem pengajaran
menggunakan sistem ”sorongan” dan ”bandongan”
demikian pula Bahasa Jawa dipakai sebagai bahasa penerjemah. Biasanya
jenis pesantren ini disebut sebagai pesantren tradisional.
b.
Pesantren Khalafi
Pesantren ini sudah bisa dibilang pesantren modern, karena telah
memasukkan pelajaran – pelajaran umum. Bahkan dewasa ini muncul tipe – tipe
sekolah umum di dalam pesantren, diantaranya :
1)
Tipe A : Pesantren yang sangat sederhana, masih terdiri dari masjid
dan kyai.
2)
Tipe B : Sudah memiliki pondok untuk tempat tinggal para santri.
3) Tipe C : sistem pengajaran menerapkan sistem klasikal yang juga
diterapkan pada sekolah madrasah – madrasah pada umumnya.
2.
Jenis Pondok Pesantren
Jenis – jenis pesantren diklasifikasikan berdasarkan kurikulum, dan
sistem pengajaran.
a.
Berdasarkan Kurikulum
Berdasarkan kurikulum pesantren biasanya terbagi atas 2 jenis
pesantren, yaitu pesantren tradisional dan pesantren modern.
1)
Pesantren Tradisional
Pada pesantren ini pengajaran pendidikan menggunakan sistem
pengajaran non–klasikal. Selain itu dasar utama yang diterapkan adalah
penguasaan Al-Quran yang dilanjutkan dengan memperdalam bahasa Arab sebagai
alat untuk memperdalam buku–buku tentang fiqh (hukum Islam), usul fiqh (
pengetahuan tentang sumber – sumber dan sistem jurisprudensi Islam ), hadis (
sastra Arab ), tafsir tauhid ( teologi Islam ), tarikh ( sejarah Islam ),
tasawuf dan akhlaq ( etika Islam ).
2)
Pesantren Modern
Pada pesantren ini pengajaran pendidikan menggunakan sistem
pengajaran klasikal. Selain mendapat ilmu – ilmu dasar juga memperoleh
pengajaran ilmu – ilmu umum. Bahkan ada sejumlah pesantren yang lebih
mengutamakan pelajaran ilmu – ilmu umum dari pada ilmu – ilmu dasar. Biasanya
jenis pesantren seperti ini hanya menganggap ilmu – ilmu dasar sebagai ilmu
pelengkap saja.
b.
Berdasarkan Sistem Pengajaran
Berdasarkan sistem pengajaran maka terbagi menjadi sistem
pengajaran menggunakan sistem non – klasikal dan sistem klasikal.
1)
Sistem non – klasikal
Dalam sistem ini pemberian pelajarannya dilakukan dengan 2 cara,
yaitu dengan sistem sorongan dan bandongan / weton, maksudnya :
a)
Dalam sistem sorongan (dalam bahasa Jawa biasanya disebut sorog
yaitu menyodorkan) para santri menghadap
guru atau kyai secara perorangan dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya.
b)
Dalam sistem bandongan / weton (dalam bahasa Jawa biasanya disebut
weton yaitu waktu) para santri berkumpul mengelilingi guru atau kyai untuk
memperoleh pengajaran yang diberikan oleh kyai tersebut. Kegiatan ini dilakukan
pada waktu – waktu tertentu yaitu sebelum dan sesudah sholat fardhu atau sholat
wajib.
2)
Sistem klasikal
Dalam sistem ini pemberian pelajaran dengan sistem non – klasikal
mulai ditinggalkan. Pada sistem ini mulai ada perubahan dengan menerapkan ilmu
– ilmu umum, ilmu ketrampilan serta sudah terjadi pembagian kelas, pembatasan
pemberian pengajaran dan kenaikan tingkat. Pada sistem ini administrasi juga
sudah mengalami perbaikan. Semua kegiatan yang dilakukan berdasarkan ketentuan
– ketentuan pemerintah. Tetapi pengajaran Islam tetap menjadi pokok pendidikan.
3.
Model Kelembagaan Pondok Pesantren
Dalam mendidik
dan membina santrinya, secara garis besar, model kelembagaan pondok pesantren
dapat dikategorikan ke dalam dua kategori sebagai berikut :
a. Integrated
Structural
Maksudnya
adalah semua unit atau bidang yang ada dalam pondok pesantren, merupakan bagian
tak terpisahkan dengan pondok pesantren itu sendiri. Artinya, semua unit atau
bidang dengan berbagai ragam spesifikasi, berada dalam suatu struktur
organisasi. Model seperti ini sebenarnya tidak terlalu bermasalah seandainya
masing-masing unit atau bidang memiliki job description yang jelas,
termasuk hak dan kewenangannya. Sebaliknya, apabila hal ini tidak dijumpai
sementara kendali organisasi hanya berpusat kepada satu orang, maka dapat
dipastikan bahwa sistem keorganisasian dan kelembagaan tidak bisa berjalan
dengan baik. Inilah problem klasik yang biasanya banyak dijumpai di pondok
pesantren, dengan istilah yang sering didengar, “semua harus mendapat restu
sang Kyai”. Maka dapat dipastikan bahwa sistem keorganisasian dan kelembagaan
tidak begitu berjalan dan aspirasi para guru untuk pengembangan ekonomi kadang
terhambat di puncak pimpinan. Meski demikian, tidak semua pondok pesantren bisa
digeneralisasikan seperti itu. Apabila sang Kyai berfigur demokratis, maka
otoritarianisme kelembagaan dapat dihindarkan.
b.
Integrated Non-Structural
Maksudnya
adalah unit atau bidang usaha yang dikembangkan pondok pesantren terpisah
secara struktural organisatoris. Artinya, setiap bidang usaha mempunyai
struktur tersendiri yang independen. Meski demikian, secara emosional dan
ideologis tetap menyatu dengan pondok pesantren. Pemisahan lembaga ini
dimaksudkan sebagai upaya kemandirian lembaga, baik dalam pengelolaan atau
pengembangannya. Model kelembagaan seperti ini biasanya mengadopsi sistem
manajemen modern.
Dilihat dari
dua model kelembagaan yang telah disebutkan di atas, maka Pondok Pesantren
Wirausaha Lantabur dapat dikategorikan sebagai pondok pesantren yang menerapkan
model Integrated non-Structural, di mana setiap bidang usaha mempunyai
struktur tersendiri yang independen. Pembelajaran di Pondok Pesantren Wirausaha
Lantabur juga diharapkan membantu meningkatkan jiwa entrepreneur para
santri, yaitu mengajari santri dengan keterampilan-keterampilan yang bermanfaat
untuk bekal mereka dalam berwirausaha.
0 Response to "Pondok Pesantren"
Posting Komentar