Pondok Pesantren



Islam masuk ke Indonesia secara sistematis baru pada abad ke – 14, berpapasan dengan suatu kebudayaan besar yang telah mencipatakan suatu sistem politik, nilai-nilai estetika, dan kehidupan sosial yang sangat maju, yang dikembangan oleh kerajaan Hindu – Budha di Jawa yang telah sanggup menanamkan akar yang sangat kuat ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Bahkan bila dibandingkan dengan Islam India, Islam Indonesia demikian lemah tak berakar dan bersifat sementara.
Islam-Islam di Jawa pada masa penjajahan Belanda terlepas sama sekali dari sumbernya tanpa memiliki lembaga-lembaga pendidikan sebagai syarat pengembangannya. Akhirnya perlahan-lahan Islam mulai menampakkan wajahnya, dengan adanya perkumpulan-perkumpulan yang mengajarkan akar keagamaan Islam. Tapi zaman dahulu masih bermodal kesederhaan, asalkan ada tekad dan kemauan yang kuat pengajaran dilakukan dimana saja, di rumah kyai sebagai guru agama ataupun di masjid-masjid yang biasa menjadi tempat berkumpulan mereka. Pengajaran pun belum terjadwal, apa yang harus dipelajari tergantung apa yang diberikan kyai pada saat itu.

1.    Pengelompokan Pondok Pesantren
Secara garis besar lembaga-lembaga pesantren dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu :

a.    Pesantren Salafi
Mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik (kuning) sebagai inti pengajaran dan pendidikan Islam di dalam pesantren. Sistem pengajaran menggunakan sistem ”sorongan” dan ”bandongan”  demikian pula Bahasa Jawa dipakai sebagai bahasa penerjemah. Biasanya jenis pesantren ini disebut sebagai pesantren tradisional.

b.    Pesantren Khalafi
Pesantren ini sudah bisa dibilang pesantren modern, karena telah memasukkan pelajaran – pelajaran umum. Bahkan dewasa ini muncul tipe – tipe sekolah umum di dalam pesantren, diantaranya :
1)   Tipe A : Pesantren yang sangat sederhana, masih terdiri dari masjid dan kyai.
2)   Tipe B : Sudah memiliki pondok untuk tempat tinggal para santri.
3) Tipe C : sistem pengajaran menerapkan sistem klasikal yang juga diterapkan pada sekolah madrasah – madrasah pada umumnya.

2.    Jenis Pondok Pesantren
Jenis – jenis pesantren diklasifikasikan berdasarkan kurikulum, dan sistem pengajaran.

a.    Berdasarkan Kurikulum
Berdasarkan kurikulum pesantren biasanya terbagi atas 2 jenis pesantren, yaitu pesantren tradisional dan pesantren modern.

1)        Pesantren Tradisional
Pada pesantren ini pengajaran pendidikan menggunakan sistem pengajaran non–klasikal. Selain itu dasar utama yang diterapkan adalah penguasaan Al-Quran yang dilanjutkan dengan memperdalam bahasa Arab sebagai alat untuk memperdalam buku–buku tentang fiqh (hukum Islam), usul fiqh ( pengetahuan tentang sumber – sumber dan sistem jurisprudensi Islam ), hadis ( sastra Arab ), tafsir tauhid ( teologi Islam ), tarikh ( sejarah Islam ), tasawuf dan akhlaq ( etika Islam ).

2)   Pesantren Modern
Pada pesantren ini pengajaran pendidikan menggunakan sistem pengajaran klasikal. Selain mendapat ilmu – ilmu dasar juga memperoleh pengajaran ilmu – ilmu umum. Bahkan ada sejumlah pesantren yang lebih mengutamakan pelajaran ilmu – ilmu umum dari pada ilmu – ilmu dasar. Biasanya jenis pesantren seperti ini hanya menganggap ilmu – ilmu dasar sebagai ilmu pelengkap saja.

b.    Berdasarkan Sistem Pengajaran
Berdasarkan sistem pengajaran maka terbagi menjadi sistem pengajaran menggunakan sistem non – klasikal dan sistem klasikal.
1)   Sistem non – klasikal
Dalam sistem ini pemberian pelajarannya dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sistem sorongan dan bandongan / weton, maksudnya :
a)        Dalam sistem sorongan (dalam bahasa Jawa biasanya disebut sorog yaitu  menyodorkan) para santri menghadap guru atau kyai secara perorangan dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya.
b)        Dalam sistem bandongan / weton (dalam bahasa Jawa biasanya disebut weton yaitu waktu) para santri berkumpul mengelilingi guru atau kyai untuk memperoleh pengajaran yang diberikan oleh kyai tersebut. Kegiatan ini dilakukan pada waktu – waktu tertentu yaitu sebelum dan sesudah sholat fardhu atau sholat wajib.
2)        Sistem klasikal
Dalam sistem ini pemberian pelajaran dengan sistem non – klasikal mulai ditinggalkan. Pada sistem ini mulai ada perubahan dengan menerapkan ilmu – ilmu umum, ilmu ketrampilan serta sudah terjadi pembagian kelas, pembatasan pemberian pengajaran dan kenaikan tingkat. Pada sistem ini administrasi juga sudah mengalami perbaikan. Semua kegiatan yang dilakukan berdasarkan ketentuan – ketentuan pemerintah. Tetapi pengajaran Islam tetap menjadi pokok pendidikan.

3.    Model Kelembagaan Pondok Pesantren
Dalam mendidik dan membina santrinya, secara garis besar, model kelembagaan pondok pesantren dapat dikategorikan ke dalam dua kategori sebagai berikut :

a.    Integrated Structural
Maksudnya adalah semua unit atau bidang yang ada dalam pondok pesantren, merupakan bagian tak terpisahkan dengan pondok pesantren itu sendiri. Artinya, semua unit atau bidang dengan berbagai ragam spesifikasi, berada dalam suatu struktur organisasi. Model seperti ini sebenarnya tidak terlalu bermasalah seandainya masing-masing unit atau bidang memiliki job description yang jelas, termasuk hak dan kewenangannya. Sebaliknya, apabila hal ini tidak dijumpai sementara kendali organisasi hanya berpusat kepada satu orang, maka dapat dipastikan bahwa sistem keorganisasian dan kelembagaan tidak bisa berjalan dengan baik. Inilah problem klasik yang biasanya banyak dijumpai di pondok pesantren, dengan istilah yang sering didengar, “semua harus mendapat restu sang Kyai”. Maka dapat dipastikan bahwa sistem keorganisasian dan kelembagaan tidak begitu berjalan dan aspirasi para guru untuk pengembangan ekonomi kadang terhambat di puncak pimpinan. Meski demikian, tidak semua pondok pesantren bisa digeneralisasikan seperti itu. Apabila sang Kyai berfigur demokratis, maka otoritarianisme kelembagaan dapat dihindarkan.

b.    Integrated Non-Structural
Maksudnya adalah unit atau bidang usaha yang dikembangkan pondok pesantren terpisah secara struktural organisatoris. Artinya, setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang independen. Meski demikian, secara emosional dan ideologis tetap menyatu dengan pondok pesantren. Pemisahan lembaga ini dimaksudkan sebagai upaya kemandirian lembaga, baik dalam pengelolaan atau pengembangannya. Model kelembagaan seperti ini biasanya mengadopsi sistem manajemen modern.
Dilihat dari dua model kelembagaan yang telah disebutkan di atas, maka Pondok Pesantren Wirausaha Lantabur dapat dikategorikan sebagai pondok pesantren yang menerapkan model Integrated non-Structural, di mana setiap bidang usaha mempunyai struktur tersendiri yang independen. Pembelajaran di Pondok Pesantren Wirausaha Lantabur juga diharapkan membantu meningkatkan jiwa entrepreneur para santri, yaitu mengajari santri dengan keterampilan-keterampilan yang bermanfaat untuk bekal mereka dalam berwirausaha.

0 Response to "Pondok Pesantren"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

pasang