Peran Pesantren dalam Pemberdayaan
Sabtu, 19 Mei 2018
Add Comment
Sejak berdiri pada abad ke
– 14 Masehi, pesantren memiliki fungsi sebagai lembaga dakwah, lembaga
pendidikan dan pengkaderan ulama serta pusat perjuangan ummat dalam melawan
penjajah, maka pada tahun 1980-an, melalui Pusat Pengembangan Pesantren dan
Masyarakat (P3M), dunia pesantren memperoleh tambahan fungsi baru, yaitu
sebagai pusat pemberdayaan masyarakat. Maka banyak pesantren yang dijadikan
sebagai uji coba untuk program pemberdayaan masyarakat. Kita kenal beberapa
pesantren, misal Pesantren Darul Falah Bogor, Pesantren Pabelan Magelang,
Pesantren Kajen Pati, Pesantren Langitan Tuban, Pesantren An-Nuqayah Madura dan
sebagainya yang dijadikan sebagai pusat pemberdayaan masyarakat. Hiruk pikuk
pemberdayaan masyarakat kemudian menjadi luar biasa di dunia pesantren.
Kemudian di era 2000-an,
pesantren memperoleh tambahan fungsi baru lagi yaitu sebagai pusat pengembangan
ekonomi kerakyatan. Maka muncullah pesantren dengan ciri khasnya mengembangkan koperasi,
seperti Pesantren Sidogiri. Hal ini menandai bahwa dunia pesantren sesungguhnya
tidak sepi dari inovasi yang terus menerus dilakukan. Dan hal ini juga
menandakan bahwa dunia pesantren memiliki respon yang sangat tinggi terhadap
perubahan zaman. Jadi, sesungguhnya pesantren adalah lembaga sosial dan
pendidikan yang dapat menjadi pilar pemberdayaan masyarakat. Secara garis
besar, peran strategis pondok pesantren dalam ekonomi syariah ada dua; Pertama,
peran pengembangan keilmuan dan sosialisasi ekonomi syariah ke masyarakat.
Hal ini karena pesantren diakui sebagai lembaga pengkaderan ulama dan da’i yang
legitimed di masyarakat. Ulama produk pesantren sangat berpotensi
menjadi ulama ekonomi Islam yang sangat diperlukan sebagai Dewan Pengawas
Syari’ah (DPS) bagi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang berfungsi mengawasi dan
menjaga aktivitas dan program LKS tersebut sesuai dengan syariah. Disamping itu
mereka juga dapat berperan sebagai corong sosialiasi ekonomi syariah di
masyarakat, karena mereka adalah panutan dan suara mereka lebih didengar dari
pada ulama dan da’i produk lembaga non pesantren. Kelebihan lainnya, mereka
lebih menguasai fiqih muamalah, sehingga memiliki kemampuan untuk menjelaskan
ekonomi syariah kepada masyarakat dengan lebih baik.
Kedua adalah peran
mewujudkan laboratorium praktek riil teori ekonomi syariah dalam aktivitas
ekonomi. Peran ini juga sangat strategis, mengingat masyarakat melihat
pesantren sebagai contoh dan teladan dalam aktivitas sehari-hari. Jika
pesantren mengembangkan potensinya dalam ekonomi syariah dan berhasil tentu hal
itu akan diikuti masyarakat. InsyaAllah mereka ramai-ramai melakukan migrasi
dari sistem ekonomi kapitalis menuju ekonomi yang terbebas dari riba, maysir,
gharar, riswah, dhalim, jual beli barang haram dan berbagai bentuk
kemaksiatan lainnya. Sebaliknya, jika pesantren pasif dan apatis tentu
berpengaruh kepada masyarakat, apalagi jika mereka masih berinteraksi dengan
ekonomi konvensional.
Pemberdayaan yang
dilakukan oleh pesantren terhadap santrinya yaitu pemberdayaan melalui
peningkatkan kompetensi ekonomi para santri agar nantinya para santri tersebut
setelah berada kembali di lingkungan masyarakatnya dapat menjadi panutan baik
dalam bidang ekonomi produktif atau sebagai kader-kader pemberdaya ekonomi, di
samping peran utamanya sebagai ustadz/ustadzah yang mempunyai kemampuan dalam
bidang ilmu agama Islam. Usaha pemberdayaan masyarakat tersebut, bukan hanya
tugas dan kewajiban pemerintah semata. Akan tetapi juga menjadi tanggung jawab
bagi institusi-institusi atau organisasi lokal (pondok pesantren) yang ada di
masyarakat. Hal ini dapat dijelaskan bahwa secara mendasar dan substantif,
organisasi lokal memiliki kegiatan internal dan eksternal. Kegiatan internal
berupa konsolidasi dan koordinasi ke dalam dengan membangun solidaritas dan
komitmen. Sedang kegiatan eksternal berupa usaha-usaha pemberdayaan dan
pelayanan kepada masyarakat.
Pesantren juga terkenal mampu memainkan peran dalam
pembangunan. Menurut Afan Gaffar sebagaimana dikutip Sulthon Masyhud dan
Khusnurdilo, terdapat tiga jenis peranan yang dapat dimainkan oleh pesantren,
yaitu :
1. Mendukung dan memberdayakan masyarakat pada tingkat
“grass roots” yang sangat esensial dalam rangka
menciptakan pembangunan yang berkelanjutan.
2. Meningkatkan politik secara meluas, melalui
jaringan, kerjasama, baik dalam suatu negara maupun dengan lembaga-lembaga
internasional lainnya.
3.
Ikut mengambil bagian dalam menentukan arah dan
agenda pembangunan.
1.
Tahap-tahap dalam Pemberdayaan
Proses pemberdayaan pada intinya adalah ditujukan guna membantu
klien yang memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan
yang akan dilakukan yang terkait dengan kemampuan diri mereka, termasuk
mengurangi hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan kegiatan. Hal ini dilakukan
melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya
masyarakat miliki antara lain, melalui daya dari lingkungannya sendiri.
Adapun tiga tahapan dalam pemberdayaan yaitu :
a.
Pemberdayaan pada mitra ruhaniyah
Degradasi moral atas pergeseran nilai masyarakat Islam saat ini
sangat mengguncang masyarakat Islam. Kepribadian kaum muslimin terurama
generasi muda begitu gampang terbawa arus kebudayaan negatif barat, hal ini
juga diperparah dengan gagalnya pendidikan agama. Untuk keluar dari masalah ini
masyarakat Islam harus berjuang keras mendisain kurikulum yang benar-benar
berorientasi pada pemberdayaan total ruhaniyah Islamiyah yang tidak
bertentangan dengan perjuangan kebenaran ilmiyah dan kemodernan.
b.
Pemberdayaan intelektual
Umat Islam yang berada di Indonesia bahkan dimanapun sudah jauh
tertinggal dalam kemajuan dan penguasaan teknologi. Untuk itu diperukan
berbagai upaya pemberdayaan intelektual sebagai perjuangan besar.
c.
Pemberdayaan ekonomi
Masalah kemiskinan menjadi demikian identik dengan masyarakat
Islam. Dan pemecahannya merupakan tanggung jawab umat Islam sendiri. Situasi
ekonomi masyarakat Islam Indonesia bukan untuk diratapi melainkan untuk dicari
jalan keluarnya. Untuk keluar dari himpitan ekonomi ini diperlukan perjuangan
besar dan gigih dari setiap komponen umat, bahwa seorang manusia harus mampu
menguasai life skill atau keahlian hidup.
0 Response to "Peran Pesantren dalam Pemberdayaan"
Posting Komentar