Peran Pesantren dalam Pemberdayaan



Sejak berdiri pada abad ke – 14 Masehi, pesantren memiliki fungsi sebagai lembaga dakwah, lembaga pendidikan dan pengkaderan ulama serta pusat perjuangan ummat dalam melawan penjajah, maka pada tahun 1980-an, melalui Pusat Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), dunia pesantren memperoleh tambahan fungsi baru, yaitu sebagai pusat pemberdayaan masyarakat. Maka banyak pesantren yang dijadikan sebagai uji coba untuk program pemberdayaan masyarakat. Kita kenal beberapa pesantren, misal Pesantren Darul Falah Bogor, Pesantren Pabelan Magelang, Pesantren Kajen Pati, Pesantren Langitan Tuban, Pesantren An-Nuqayah Madura dan sebagainya yang dijadikan sebagai pusat pemberdayaan masyarakat. Hiruk pikuk pemberdayaan masyarakat kemudian menjadi luar biasa di dunia pesantren.

Kemudian di era 2000-an, pesantren memperoleh tambahan fungsi baru lagi yaitu sebagai pusat pengembangan ekonomi kerakyatan. Maka muncullah pesantren dengan ciri khasnya mengembangkan koperasi, seperti Pesantren Sidogiri. Hal ini menandai bahwa dunia pesantren sesungguhnya tidak sepi dari inovasi yang terus menerus dilakukan. Dan hal ini juga menandakan bahwa dunia pesantren memiliki respon yang sangat tinggi terhadap perubahan zaman. Jadi, sesungguhnya pesantren adalah lembaga sosial dan pendidikan yang dapat menjadi pilar pemberdayaan masyarakat. Secara garis besar, peran strategis pondok pesantren dalam ekonomi syariah ada dua; Pertama, peran pengembangan keilmuan dan sosialisasi ekonomi syariah ke masyarakat. Hal ini karena pesantren diakui sebagai lembaga pengkaderan ulama dan da’i yang legitimed di masyarakat. Ulama produk pesantren sangat berpotensi menjadi ulama ekonomi Islam yang sangat diperlukan sebagai Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) bagi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang berfungsi mengawasi dan menjaga aktivitas dan program LKS tersebut sesuai dengan syariah. Disamping itu mereka juga dapat berperan sebagai corong sosialiasi ekonomi syariah di masyarakat, karena mereka adalah panutan dan suara mereka lebih didengar dari pada ulama dan da’i produk lembaga non pesantren. Kelebihan lainnya, mereka lebih menguasai fiqih muamalah, sehingga memiliki kemampuan untuk menjelaskan ekonomi syariah kepada masyarakat dengan lebih baik.

Kedua adalah peran mewujudkan laboratorium praktek riil teori ekonomi syariah dalam aktivitas ekonomi. Peran ini juga sangat strategis, mengingat masyarakat melihat pesantren sebagai contoh dan teladan dalam aktivitas sehari-hari. Jika pesantren mengembangkan potensinya dalam ekonomi syariah dan berhasil tentu hal itu akan diikuti masyarakat. InsyaAllah mereka ramai-ramai melakukan migrasi dari sistem ekonomi kapitalis menuju ekonomi yang terbebas dari riba, maysir, gharar, riswah, dhalim, jual beli barang haram dan berbagai bentuk kemaksiatan lainnya. Sebaliknya, jika pesantren pasif dan apatis tentu berpengaruh kepada masyarakat, apalagi jika mereka masih berinteraksi dengan ekonomi konvensional.

Pemberdayaan yang dilakukan oleh pesantren terhadap santrinya yaitu pemberdayaan melalui peningkatkan kompetensi ekonomi para santri agar nantinya para santri tersebut setelah berada kembali di lingkungan masyarakatnya dapat menjadi panutan baik dalam bidang ekonomi produktif atau sebagai kader-kader pemberdaya ekonomi, di samping peran utamanya sebagai ustadz/ustadzah yang mempunyai kemampuan dalam bidang ilmu agama Islam. Usaha pemberdayaan masyarakat tersebut, bukan hanya tugas dan kewajiban pemerintah semata. Akan tetapi juga menjadi tanggung jawab bagi institusi-institusi atau organisasi lokal (pondok pesantren) yang ada di masyarakat. Hal ini dapat dijelaskan bahwa secara mendasar dan substantif, organisasi lokal memiliki kegiatan internal dan eksternal. Kegiatan internal berupa konsolidasi dan koordinasi ke dalam dengan membangun solidaritas dan komitmen. Sedang kegiatan eksternal berupa usaha-usaha pemberdayaan dan pelayanan kepada masyarakat.

Pesantren juga terkenal mampu memainkan peran dalam pembangunan. Menurut Afan Gaffar sebagaimana dikutip Sulthon Masyhud dan Khusnurdilo, terdapat tiga jenis peranan yang dapat dimainkan oleh pesantren, yaitu :

1.  Mendukung dan memberdayakan masyarakat pada tingkat “grass roots” yang sangat esensial dalam rangka menciptakan pembangunan yang berkelanjutan.
2.  Meningkatkan politik secara meluas, melalui jaringan, kerjasama, baik dalam suatu negara maupun dengan lembaga-lembaga internasional lainnya.
3.    Ikut mengambil bagian dalam menentukan arah dan agenda pembangunan.

1.    Tahap-tahap dalam Pemberdayaan
Proses pemberdayaan pada intinya adalah ditujukan guna membantu klien yang memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan yang terkait dengan kemampuan diri mereka, termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan kegiatan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya masyarakat miliki antara lain, melalui daya dari lingkungannya sendiri.
Adapun tiga tahapan dalam pemberdayaan yaitu :

a.    Pemberdayaan pada mitra ruhaniyah
Degradasi moral atas pergeseran nilai masyarakat Islam saat ini sangat mengguncang masyarakat Islam. Kepribadian kaum muslimin terurama generasi muda begitu gampang terbawa arus kebudayaan negatif barat, hal ini juga diperparah dengan gagalnya pendidikan agama. Untuk keluar dari masalah ini masyarakat Islam harus berjuang keras mendisain kurikulum yang benar-benar berorientasi pada pemberdayaan total ruhaniyah Islamiyah yang tidak bertentangan dengan perjuangan kebenaran ilmiyah dan kemodernan.

b.    Pemberdayaan intelektual
Umat Islam yang berada di Indonesia bahkan dimanapun sudah jauh tertinggal dalam kemajuan dan penguasaan teknologi. Untuk itu diperukan berbagai upaya pemberdayaan intelektual sebagai perjuangan besar.

c.    Pemberdayaan ekonomi
Masalah kemiskinan menjadi demikian identik dengan masyarakat Islam. Dan pemecahannya merupakan tanggung jawab umat Islam sendiri. Situasi ekonomi masyarakat Islam Indonesia bukan untuk diratapi melainkan untuk dicari jalan keluarnya. Untuk keluar dari himpitan ekonomi ini diperlukan perjuangan besar dan gigih dari setiap komponen umat, bahwa seorang manusia harus mampu menguasai life skill atau keahlian hidup.

0 Response to "Peran Pesantren dalam Pemberdayaan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

pasang