Al-Baqoroh Ayat 87
Senin, 14 Mei 2018
Add Comment
{وَلَقَدْ
آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَقَفَّيْنَا مِنْ بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ وَآتَيْنَا
عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ
أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَى أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ
فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ (87) }
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan
Al-Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut)
sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran
(mukjizat) kepada Isa putra Maryam dan Kami memperkuatnya dengan ruhul qudus.
Apakah setiap datang kepada kalian seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran)
yang tidak sesuai dengan keinginan kalian, lalu kalian menyombongkan diri; maka
beberapa orang (di antara mereka) kalian dustakan dan beberapa orang (yang lain)
kalian bunuh.
Allah Swt. mengecap kaum Bani Israil sebagai orang-orang yang takabur,
pengingkar, penentang, dan sombong terhadap para nabi; dan bahwa mereka hanyalah
memperturutkan hawa nafsu mereka sendiri. Maka Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia
telah memberikan kepada Musa sebuah kitab (yakni kitab Taurat), tetapi mereka
mengubah dan menggantinya serta menentang perintah-perintah yang terkandung di
dalamnya serta menakwilkannya dengan takwil yang lain. Kemudian Allah Swt
mengirimkan para rasul dan para nabi sesudah Musa a.s. yang menjalankan hukum
dengan syariat Nabi Musa a.s., sebagaimana yang disebutkan di dalam
firman-Nya:
{إِنَّا
أَنزلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ
الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالأحْبَارُ بِمَا
اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ}
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk
dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara
orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang berserah diri kepada Allah, oleh
orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka
diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi
terhadapnya. (Al-Maidah: 44), hingga akhir ayat.
*******
Adapun firman Allah Swt.:
{وَقَفَّيْنَا
مِنْ بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ}
dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan
rasul-rasul. (Al-Baqarah: 87)
As-Saddi telah meriwayatkan dari Abu Malik sehubungan dengan makna
waqaffaina, artinya 'Kami telah menyusulinya'. Sedangkan menurut yang
lainnya artinya 'Kami telah mengiringinya', seperti pengertian yang terkandung
di dalam firman-Nya:
{ثُمَّ
أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتْرَا}
hingga rasul-rasul Bani Israil ditutup dengan terutusnya Nabi Isa ibnu
Maryam. Isa a.s. datang membawa syariat yang sebagian hukum-hukumnya
bertentangan dengan apa yang terdapat di dalam kitab Taurat. Karena itu, Allah
memberinya berbagai jenis mukjizat untuk memperkuatnya. Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa mukjizat-mukjizat Isa ialah menghidupkan
kembali orang yang telah mati, menciptakan sesuatu yang berbentuk burung dari
tanah liat, lalu ia meniupnya dan jadilah sesuatu itu burung yang hidup dengan
seizin Allah Swt. Ia pun dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit,
menceritakan hal-hal gaib serta diperkuat dengan ruhul qudus, yaitu Malaikat
Jibril a.s. Semuanya itu untuk memperkuat risalah yang ia sampaikan kepada kaum
Bani Israil agar mereka percaya dan beriman kepadanya. Tetapi kejadiannya justru
kebalikannya, kaum Bani Israil bertambah keras mendustakannya dan dengki serta
ingkar terhadapnya. Reaksi ini timbul karena apa yang didatangkannya
bertentangan dengan isi kitab Taurat dalam sebagian hukum-hukumnya, seperti yang
diceritakan oleh Allah Swt. menyitir perkataan Nabi Isa a.s., yaitu:
{وَلأحِلَّ
لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ وَجِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ
رَبِّكُمْ}
dan untuk menghalalkan bagi kalian sebagian yang telah diharamkan untuk
kalian dan aku datang kepada kalian dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari
Tuhan kalian. (Ali Imran: 50), hingga akhir ayat.
Orang-orang Bani Israil memperlakukan para nabi dengan perlakuan paling
buruk; sebagian dari mereka mendustakannya, dan sebagian yang lain membunuhnya.
Hal tersebut terjadi hanya karena para nabi mendatangkan kepada mereka
perkara-perkara yang bertentangan dengan hawa nafsu dan pendapat mereka. Para
nabi tersebut memerintahkan mereka agar menetapi hukum-hukum kitab Taurat asli
yang saat itu sudah mereka ubah untuk menentangnya. Karena itu, maka hal ini
terasa amat berat bagi mereka; akhirnya mereka mendustakan para rasulnya, dan
adakalanya membunuh sebagiannya. Hal ini telah disebutkan oleh firman-Nya:
{أَفَكُلَّمَا
جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَى أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا
كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ}
Apakah setiap datang kepada kalian seorang rasul membawa sesuatu
(pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginan kalian, lalu kalian menyombongkan
diri; maka beberapa orang (di antara mereka) kalian dustakan dan beberapa orang
(yang lain) kalian bunuh (Al-Baqarah: 87)
Dalil yang menunjukkan bahwa Ruhul Qudus adalah Malaikat Jibril ialah apa
yang dinaskan oleh Ibnu Mas'ud dalam tafsir ayat ini, kemudian pendapatnya itu
diikuti oleh Ibnu Abbas, Muhammad ibnu Ka'b, Ismail ibnu Khalid, As-Saddi,
Ar-Rabi' ibnu Anas, Atiyyah Al-Aufi, dan Qatadah. Menurut Imam Bukhari disertai
dengan tafsir ayat berikut, yakni firman-Nya:
{نزلَ
بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ* عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ
الْمُنْذِرِينَ}
dia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad)
agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi
peringatan. (Asy-Syu'ara: 193-194)
Ibnu Abuz Zanad meriwayatkan dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Siti
Aisyah r.a., bahwa Rasulullah Saw. telah meletakkan sebuah mimbar di dalam
masjid khusus buat Hassan ibnu Sabit, tempat untuk bersyair buat membela
Rasulullah Saw.; dan Rasulullah Saw. berdoa untuknya:
"اللَّهُمَّ
أَيِّدْ حَسَّانَ بِرُوحِ الْقُدُسِ كَمَا نَافَحَ عَنْ نَبِيِّكَ"
Ya Allah, perkuatlah Hassan dengan Ruhul Qudus (Malaikat Jibril),
sebagaimana dia berjuang membela Nabi-Mu (melalui syair-syairnya).
Lafaz hadis ini yang dari Imam Bukhari secara ta'liq. Akan tetapi, Imam Abu
Daud meriwayatkannya pula di dalam kitab Sunannya dari Ibnu Sirin, dan Imam
Turmuzi meriwayatkannya dari Ali ibnu Hujr dan Ismail ibnu Musa Al-Fazzari.
Ketiga-tiganya mengetengahkan hadis ini dari Abu Abdur Rahman ibnu Abuz Zanad,
dari ayahnya dan Hisyam ibnu Urwah; keduanya meriwayatkan hadis ini dari Urwah,
dari Siti Aisyah dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa sanad
hadis ini berpredikat hasan atau sahih, yakni hadis Abuz Zanad.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan:
مِنْ
حَدِيثِ سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ
الْمُسَيِّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ عُمَرَ مَرَّ بِحَسَّانَ، وَهُوَ
يُنْشِدُ الشِّعْرَ فِي الْمَسْجِدِ فَلَحَظَ
إِلَيْهِ، فَقَالَ: قَدْ كُنْتُ أَنْشُدُ فِيهِ، وَفِيهِ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْكَ.
ثُمَّ التَفَتَ إِلَى أَبِي هُرَيْرَةَ، فَقَالَ: أَنْشُدُكَ اللَّهَ أَسْمِعْتَ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقول: "أَجِبْ عَنِّي،
اللَّهُمَّ أَيِّدْهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ"؟. فَقَالَ: اللَّهُمَّ
نَعَمْ
dari hadis Sufyan ibnu Uyaynah, dari Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab,
dari Abu Hurairah r.a., bahwa Khalifah Umar ibnul Khattab melewati Hassan ibnu
Sabit yang sedang mendendangkan syair di dalam masjid, maka Umar r.a.
memelototinya, lalu Hassan berkata, "Sesungguhnya aku pernah mendendangkan syair
di dalam masjid ini, sedangkan di dalamnya terdapat orang yang lebih baik
daripada kamu (yakni Nabi Saw.)." Kemudian Umar ibnul Khattab r.a. menoleh
kepada Abu Hurairah dan berkata, "Kumohon atas nama Allah, pernahkah engkau
mendengar Rasulullah Saw. bersabda: 'Perkenankanlah bagiku, ya Allah,
kuatkanlah dia (Hassan) dengan Ruhul Qudus (Malaikat Jibril)?'." Maka Abu
Hurairah menjawab, "Allahumma, na'am (ya)."
Menurut sebagian riwayat, Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada Hassan:
"اهْجُهُمْ
-أَوْ: هَاجِهِمْ-وَجِبْرِيلُ مَعَكَ"
Di dalam syair Hassan terdapat ucapan berikut:
وَجِبْرِيلٌ رَسُولُ اللَّهِ يُنَادِي ...
وَرُوحُ الْقُدُسِ لَيْسَ بِهِ خَفَاءُ
Dan Jibril utusan Allah berada bersama
kami, dia adalah Ruhul Qudus yang tidak diragukan lagi.
قَالَ
مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ
أَبِي حُسَيْنٍ الْمَكِّيِّ، عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ الْأَشْعَرِيِّ: أَنَّ
نَفَرًا مِنَ الْيَهُودِ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالُوا: أَخْبِرْنَا عَنِ الرُّوحِ. فَقَالَ: "أَنْشُدُكُمْ بِاللَّهِ
وَبِأَيَّامِهِ عِنْدَ بَنِي إِسْرَائِيلَ، هَلْ تَعْلَمُونَ أَنَّهُ جِبْرِيلُ؟
وَهُوَ الذِي يَأْتِينِي؟ " قَالُوا: نَعَمْ
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman
ibnu Abu Husain Al-Makki, dari Syahr ibnu Hausyab Al-Asy'ari: Bahwa ada
segolongan orang-orang Yahudi bertanya kepada Rasulullah Saw., "Ceritakanlah
kepada kami tentang roh." Maka beliau menjawab, "Aku meminta kepada kalian,
demi Allah dan demi hari-hari-Nya bersama Bani Israil, tahukah kalian bahwa
Jibril yang selalu datang kepadaku adalah roh.?" Mereka menjawab, "Ya." Di dalam kitab Sahih Ibnu Hibban disebutkan sebuah hadis dari Ibnu Mas'ud,
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ
رُوحَ الْقُدُسِ نَفَخَ فِي
رُوعِي: إِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقَهَا وَأَجَلَهَا
فَاتَّقَوُا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ"
Sesungguhnya Ruhul Qudus (Malaikat Jibril) telah menyampaikan wahyu
kepadaku, bahwa seseorang tidak akan mati sebelum menyempurnakan rezeki dan
ajalnya. Karena itu, bertakwalah kalian kepada Allah dan berlakulah dengan baik
dalam mencari (meminta).
Beberapa pendapat lain sehubungan dengan makna Ruhul Qudus diriwayatkan oleh
Ibnu Abu Hatirn, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, Minjab ibnul Haris,
telah menceritakan kepada kami Bisyr, dari Abu Rauq, dari Ad-Dahhak, dari Ibnu
Abbas yang mengatakan, "Ruhul Qudus adalah Ismul A'zam yang dibacakan oleh Nabi
Isa a.s. sewaktu menghidupkan orang-orang yang telah mati."
Ibnu Jarir mengatakan bahwa ia pernah menceritakan sebuah riwayat dari
Minjab, lalu ia menceritakan hal yang sama. Ibnu Abu Hatim mengatakan, hal yang semisal telah diriwayatkan dari Sa'id
ibnu Jubair. Al-Qurtubi menukil dari Ubaid ibnu Umair yang juga mengatakan bahwa
Ruhul Qudus adalah Ismul A'zam.
Ibnu Abu Nujaih mengatakan, Ar-Ruh adalah Malaikat Hafazah yang menjaga para
malaikat.
Abu Ja'far Ar-Razi meriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, bahwa Al-Qudus
adalah Tuhan Yang Mahasuci lagi Maha Tinggi. Hal ini adalah pendapat yang
dikatakan oleh Ka'b. Al-Qurtubi meriwayatkan dari Mujahid dan Al-Hasan Al-Basri, keduanya
mengatakan bahwa Al-Qudus adalah Allah Swt., sedangkan Ar-Ruh adalah Malaikat
Jibril. Dengan demikian, pendapat yang terakhir ini sama kedudukannya dengan pendapat
pertama tadi. As-Saddi mengatakan bahwa Al-Qudus adalah Al-Barakah (keberkahan). Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Al-Qudus adalah suci. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A’la,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, bahwa ibnu Zaid telah mengatakan
sehubungan dengan firman-Nya: dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus.
(Al-Baqarah: 87) bahwa Allah menguatkan Isa dengan roh dalam kitab Injil
sebagaimana Dia menjadikan roh dalam Al-Qur'an. Keduanya adalah Roh Allah,
seperti yang dinyatakan oleh firman-Nya:
{وَكَذَلِكَ
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا}
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah
Kami. (Asy-Syura: 52)
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan bahwa takwil yang paling mendekati kepada
kebenaran dari semua itu adalah pendapat orang yang mengatakan bahwa Ar-Ruh
dalam ayat ini bermakna Malaikat Jibril. Karena sesungguhnya Allah telah
memberitakan bahwa Dia telah menguatkan Isa dengan roh tersebut, seperti yang
disebutkan di dalam firman-Nya:
{إِذْ
قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي عَلَيْكَ وَعَلى
وَالِدَتِكَ إِذْ أَيَّدْتُكَ بِرُوحِ الْقُدُسِ تُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ
وَكَهْلا وَإِذْ عَلَّمْتُكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ
وَالإنْجِيلَ}
(Ingatlah) ketika Allah mengalakan, "Hai Isa putra Maryam, ingatlah
nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul
Qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan
sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah,
Taurat, dan Injil..., hingga akhir ayat, (Al-Maidah: 110).
Maka dalam ayat ini Allah menyebutkan bahwa Dia telah menguatkannya dengan
Ruhul Qudus. Seandainya roh yang dijadikan sebagai penguat Isa adalah kitab
Injil, niscaya firman-Nya: (Ingatlah) ketika Aku menguatkan kamu dengan Ruhul
Qudus. (Al-Maidah: 110) dan firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Aku
mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat, dan Injil. (Al-Maidah: 110) merupakan
kata ulangan yang tidak mengandung arti apa pun, sedangkan Allah Mahasuci dari
hal yang tidak mengandung faedah dalam berkhitab kepada hamba-hamba-Nya. Menurut kami, termasuk dalil yang menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan
Ar-Ruh adalah Malaikat Jibril ialah apa yang telah ditunjukkan oleh konteks ayat
sejak permulaannya.
Az-Zamakhsyari mengatakan bahwa Ruhul Qudus adalah roh yang disucikan,
perihalnya sama dengan perkataanmu hatimul jud (Hatim yang dermawan) dan
rajulun sidqun (lelaki yang benar). Roh ini disifati dengan Al-Qudus, seperti juga yang disebutkan di dalam
firman-Nya, "Waruhum minhu" (dan roh daripada-Nya). Maka ungkapan
sifatnya disebut secara ikhtisas dan taqrib sebagai penghormatan buatnya.
Menurut pendapat yang lain, dikatakan demikian karena kejadiannya (Isa) bukan
berasal dari apa yang dikeluarkan oleh sulbi (air mani) dan rahim yang
mengeluarkan darah haid. Menurut pendapat yang lain, Roh di sini artinya
Malaikat Jibril. Menurut pendapat yang lainnya artinya kitab Injil, seperti yang
disebutkan di dalam firman-Nya tentang Al-Qur'an:
{رُوحًا
مِنْ أَمْرِنَا}
wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah kami. (Asy-Syura: 52)
Menurut pendapat lain, yang dimaksud ialah asma Allah yang teragung (Ismul
A'zam) yang dipakai oleh Isa a.s. ketika menghidupkan orang-orang yang telah
mati dengan mengucapkannya. Pendapat Az-Zamakhsyari ini mengandung pengertian lain, yaitu yang dimaksud
dengan roh Isa ialah jiwanya yang suci lagi bersih. Az-Zamakhsyari mengatakan sehubungan dengan tafsir firman-Nya:
{فَفَرِيقًا
كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ}
maka beberapa orang (di antara mereka) kalian dustakan dan beberapa orang
(yang lain) kalian bunuh (Al-Baqarah: 87)
Sesungguhnya dalam ayat ini tidak dikatakan wa fariqan qataltum (dan
beberapa orang dari para utusan itu telah kalian bunuh) hanyalah karena yang
dimaksudkan mencakup pula masa mendatang. Karena ternyata mereka pun pernah
berupaya untuk membunuh Nabi Saw. dengan racun dan sihir. Rasulullah Saw. pernah
bersabda dalam keadaan sakit yang membawa kepada kewafatannya:
مَا
زَالَتْ أَكْلَةُ خَيْبَرَ تُعَاوِدُنِي فَهَذَا أَوَانُ انْقِطَاعِ
أَبْهَرِي"
Makanan (yang kusuap) di Khaibar masih terus mempengaruhi diriku, dan
sekarang sudah tiba saat terputusnya urat nadi utamaku. Menurut kami, hadis ini terdapat di dalam kitab Sahih Bukhari dan kitab-kitab
hadis lainnya.
Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Al-Baqoroh Ayat 87"
Posting Komentar