Al-Baqoroh Ayat 83
Senin, 14 Mei 2018
Add Comment
{وَإِذْ
أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلا اللَّهَ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ
تَوَلَّيْتُمْ إِلا قَلِيلا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ (83)
}
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji
dari Bani Jsrail (yaitu): Janganlah kalian menyembah selain Allah, dan berbuat
baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin;
serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah salat dan
tunaikanlah zakat. Kemudian kalian tidak
memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil dari kalian, dan kalian selalu
berpaling.
Melalui ayat ini Allah mengingatkan kaum Bani Israil terhadap apa yang telah
Dia perintahkan kepada mereka dan pengambilan janji oleh-Nya atas hal tersebut
dari mereka, tetapi mereka berpaling dari semuanya itu dan menentang secara
disengaja dan direncanakan, sedangkan mereka mengetahui dan mengingat hal
tersebut. Maka Allah Swt. memerintahkan mereka agar menyembah-Nya dan jangan
menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Hal yang sama diperintahkan pula kepada
semua makhluk-Nya, dan untuk tujuan tersebutlah Allah menciptakan mereka.
Sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
{وَمَا
أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ
إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ}
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kalian, melainkan Kami
wahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah
Aku oleh kamu sekalian."" (Al-Anbiya: 25)
{وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ}
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu (An-Nahl:
36)
Hal ini merupakan hak yang paling tinggi dan paling besar, yaitu hak Allah
Swt. yang mengharuskan agar Dia semata yang disembah, tiada sekutu bagi-Nya;
setelah itu baru hak makhluk, dan yang paling dikuatkan untuk ditunaikan ialah
hak kedua orang tua. Karena itu, Allah Swt. selalu membarengi hak kedua orang
tua dengan hak-Nya, seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya:
{أَنِ
اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ}
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, dan hanya
kepada-Kulah kembali kalian. (Luqman: 14)
Allah Swt. telah berfirman pula dalam ayat lainnya:
{وَقَضَى
رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا}
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia,
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
(Al-Isra: 23)
sampai dengan firman-Nya:
{وَآتِ
ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ}
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan. (Al-Isra: 26)
Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis dari Ibnu Mas'ud r.a. seperti
berikut:
قُلْتُ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: "الصَّلَاةُ عَلَى
وَقْتِهَا". قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: "بِرُّ الْوَالِدَيْنِ". قُلْتُ: ثُمَّ
أَيٌّ؟ قَالَ: "الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ"
Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, amal perbuatan apakah yang paling utama?
Beliau menjawab, "Salat pada waktunya" Aku bertanya lagi, "Kemudian apa
lagi!" Beliau menjawab, "Berbakti kepada kedua ibu bapak." Aku bertanya,
"Kemudian apa lagi!" Beliau menjawab, ''Jihad dijalan Allah."
Karena itulah maka di dalam sebuah hadis sahih disebutkan seperti
berikut:
يَا
رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَبِرُّ؟ قَالَ: "أُمَّكَ". قَالَ: ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ:
"أُمَّكَ". قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: "أباك. ثم أدناك أدناك"
Seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah yang harus didahulukan
aku berbakti kepadanya? Beliau menjawab, "Ibumu." Lelaki itu bertanya,
"Kemudian siapa lagi!" Beliau menjawab, "Ibumu." Lelaki itu bertanya
lagi, "Kemudian siapa lagi!" Beliau menjawab, "Ayahmu, kemudian orang yang
paling dekat kekerabatannya denganmu, lalu orang yang dekat kekerabatannya
denganmu."
***********
Firman Allah Swt.:
{لَا
تَعْبُدُونَ إِلا اللَّهَ}
Menurut Imam Zamakhsyari kalimat ayat ini berbentuk khabar, tetapi
bermakna talab; ungkapan seperti ini lebih kuat. Menurut pendapat yang
lain, bentuk asalnya adalah an la ta'budu illallah, seperti bacaan yang
dilakukan oleh ulama Salaf, lalu huruf an dibuang hingga tidak kelihatan.
Menurut suatu riwayat dari Ubay dan Ibnu Mas'ud, keduanya membaca ayat ini la
ta'budu illallah (janganlah kalian menyembah selain Allah). Pengarahan ini
dinukil oleh Imam Qurtubi di dalam kitab tafsirnya, dari Imam Sibawaih. Imam
Sibawaih mengatakan bahwa bacaan inilah yang dipilih oleh Imam Kisai dan Imam
Farra. Al-yatama artinya anak-anak kecil yang tidak mempunyai orang tua yang
menjarnin penghidupan mereka. Al-masakin ialah orang-orang yang tidak menjumpai apa yang mereka
belanjakan buat diri mereka sendiri dan keluarganya. Dalam surat An-Nisa akan
dibahas secara rinci mengenai golongan-golongan tersebut yang diperintahkan
Allah dengan tegas agar kita menunaikannya, yaitu di dalam firman-Nya:
{وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا}
Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak. (An-Nisa: 36) sampai
akhir ayat.
*************
Firman Allah Swt.:
{وَقُولُوا
لِلنَّاسِ حُسْنًا}
Maksudnya, berkatalah kepada mereka dengan baik dan lemah lembut; termasuk
dalam hal ini amar ma'ruf dan nahi munkar dengan cara yang makruf. Sebagaimana
Hasan Al-Basri berkata sehubungan dengan ayat ini, bahwa perkataan yang baik
ialah yang mengandung amar ma'ruf dan nahi munkar, serta mengandung kesabaran,
pemaafan, dan pengampunan serta berkata baik kepada manusia; seperti yang telah
dijelaskan oleh Allah Swt., yaitu semua akhlak baik yang diridai oleh Allah
Swt.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا رَوْحٌ، حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الخَزَّاز، عَنْ
أَبِي عِمْرَانَ الجَوْني، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الصَّامِتِ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ
قَالَ: "لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَإِنْ لَمْ تَجِدْ فَالْقَ
أَخَاكَ بِوَجْهٍ مُنْطَلِقٍ".
Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Rauh, telah
menceritakan kepada kami Abu Amir Al-Kharraz, dari Abu Imran Al-Juni, dari
Abdullah ibnus Samit, dari Abu Zar r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Jangan sekali-kali kamu meremehkan suatu hal yang makruf (bajik) barang
sedikit pun; apabila kamu tidak menemukannya, maka sambutlah saudaramu dengan
wajah yang berseri.
Hadis yang sama diketengahkan pula oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya,
Imam Turmuzi di dalam kitab sahihnya melalui hadis Abu Amir Al-Kharraz yang nama
aslinya ialah Saleh ibnu Rustum. Sangat sesuai sekali bila Allah memerintahkan kepada mereka untuk berkata
baik kepada manusia setelah Dia memerintahkan mereka untuk berbuat baik kepada
mereka melalui perbuatan. Dengan demikian, berarti dalam ayat ini tergabung dua
sisi kebajikan, yaitu kebajikan perbuatan dan ucapan. Kemudian perintah untuk
menyembah Allah dan berbuat baik kepada manusia ini dikuatkan lagi dengan
perintah yang tertentu secara detail dari hal tersebut, yaitu perintah
mendirikan salat dan menunaikan zakat. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَأَقِيمُوا
الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ}
Diceritakan pula bahwa ternyata mereka (Bani Israil) berpaling dari semua
perintah itu; yakni mereka meninggalkan hal tersebut, membelakanginya, dan
berpaling dengan sengaja sesudah mereka mengetahuinya, kecuali sedikit dari
kalangan mereka yang mengerjakannya. Allah Swt. telah memerintahkan pula umat ini dengan hal yang serupa di dalam
surat An-Nisa, yaitu melalui firman-Nya:
{وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي
الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ
الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ
أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا
فَخُورًا}
Sembahlah Allah, dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman
sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya kalian. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (An-Nisa: 36)
Dengan demikian, berarti umat ini diberi kepercayaan oleh Allah Swt. untuk
mengerjakan perintah-perintah Allah yang tidak pernah dikerjakan oleh umat-umat
sebelumnya. Segala puji dan anugerah hanyalah milik Allah belaka. Di antara nukilan yang garib (aneh) sehubungan dengan hal ini ialah sebuah
riwayat yang diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim di dalam kitab tafsirnya; telah
menceritakan kepada kami Abi (ayah Ibnu Abu Hatim), telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnu Khalaf Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Abdullah
ibnu Yusuf (yakni At-Tanisi), telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Sabih,
dari Humaid ibnu Uqbah, dari Asad ibnu Wada'ah. Disebutkan bahwa Asad ibnu
Wada'ah bila keluar dari rumahnya tidak pernah bersua dengan seorang Yahudi atau
Nasrani melainkan ia mengucapkan salam kepadanya. Ketika ditanyakan kepadanya,
"Apakah gerangan yang mendorongmu hingga kamu mengucapkan salam kepada orang
Yahudi dan orang Nasrani?" Ia menjawab bahwa sesungguhnya Allah telah
berfirman:
{وَقُولُوا
لِلنَّاسِ حُسْنًا}
Perkataan yang baik itu menurutnya adalah ucapan salam. Ibnu Abu Hatim
mengatakan pula, hal yang sama telah diriwayatkan dari Ata Al-Khurrasani. Menurut kami, telah ditetapkan di dalam sunnah bahwa kita tidak boleh memulai
mengucapkan salam penghormatan kepada mereka (orang-orang Yahudi dan orang-orang
Nasrani).
Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Al-Baqoroh Ayat 83"
Posting Komentar