Al-Baqoroh Ayat 60
Minggu, 13 Mei 2018
Add Comment
{وَإِذِ
اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ
مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ كُلُوا
وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلا تَعْثَوْا فِي الأرْضِ مُفْسِدِينَ (60)
}
Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk
kaumnya, lalu Kami berfirman, "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!" Lalu
memancarlah darinya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui
tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan)
Allah, dan janganlah kalian berkeliaran di muka bumi dengan berbuat
kerusakan.
Allah berfirman, "Ingatlah kalian kepada nikmat yang telah Kulimpahkan
setelah Aku memperkenankan doa nabi kalian, yaitu Musa. Di kala ia meminta air
minum kepada-Ku buat kalian hingga Aku mudahkan memperoleh air itu, dan Aku
keluarkan air itu dari batu yang kalian bawa. Aku pancarkan air darinya buat
kalian sebanyak dua belas mata air, bagi tiap-tiap suku di antara kalian
terdapat mata airnya sendiri yang telah diketahui. Makanlah salwa dan manna, dan
minumlah air ini yang telah Kupancarkan tanpa jerih payah dan usaha kalian; dan
sembahlah oleh kalian Tuhan yang telah menundukkan hal tersebut."
{وَلا
تَعْثَوْا فِي الأرْضِ مُفْسِدِينَ}
Yakni janganlah kalian membalas air susu dengan air tuba, kenikmatan kalian
balas dengan kedurhakaan, karena akibatnya nikmat itu akan dicabut dari
kalian. Para Mufassirin membahas kisah ini secara panjang lebar dalam pembicaraan
mereka, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas r.a. Disebutkan bahwa di hadapan
mereka diletakkan sebuah batu berbentuk empat persegi panjang, lalu Allah
memerintahkan Musa a.s. supaya memukul batu itu dengan tongkatnya. Lalu Musa
memukulnya dengan tongkatnya, maka memancarlah dua belas mata air; pada
tiap-tiap sudut batu tersebut memancar tiga buah mata air. Kemudian Musa
memberitahukan kepada tiap-tiap suku itu mata airnya masing-masing buat minum
mereka. Tidak sekali-kali mereka berpindah ke tempat yang lain melainkan mereka
menjumpai hal tersebut, sama halnya dengan kejadian yang pernah terjadi di
tempat yang pertama. Kisah ini merupakan suatu bagian dari hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Nasai, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abu Hatim, yaitu hadis
mengenai fitnah-fitnah yang cukup panjang.
Atiyyah Al-Aufi mengatakan, dijadikan buat mereka sebuah batu yang besarnya
sama dengan kepala banteng, lalu batu itu dimuat di atas sapi jantan. Apabila
mereka turun istirahat, mereka meletakkan batu itu dan Musa memukul batu itu
dengan tongkatnya, maka memancarlah dua belas mata air. Apabila mereka berangkat
meneruskan perjalanan, mereka mengangkut batu itu ke atas punggung seekor sapi
jantan, lalu airnya berhenti dengan sendirinya. Usman ibnu Ata Al-Khurrasani meriwayatkan dari ayahnya, bahwa kaum Bani
Israil mempunyai sebuah batu, dan Nabi Harun yang selalu meletakkannya,
sedangkan Nabi Musa yang memukul batu itu dengan tongkatnya. Qatadah mengatakan bahwa batu tersebut berasal dari Bukit Tur, merekalah yang
mengambil batu tersebut dan yang memikulnya (ke mana pun mereka pergi). Apabila
mereka turun istirahat, Nabi Musa a.s. memukul batu itu dengan tongkatnya (agar
keluar air darinya).
Az-Zamakhsyari mengatakan, menurut suatu pendapat batu tersebut adalah granit
berukuran satu hasta kali satu hasta. Menurut pendapat lain, bentuknya sebesar
kepala manusia. Menurut pendapat lainnya lagi batu tersebut berasal dari surga
yang tingginya sepuluh hasta, sama dengan tinggi Nabi Musa a.s.; sedangkan batu
tersebut mempunyai dua cabang yang kedua-duanya menyala dalam kegelapan, dan
selalu dibawa di atas punggung keledai. Menurut pendapat yang lain, batu tersebut dibawa turun oleh Nabi Adam a.s.
dari surga, lalu diwarisi secara turun-temurun hingga sampai ke tangan Nabi
Syu'aib, lalu Nabi Syu'aib menyerahkan batu itu bersama tongkatnya kepada Musa
a.s.
Menurut pendapat yang lainnya, batu tersebutlah yang pernah membawa lari
pakaian Nabi Musa a.s. ketika sedang mandi. Lalu Malaikat Jibril berkata kepada
Musa a.s., "Angkatlah batu itu, karena sesungguhnya pada batu itu terdapat
kekuatan dan engkau mempunyai mukjizat padanya." Kemudian Nabi Musa a.s.
membawanya pada pikulannya. Az-Zamakhsyari mengatakan, dapat pula diartikan bahwa huruf Alif lam pada
lafaz al-hajar bermakna liljinsi, bukan lil’ahdi. Dengan
kata lain dikatakan, "Pukullah sesuatu benda yang disebut batu!"
Diriwayatkan dari Al-Hasan, bahwa Nabi Musa a.s. tidak diperintahkan memukul
sebuah batu secara tertentu. Al-Hasan mengatakan, penafsiran seperti ini lebih
menonjolkan mukjizat dan lebih menggambarkan tentang kekuasaan mukjizat.
Disebutkan bahwa Nabi Musa a.s. memukul batu, lalu memancarlah mata air darinya,
setelah itu dia memukulnya lagi, maka berhentilah airnya dan kering. Kemudian
mereka (Bani Israil) mengatakan, "Jika Musa kehilangan batu ini, niscaya kita
akan kehausan." Maka Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Musa a.s. yang
memerintahkan agar berbicara kepada batu tersebut. Batu itu akan memancarkan air
tanpa menyentuhnya dengan tongkat, dengan harapan mereka kelak mau percaya dan
mengakuinya.
Yahya ibnun Nadr mengatakan bahwa ia pernah berkata kepada Juwaibir,
"Bagaimanakah tiap-tiap suku mengetahui mata air untuk minumnya?" Juwaibir
menjawab, "Nabi Musa a.s. meletakkan batu tersebut, lalu masing-masing suku
diwakili oleh seseorang dari kalangannya. Kemudian Nabi Musa a.s. memukul batu
itu, maka memancarlah dua belas mata air. Tiap-tiap mata air memancar ke arah
masing-masing wakil tersebut, selanjutnya tiap-tiap lelaki memanggil sukunya
untuk mengambil air dari mata airnya masing-masing."
Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ketika Bani Israil berada di padang
pasir, Musa membelah batu untuk mereka menjadi mata air. As-Sauri meriwayatkan dari Sa'id, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang
mengatakan bahwa hal tersebut terjadi di Padang Sahara; Musa memukul batu untuk
mereka, maka memancarlah dari batu itu dua belas mata air, masing-masing suku
meminum dari satu mata air. Mujahid mengatakan seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas. Kisah ini mirip
dengan kisah yang ada di dalam surat Al-A'raf, hanya kisah yang ada di dalam
surat Al-A'raf diturunkan di Mekah. Oleh karena itu, pemberitaan tentang mereka
memakai damir gaib, mengingat Allah Swt. mengisahkan kepada Rasul-Nya apa yang
telah mereka perbuat. Adapun kisah yang ada di dalam surat ini —yakni
Al-Baqarah— diturunkan di Madinah. Untuk itu, khitab yang ada padanya langsung
ditujukan kepada mereka (orang-orang Yahudi Madinah). Di dalam surat Al-A'raf
diberitakan melalui firman-Nya:
{فَانْبَجَسَتْ
مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا}
Yang dimaksud dengan inbijas ialah permulaan memancar, sedangkan dalam
ayat surat Al-Baqarah disebutkan keadaan sesudahnya, yakni meluapnya air
tersebut dalam pancarannya. Maka sesuailah bila dalam ayat yang sedang kita
bahas ini disebut istilah infijar, sedangkan dalam ayat surat Al-A'raf
disebut dengan memakai inbijas. Di antara kedua ungkapan terdapat
perbedaan ditinjau dari sepuluh segi lafzi dan maknawi. Hal
tersebut disebutkan dengan panjang lebar oleh Az-Zamakhsyari di dalam kitab
tafsirnya dengan ungkapan tanya jawab. Memang apa yang diketengahkannya itu
mendekati kebenaran.
Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Al-Baqoroh Ayat 60"
Posting Komentar