Al-Baqoroh Ayat 55-56
Minggu, 13 Mei 2018
Add Comment
{وَإِذْ
قُلْتُمْ يَا
مُوسَى
لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ
وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (55) ثُمَّ بَعَثْنَاكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (56) }
Dan (ingatlah) ketika kalian berkata, "Hai
Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan
terang," karena itu kalian disambar halilintar, sedangkan kalian
menyaksikannya. Setelah itu Kami bangkitkan kalian sesudah kalian mati, supaya
kalian bersyukur.
Allah Swt. berfirman, "Ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Kulimpahkan kepada
kalian, yaitu Aku hidupkan kembali kalian sesudah kalian mati tertimpa
halilintar, ketika kalian meminta sebelumnya agar dapat melihat-Ku secara
terang-terangan, padahal hal tersebut tidak akan mampu kalian lakukan dan tidak
pula bagi orang-orang seperti kalian." Demikian menurut tafsir yang dikatakan
oleh Ibnu Juraij.
Ibnu Abbas r.a. mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, makna
jahratan ialah terang-terangan. Hal yang sama dikatakan pula oleh Ibrahim
ibnu Tahman, dari Abbad ibnu Ishaq, dari Abul Huwairis, dari Ibnu Abbas.
Disebutkan bahwa Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Kami
tidak akan beriman kepadamu sebelum kami dapat melihat Allah dengan terang"
(Al-Baqarah: 55). Yang dimaksud dengan lafaz jahrah ialah
terang-terangan. Dengan kata lain, kami baru mau beriman kepadamu bila kami
dapat melihat Allah dengan terang.
Qatadah dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya,
"Hatta narallaha jahratan." Yang dimaksud dengan jahratan ialah
'iyanan (terang-terangan tanpa aling-aling).
Abu Ja'far meriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas. Mereka yang mengatakan
demikian berjumlah tujuh puluh orang, yaitu mereka yang dipilih oleh Nabi Musa
a.s.; lalu mereka berangkat bersama Nabi Musa. Ar-Rabi' ibnu Anas melanjutkan
kisahnya, bahwa mereka hanya mendengar kalam saja, lalu mereka berkata: Kami
tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang.
(Al-Baqarah: 55) Kemudian mereka mendengar suara pekikan yang dahsyat, akhirnya
mereka mati semua.
Marwan ibnul Hakam, ketika sedang berkhotbah di atas mimbar Mekah, antara
lain mengatakan bahwa makna as-sa'iqah ialah suara pekikan yang dahsyat
dari langit. As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: karena itu kalian
disambar halilintar. (Al-Baqarah: 55) Menurutnya, yang dimaksud dengan
as-sa'iqah ialah api (yang turun dari langit). Urwah ibnu Ruwayyim mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
sedangkan kalian menyaksikannya. (Al-Baqarah: 55) Sebagian dari mereka
disambar halilintar, sedangkan sebagian yang lainnya melihat peristiwa tersebut.
Kemudian mereka yang tersambar halilintar itu dihidupkan kembali, lalu sebagian
yang lainnya tersambar halilintar.
As-Saddi mengatakan bahwa firman-Nya, "Karena itu, kalian disambar
halilintar" (Al-Baqarah: 55), lalu mereka mati. Maka berdirilah Nabi Musa
seraya menangis dan berdoa kepada Allah serta mengatakan, "Wahai Tuhanku, apakah
yang akan kukatakan kepada Bani Israil jika aku kembali menemui mereka,
sedangkan Engkau telah binasakan orang-orang terpilih dari mereka." Musa berkata
pula yang disitir oleh firman-Nya:
{لَوْ
شِئْتَ أَهْلَكْتَهُمْ مِنْ قَبْلُ وَإِيَّايَ أَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ
السُّفَهَاءُ مِنَّا}
Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka
dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan
orang-orang yang kurang akal di antara kami? (Al-A'raf: 155)
Kemudian Allah menurunkan wahyu kepada Musa a.s. yang isinya mengatakan bahwa
mereka yang tujuh puluh orang itu termasuk orang-orang yang menyembah anak
lembu. Setelah itu Allah menghidupkan mereka; mereka bangkit dan hidup seorang
demi seorang, sedangkan sebagian dari mereka melihat sebagian yang lain dalam
keadaan dihidupkan. Yang demikian itu adalah makna yang terkandung di dalam
firman-Nya: Sesudah itu Kami bangkitkan kalian sesudah kalian mati, supaya
kalian bersyukur. (Al-Baqarah: 56)
Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa kematian mereka itu merupakan hukuman
bagi mereka, kemudian mereka dihidupkan kembali sesudah mati untuk menunaikan
ajal (sisa umur)nya.
Hal yang sama dikatakan pula oleh Qatadah. Ibnu Jarir meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Humaid,
telah menceritakan kepada kami Salamah ibnul Fadl, dari Muhammad ibnu Ishaq yang
mengatakan bahwa tatkala Musa kembali kepada kaumnya dan ia melihat apa yang
mereka kerjakan, yaitu menyembah anak lembu, dan ia mengatakan apa yang telah
dikatakannya kepada saudaranya (Harun), juga kepada Samiri, lalu ia membakar
patung anak lembu itu dan menaburkan abunya ke laut, kemudian ia memilih tujuh
puluh orang lelaki yang terbaik dari kalangan kaumnya. Ia berkata kepada mereka,
"Berangkatlah kalian ke tempat yang telah dijanjikan oleh Allah, bertobatlah
kalian kepada Allah atas apa yang telah kalian perbuat, dan mohonlah tobat
kepada-Nya atas orang-orang yang kalian tinggalkan di belakang kalian dari
kalangan kaum kalian. Berpuasalah kalian, bersucilah, dan bersihkanlah pakaian
kalian." Kemudian Musa a.s. berangkat membawa mereka menuju Bukit Tursina pada waktu
yang telah dijanjikan oleh Allah kepadanya. Musa tidak pernah datang kepada-Nya
kecuali dengan seizin dan restu dari-Nya.
Menurut riwayat yang sampai kepadaku, ketujuh puluh orang itu di saat mereka
melakukan apa yang diperintahkan oleh Musa dan mereka berangkat untuk menjumpai
Allah, mereka berkata kepada Musa, "Hai Musa, mohonkanlah bagi kami kepada
Tuhanmu agar kami di-perkenankan dapat mendengar kalam Tuhan kami." Musa
menjawab "Baiklah."
Ketika Musa mendekati bukit tersebut, maka datanglah awan yang menaunginya
hingga menutupi seluruh bukit, lalu Musa mendekat dan masuk ke dalam awan
tersebut, setelah itu ia berkata kepada kaumnya, "Mendekatlah kalian." Musa a.s.
apabila diajak bicara oleh Allah, maka memancarlah dari keningnya nur yang
cemerlang, tiada seorang pun dari Bani Adam yang mampu memandangnya; maka Allah
membuat hijab (penutup) bagi nur tersebut. Lalu kaum pun mendekat. Ketika mereka
masuk ke dalam awan tersebut, mereka menyungkur sujud dan mereka mendengar suara
Allah yang sedang berbicara kepada Musa a.s. memerintah dan melarangnya dengan
ucapan, "Lakukanlah," atau "Janganlah kamu lakukan."
Ketika Allah Swt. selesai berbicara kepada Musa, tersingkaplah awan tersebut,
dan Musa menghadap ke arah mereka; ternyata mereka berkata kepada Musa a.s.,
seperti yang disitir oleh firman-Nya: Kami tidak akan beriman kepadamu
sebelum kami melihat Allah dengan terang. (Al-Baqarah: 55) Maka mereka
tertimpa oleh gempa dahsyat —yaitusa'iqah— hingga mereka mati semuanya.
Lalu Musa a.s. bangkit meminta tolong kepada Tuhannya dan berdoa, memohon
kepadanya seraya berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{رَبِّ
لَوْ شِئْتَ أَهْلَكْتَهُمْ مِنْ قَبْلُ [وَإِيَّايَ] }
Mereka benar-benar tidak mengerti, apakah Engkau membinasakan orang-orang
yang berada di belakangku dari kalangan Bani Israil karena perbuatan orang-orang
yang bodoh dari kalangan kami? Dengan kata lain, sesungguhnya hal ini merupakan
kebinasaan bagi mereka. Aku memilih tujuh puluh orang terbaik dari kalangan
mereka agar aku kembali nanti bersama mereka, sedangkan sekarang tiada seorang
pun dari mereka yang tersisa. Apakah yang menjadi bukti bagiku buat mereka agar
mereka mau percaya kepadaku dan beriman kepadaku sesudah peristiwa ini?
Sesungguhnya kami kembali (bertobat) kepada Engkau.
Musa a.s. terus-menerus memohon kepada Tuhannya dan memina hingga Allah
mengembalikan roh mereka kepada mereka, lalu Musa a.s. memohon kepada Allah
ampunan dan tobat bagi Bani Israil yang telah menyembah anak sapi. Maka Allah
berfirman, "Tidak, kecuali jika mereka membunuh diri mereka sendiri."
Demikianlah menurut konteks (lafaz) yang diketengahkan oleh Muhammad ibnu
Ishaq.
Ismail ibnu Abdur Rahman As-Saddi Al-Kabir mengatakan, "Setelah kaum Bani
Israil tobat dari menyembah anak lembu dan Allah menerima tobat mereka dengan
cara sebagian dari mereka membunuh sebagian yang lain sesuai dengan apa yang
telah diperintahkan oleh Allah kepada mereka, lalu Allah memerintahkan kepada
Musa agar datang membawa semua orang dari kalangan Bani Israil untuk memohon
maaf kepada Allah atas penyembahan mereka terhadap anak lembu. Musa a.s.
mengadakan suatu perjanjian dengan mereka, lalu memilih tujuh puluh orang dari
kalangan mereka, yaitu orang-orang yang ditunjuknya secara tertentu. Kemudian ia
berangkat bersama mereka untuk meminta maaf kepada Allah. Hingga akhir hadis."
Konteks hadis ini memberikan pengertian bahwa khitab yang terdapat di dalam
firman berikut ditujukan kepada Bani Israil, yaitu: Dan (ingatlah) ketika
kalian berkata, "Hai Musa, kami tidak akan beriman sebelum kami melihat Allah
dengan terang." (Al-Baqarah: 55)
Makna yang dimaksud ialah, mereka yang tujuh puluh orang tersebut yaitu yang
dipilih oleh Musa a.s. dari kalangan mereka. Kebanyakan ulama tafsir tidak
meriwayatkan kisah ini selain dari Ismail ibnu Abdur Rahman sendiri.
Ar-Razi di dalam kitab tafsirnya menilai garib kisah yang menceritakan
perihal ketujuh puluh orang tersebut, yaitu setelah mereka dihidupkan kembali
oleh Allah, mereka berkata, "Hai Musa, sesungguhnya kamu tidak sekali-kali
meminta sesuatu kepada Allah melain-kan Dia memberimu, maka doakanlah semoga
Allah menjadikan kami sebagai nabi-nabi-Nya." Kemudian Musa a.s. berdoa memohon
hal itu kepada Allah, dan Allah memperkenankan doanya.
Riwayat ini sangat garib, mengingat di masa Nabi Musa tidak ada nabi lain
kecuali Harun, kemudian Yusya' ibnu Nun. Kaum ahli kitab keliru pula dalam
dakwaan mereka yang mengatakan bahwa mereka yang tujuh puluh orang itu telah
melihat Allah Swt dengan terang-terangan. Karena sesungguhnya Musa yang diajak
bicara oleh Allah Swt sendiri pernah meminta hal tersebut, tetapi ditolak, mana
mungkin hai tersebut diperkenankan bagi mereka.
Pendapat kedua mengenai makna ayat ini disebutkan oleh Abdur Rahman ibnu Zaid
ibnu Aslam dalam tafsir ayat ini, bahwa tatkala Musa kembali dari sisi Tuhannya
kepada kaumnya dengan membawa lauh-lauh yang padanya termaktub kitab
Taurat, maka ia menjumpai mereka sedang menyembah anak lembu. Maka ia
memerintahkan kepada mereka agar membunuh diri mereka sendiri dan mereka
melakukannya, lalu Allah menerima tobat mereka. Musa berkata kepada mereka,
"Sesungguhnya lembaran-lembaran ini berisikan Kitabullah, di dalamnya terkandung
urusan kalian yang diperintahkan oleh Allah dan larangan-Nya yang harus kalian
jauhi." Mereka bertanya, "Siapakah yang mau percaya kepada omonganmu itu? Tidak,
demi Allah, kecuali jika kami dapat melihat Allah dengan terang hingga Allah
sendirilah yang menyerahkannya kepada kami, lalu Dia berfirman, 'Inilah
Kitab-Ku, maka ambillah oleh kalian!' Maka mengapa Allah tidak mau berbicara
kepada kami sebagaimana Dia berbicara kepadamu, hai Musa?" Abdur Rahman ibnu
Zaid membacakan firman-Nya: Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami
melihat Allah dengan terang. (Al-Baqarah: 55) dan melanjutkan kisahnya,
bahwa setelah itu Allah murka, lalu terjadilah halilintar sesudah tobat mereka,
kemudian mereka disambar oleh halilintar itu hingga semuanya mati. Setelah itu
Allah menghidupkan mereka kembali. Abdur Rahman Ibnu Zaid membacakan firman-Nya:
Setelah itu Kami bangkitkan kalian sesudah kalian mati, supaya kalian
bersyukur. (Al-Baqarah: 56) Musa a.s. berkata kepada mereka, "Ambillah
Kitabullah ini!" Mereka menjawab, "Tidak." Musa a.s. berkata, "Apakah yang telah
menimpa kalian?" Mereka menjawab, "Kami mengalami mati, kemudian kami dihidupkan
kembali." Musa a.s. berkata, "Terimalah Kitabullah ini." Mereka menjawab,
"Tidak." Maka Allah mengirimkan malaikat, lalu malaikat mencabut bukit dan
mengangkatnya di atas mereka. Konteks riwayat ini menunjukkan bahwa mereka
dikenakan taklif (paksaan) untuk mengamalkan kitab itu sesudah mereka dihidupkan
kembali.
Al-Mawardi meriwayatkan dua pendapat sehubungan dengan masalah ini:
Pertama, taklif (paksaan) tersebut tidak ada, mengingat mereka
telah menyaksikan perkara tersebut secara terang-terangan, sehingga terpaksa
mereka mempercayainya. Kedua, mereka dikenakan taklif agar tiada
seorang pun yang berakal melainkan terkena taklif. Al-Qurtubi mengatakan bahwa
pendapat yang kedua inilah yang benar, karena kesaksian mereka terhadap
perkara-perkara yang menakjubkan bukan berarti menggugurkan taklif dari pundak
mereka, mengingat kaum Bani Israil memang telah menyaksikan banyak perkara besar
yang bertentangan dengan hukum alam. Akan tetapi, sekalipun demikian mereka
tetap dikenakan taklif dalam hal tersebut.
0 Response to "Al-Baqoroh Ayat 55-56"
Posting Komentar