Ulama Dan Sejarah Indonesia


ULAMA DAN SEJARAH INDONESIA

Raden Kiai Haji Abdullah bin Nur Adalah seorang Pembina Majlis Al Ghazali di Bogor, tidak hanya seorang ulama yang menguasai kitab kuning semata melainkan juga sebagai seorang pelaku sejarah juga sebagai sejarawan yang mampu menuliskan sejarah dengan ilmu. Analisisnya bertolak dari fakta atau data yang diangkat dari refrensi buku-buku yang mencatat sejarah sebagai pristiwa, berikut adalah pandangan sejarahnya :

A.  Pembangunan Jakarta
Bersama Fatahilah, pada tanggal 22 Juni 1527 atau 22 Ramadhan 933 H nama Jayakarta diangkat dari Al-Qur’an Surah 48:1 , inna Fatahna Laka Fathan Mubina makna Fatahna Mubina adalah kemenangan paripurna atau Jayakarta. Nama Jayakarta melambangkan rasa sukur kepada Allah atas kemenanganya dalam menggagalkan usaha penjajahan Kerajaan Katolik Portugis di Pelabuhan Kelapa atau Sunda Kelapa. Kedatanganya sebagai testamen Imprialisme Paus Alexander VI dalam perjanjian Tordesilas 1494 M. Wali Sanga melopori melawan penjajah Kerajaan Katolik Portugis, terlupakan. Wali Sanga lebih banyak dikenang dengan kisah dogengnya. 

B.  Perumusan Pancasila dan UUD 1945
Perumusan pertama sesudah Proklamasi 17 Agustus 1945, Jumat Legi atau 9 Ramadhan 1364 H adalah ulama : Wachid Hasyim dari Nahdatul Ulama, Ki Bagus Hadikoesoemo dan Mr. Kasman Singodimedjc keduanya dari Perserikatan Muhammadiyah bersama pemimpin Islam lainya yaitu Mohammad Teoekoe Hasan Dari Aceh. Hasil perumusanya dilaporkan kepada Drs. Muhammad Hatta kemudian diserahkan untuk disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 18 Agustus 1945, Sabtu Pahing, 10 Ramadhan 1945.

C.  Bahasa Indonesia
Mungkinkah Proklamasi 17 Agustus 1945 dibacakan dalam bahasa Indonesia ? Jika paraa usahawan dan ulama sejak abad ke 1 H / 7 M tidak menjadikan bahasa melayu pasar sebagai bahasa komunikasi dalam huruf arab melayu, bukan dengan huruf Palawa atau Pra Nagaari? Kemudian kelanjutanya menjadi Bahasa Ilmu Pesantren dan Bahasa Diplomatik-Bahasan hubungan kenegaraan antara politik Islam dengan kerajaan-kerajaan lain dalam dan luar negeri. Oleh karena itu bangsa Indonesia adalah satu-satunya bangsa terjajah di Asia Tenggara yang proklamasinya dengan bahasa sendiri bukan dengan bahasa penjajah, hanyalah bangsa Indonesia. Dengan kata lain, hanya karena mahakarya Ulama dan Santri Bangsa Indonesia memiliki bahasa persatuaan, Bahasa Indonesia.

D.  Sang Saka Merah-Putih
Mungkinkah bangsa Indonesia  memiliki Sang Saka Merah Putih, jika Ulama tidak membudayakan warna Merah Putih yang berasal dari Bendera Rasulullah Saw? Dihidupkan di tenggah masyarakat melalui simbol-simbol budaya : Sekapur sirih artinya kapur dan sirih melahirkan warna merah. Seluas pinang artinya jika pinang dibelah, pasti berwarna putih.

E.  Tentara Republik Indonesia (TNI)
Bangsa dan negara Indonesia, tidak hanya memiliki bahasa dan bendera tetapi juga berkat perjuangan Ulama menjadikan indonesia memiliki Tentara Nasional Indonesia TNI pada Oktober 1945, Jumat Kliwon, 24 Syawal 1364 H. ada semetara pimpinan nasional saat itu, menolak negara dan bangsa Indonesia punya TNI, mereka ingin negara tanpa tentara, cukup hanya dengan polisi semata. Mengapa demikian ? karena TNI dibangun dari mantan Tentara Pembela Tanah Air – Peta. Sedangkan 68 Batalyon-Daidan, Mayoritas Daidancho-Komandan Batalyon Tentara Peta adalah Ulama. Keinginan penentang pembentukan tentara keamanan Rakyat - TKR atau TNI di atas oleh Letnan Djendral Oerip Soemohardjo dijawab “aneh suatu negara zonder tentara”. Konsolidasi selanjutnya, soedirman mantan Daidancho – Dan Yon Tentara Peta Purwakarta dan guru Muhammadiyah, diangkat menjadi panglima besar.
Selain itu, jawaban para Ulama terhadap maklumat 3 November 1945 dalam relative singkat hanya empat hari sesudahnya lahirlah Partai Islam Indonesia Masyumi, 7 November 1945, Rabo Pon, 1 Dzulhijah 1364 selain sebagai parpol tercepat lahirnya, terbesar jumlah anggotanya, juga berani mengeluarkan pernyataan : 60 Milion Muslim Indonesia Siap Berjihad Fi Sabilillah. Pernyataan demikian lahir karena Ulama dan Santri merasa berkewajiban melanjutkan perjuangan para Ulama terdahulu, membebaskan Nusantara Indonesia dari segala bentuk Penjajahan.
Kemudian karena perjuangan Perdana Mentri Mohammad Natsir sebagai Intelektual, Ulama dan politikus dari Partai Islam Indonesia Masyumi, Persatuan Islam-Persis, Jong Islamieten Bond-JIB, Partai Islam Indonesia-PII, Melalui Mosi integral, berdirilah Negara Kesatuan Republik Indonesia-NKRI pada 17 Agustus 1950, Kamis Pahing 2 Dzulhijah 1369 sebagai jawaban terhadap gerakan separatis : Angkatan Perang Ratu Adil-APRA pimpinan Westerling di Bandung, Pemberontakan KNIL Andi Aziz di Makasar dan Republik Maluku Selatan Soumokil di Ambon, yang didalangi oleh Van Mook. Sekaligus jawaban terhadap Proklamasi Negara Islam Indonesia, 7 Agustus 1949, Oleh S.M. Kartosuwirjo dengan demikian berakhir pula Republik Indonesia Serikat – RIS hanya berlangsung dari 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 M atau 6 Rabiul Awal -1369 H – 2 Djulhijah 1369. Berkat perjuangan Ulama maka Republik Indonesia Serikat-RIS diubah menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia-NKRI.
Dari fakta sejarah, jelaslah kepemimpinan Ulama dan Santri dalam perjuangan menegakkan kedaulatan bangsa dan negara dalam menjawab serangan imprialis serangan barat dan timur. Diikuti pula dengan perjuangan Ulama dan Santri mempertahankannya serta membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu tepatlah kesimpulan E.F.E Douwes Dekker Danoedirdjo Setiaboedhi dari Indische Partij :

“Jika tidak karena sikap dan semangat perjuangan para Ulama, Sudah lama patriotisme di kalangan bangsa kita mengalami kemusnahan.”

0 Response to "Ulama Dan Sejarah Indonesia "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

pasang