Ulama Dan Sejarah Indonesia
Senin, 07 Mei 2018
Add Comment
ULAMA DAN SEJARAH
INDONESIA
Raden Kiai Haji Abdullah bin Nur Adalah seorang
Pembina Majlis Al Ghazali di Bogor, tidak hanya seorang ulama yang menguasai
kitab kuning semata melainkan juga sebagai seorang pelaku sejarah juga sebagai sejarawan
yang mampu menuliskan sejarah dengan ilmu. Analisisnya bertolak dari fakta atau
data yang diangkat dari refrensi buku-buku yang mencatat sejarah sebagai
pristiwa, berikut adalah pandangan sejarahnya :
A.
Pembangunan Jakarta
Bersama
Fatahilah, pada tanggal 22 Juni 1527 atau 22 Ramadhan 933 H nama Jayakarta
diangkat dari Al-Qur’an Surah 48:1 , inna Fatahna Laka Fathan Mubina
makna Fatahna Mubina adalah kemenangan paripurna atau Jayakarta. Nama
Jayakarta melambangkan rasa sukur kepada Allah atas kemenanganya dalam
menggagalkan usaha penjajahan Kerajaan Katolik Portugis di Pelabuhan Kelapa
atau Sunda Kelapa. Kedatanganya sebagai testamen Imprialisme Paus Alexander VI
dalam perjanjian Tordesilas 1494 M. Wali Sanga melopori melawan penjajah
Kerajaan Katolik Portugis, terlupakan. Wali Sanga lebih banyak dikenang dengan
kisah dogengnya.
B.
Perumusan Pancasila dan UUD 1945
Perumusan
pertama sesudah Proklamasi 17 Agustus 1945, Jumat Legi atau 9 Ramadhan 1364 H
adalah ulama : Wachid Hasyim dari Nahdatul Ulama, Ki Bagus Hadikoesoemo dan Mr.
Kasman Singodimedjc keduanya dari Perserikatan Muhammadiyah bersama pemimpin
Islam lainya yaitu Mohammad Teoekoe Hasan Dari Aceh. Hasil perumusanya
dilaporkan kepada Drs. Muhammad Hatta kemudian diserahkan untuk disahkan oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 18 Agustus 1945, Sabtu Pahing, 10
Ramadhan 1945.
C.
Bahasa Indonesia
Mungkinkah
Proklamasi 17 Agustus 1945 dibacakan dalam bahasa Indonesia ? Jika paraa
usahawan dan ulama sejak abad ke 1 H / 7 M tidak menjadikan bahasa melayu pasar
sebagai bahasa komunikasi dalam huruf arab melayu, bukan dengan huruf Palawa
atau Pra Nagaari? Kemudian kelanjutanya menjadi Bahasa Ilmu Pesantren dan
Bahasa Diplomatik-Bahasan hubungan kenegaraan antara politik Islam dengan
kerajaan-kerajaan lain dalam dan luar negeri. Oleh karena itu bangsa Indonesia
adalah satu-satunya bangsa terjajah di Asia Tenggara yang proklamasinya dengan
bahasa sendiri bukan dengan bahasa penjajah, hanyalah bangsa Indonesia. Dengan
kata lain, hanya karena mahakarya Ulama dan Santri Bangsa Indonesia memiliki
bahasa persatuaan, Bahasa Indonesia.
D.
Sang Saka Merah-Putih
Mungkinkah
bangsa Indonesia memiliki Sang Saka
Merah Putih, jika Ulama tidak membudayakan warna Merah Putih yang berasal dari
Bendera Rasulullah Saw? Dihidupkan di tenggah masyarakat melalui simbol-simbol
budaya : Sekapur sirih artinya kapur dan sirih melahirkan warna merah. Seluas
pinang artinya jika pinang dibelah, pasti berwarna putih.
E.
Tentara Republik Indonesia (TNI)
Bangsa dan
negara Indonesia, tidak hanya memiliki bahasa dan bendera tetapi juga berkat
perjuangan Ulama menjadikan indonesia memiliki Tentara Nasional Indonesia TNI
pada Oktober 1945, Jumat Kliwon, 24 Syawal 1364 H. ada semetara pimpinan
nasional saat itu, menolak negara dan bangsa Indonesia punya TNI, mereka ingin
negara tanpa tentara, cukup hanya dengan polisi semata. Mengapa demikian ?
karena TNI dibangun dari mantan Tentara Pembela Tanah Air – Peta. Sedangkan 68
Batalyon-Daidan, Mayoritas Daidancho-Komandan Batalyon Tentara Peta adalah
Ulama. Keinginan penentang pembentukan tentara keamanan Rakyat - TKR atau TNI
di atas oleh Letnan Djendral Oerip Soemohardjo dijawab “aneh suatu negara
zonder tentara”. Konsolidasi selanjutnya, soedirman mantan Daidancho – Dan Yon
Tentara Peta Purwakarta dan guru Muhammadiyah, diangkat menjadi panglima besar.
Selain itu, jawaban
para Ulama terhadap maklumat 3 November 1945 dalam relative singkat hanya empat
hari sesudahnya lahirlah Partai Islam Indonesia Masyumi, 7 November
1945, Rabo Pon, 1 Dzulhijah 1364 selain sebagai parpol tercepat lahirnya,
terbesar jumlah anggotanya, juga berani mengeluarkan pernyataan : 60 Milion
Muslim Indonesia Siap Berjihad Fi Sabilillah. Pernyataan demikian lahir
karena Ulama dan Santri merasa berkewajiban melanjutkan perjuangan para Ulama
terdahulu, membebaskan Nusantara Indonesia dari segala bentuk Penjajahan.
Kemudian karena
perjuangan Perdana Mentri Mohammad Natsir sebagai Intelektual, Ulama dan politikus
dari Partai Islam Indonesia Masyumi, Persatuan Islam-Persis, Jong
Islamieten Bond-JIB, Partai Islam Indonesia-PII, Melalui Mosi
integral, berdirilah Negara Kesatuan Republik Indonesia-NKRI pada 17 Agustus
1950, Kamis Pahing 2 Dzulhijah 1369 sebagai jawaban terhadap gerakan separatis
: Angkatan Perang Ratu Adil-APRA pimpinan Westerling di Bandung, Pemberontakan
KNIL Andi Aziz di Makasar dan Republik Maluku Selatan Soumokil di Ambon, yang
didalangi oleh Van Mook. Sekaligus jawaban terhadap Proklamasi Negara Islam
Indonesia, 7 Agustus 1949, Oleh S.M. Kartosuwirjo dengan demikian berakhir pula
Republik Indonesia Serikat – RIS hanya berlangsung dari 27 Desember 1949 – 17
Agustus 1950 M atau 6 Rabiul Awal -1369 H – 2 Djulhijah 1369. Berkat perjuangan
Ulama maka Republik Indonesia Serikat-RIS diubah menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia-NKRI.
Dari fakta
sejarah, jelaslah kepemimpinan Ulama dan Santri dalam perjuangan menegakkan
kedaulatan bangsa dan negara dalam menjawab serangan imprialis serangan barat
dan timur. Diikuti pula dengan perjuangan Ulama dan Santri mempertahankannya
serta membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu tepatlah
kesimpulan E.F.E Douwes Dekker Danoedirdjo Setiaboedhi dari Indische Partij :
“Jika tidak karena sikap dan semangat perjuangan para Ulama, Sudah
lama patriotisme di kalangan bangsa kita mengalami kemusnahan.”
0 Response to "Ulama Dan Sejarah Indonesia "
Posting Komentar