Al-Baqoroh Ayat 40-41
Minggu, 13 Mei 2018
Add Comment
{يَا
بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا
بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ (40) وَآمِنُوا بِمَا
أَنزلْتُ مُصَدِّقًا لِمَا مَعَكُمْ وَلا تَكُونُوا أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ وَلا
تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلا وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ (41)
}
Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang
telah Aku anugerahkan kepada kalian; dan penuhilah janji kalian kepada-Ku,
niscaya Aku penuhi janji-Ku kepada kalian dan hanya kepada-Ku-lah kalian harus
takut (tunduk). Dan berimanlah kalian kepada apa yang telah Aku turunkan
(Al-Qur'an) yang membenarkan ape yang ada pada kalian (Taurat) dan janganlah
kalian menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kalian
menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kalian
harus bertakwa.
Allah berfirman seraya memerintahkan kepada kaum Bani Israil untuk masuk
Islam dan mengikuti Nabi Muhammad Saw. dan menggerakkan perasaan mereka dengan
menyebutkan kakek moyang Israil, yaitu Nabi Allah Ya'qub a.s.
Seakan-akan ayat ini mengatakan, "Hai anak-anak hamba yang saleh lagi taat
kepada Allah, jadilah kalian seperti kakek moyang kalian dalam mengikuti perkara
yang hak." Perihalnya sama dengan perkataan, "Hai anak orang yang dermawan,
berdermalah!" Atau, "Hai anak yang pemberani, majulah menentang para penyerang!"
Atau, "Hai anak orang yang alim, tuntutlah ilmu!" Dan lain sebagainya. Ayat lain
yang semakna dengan ayat ini ialah firman-Nya:
{ذُرِّيَّةَ
مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا}
(yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh.
Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur. (Al-Isra:
3)
Israil adalah Nabi Ya'qub sendiri, sebagai dalilnya ialah sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Daud At-Tayalisi:
حَدَّثَنَا
عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنِ بَهْرَامٍ، عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوشب، قَالَ: حَدَّثَنِي
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبَّاسٍ قَالَ: حَضَرَتْ عِصَابَةٌ مِنَ الْيَهُودِ نَبِيَّ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَهُمْ: "هَلْ تَعْلَمُونَ
أَنَّ إِسْرَائِيلَ يَعْقُوبُ؟ ". قَالُوا: اللَّهُمَّ نَعَمْ. فَقَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اللَّهُمَّ اشْهَدْ "
telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid ibnu Bahram, dari Syahr ibnu
Hausyab yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya Abdullah ibnu Abbas
yang menceritakan hadis berikut: Segolongan orang-orang Yahudi datang menghadap
kepada Nabi Saw., lalu Nabi Saw. berkata kepada mereka, "Tahukah kalian bahwa
Israil adalah Ya'qub?" Mereka menjawab, "Ya Allah, memang benar." Nabi Saw.
berkata, "Ya Allah, saksikanlah." Al-A'masy meriwayatkan dari Ismail ibnu Raja', dari Umar maula Ibnu Abbas,
dari Abdullah ibnu Abbas, disebutkan bahwa Israil itu artinya sama dengan
perkataanmu Abdullah (hamba Allah).
*************
Firman Allah Swt.:
{اذْكُرُوا
نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ}
Mujahid mengatakan bahwa nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka
(kaum Bani Israil) selain dari apa yang telah disebutkan ialah dipecahkan batu
besar buat mereka hingga mengeluarkan air untuk minum mereka, diturunkan kepada
mereka manna dan salwa, dan mereka diselamatkan dari perbuatan
Fir'aun dan bala tentaranya. Abul Aliyah mengatakan bahwa nikmat Allah tersebut ialah Dia menjadikan dari
kalangan mereka banyak nabi dan rasul, dan diturunkan kepada mereka kitab-kitab
samawi Menurut pendapat kami, pendapat terakhir ini sama dengan apa yang dikatakan
oleh Musa a.s. yang disitir oleh firman-Nya:
{يَا
قَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنْبِيَاءَ
وَجَعَلَكُمْ مُلُوكًا وَآتَاكُمْ مَا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِنَ
الْعَالَمِينَ}
Yakni di zamannya.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadanya Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada kalian. (Al-Baqarah: 40) Yaitu cobaan-Ku yang ada pada kalian, juga yang telah Aku turunkan kepada nenek moyang kalian ketika mereka diselamatkan dari kejaran Fir'aun dan kaumnya.
***********
Firman Allah Swt.:
{وَأَوْفُوا
بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ}
Dan penuhilah janji kalian kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepada
kalian. (Al-Baqarah: 40)
Maksudnya, janji-Ku yang telah Aku bebankan di atas pundak kalian terhadap
Nabi Saw.; bila dia datang kepada kalian, niscaya Aku akan menunaikan apa yang
telah Aku janjikan kepada kalian. Janji tersebut ialah kalian bersedia
mempercayai Nabi Saw. dan mengikutinya. Maka sebagai imbalannya Aku akan
menghapuskan semua beban dan belenggu-belenggu yang berada di pundak kalian
karena dosa-dosa kalian yang ada sejak kakek moyang kalian.
Menurut Al-Hasan Al-Basri, janji tersebut adalah yang
disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَلَقَدْ
أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ
نَقِيبًا وَقَالَ اللَّهُ إِنِّي مَعَكُمْ لَئِنْ أَقَمْتُمُ الصَّلاةَ وَآتَيْتُمُ
الزَّكَاةَ وَآمَنْتُمْ بِرُسُلِي وَعَزَّرْتُمُوهُمْ وَأَقْرَضْتُمُ اللَّهَ
قَرْضًا حَسَنًا لأكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَلأدْخِلَنَّكُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ}
Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan
telah Kami angkat di antara mereka dua belas orang pemimpin dan Allah berfirman,
"Sesungguhnya Aku beserta kalian, sesungguhnya jika kalian mendirikan salat dan
menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kalian bantu mereka dan
kalian pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, sesungguhnya Aku akan menutupi
dosa-dosa kalian. Dan sesungguhnya kalian akan Kumasukkan ke dalam surga yang
mengalir di dalamnya sungai-sungai. (Al-Maidah: 12)
Sedangkan ulama lainnya mengatakan, janji tersebut adalah yang diambil oleh
Allah atas diri mereka di dalam kitab Taurat, bahwa Allah kelak akan mengutus
seorang nabi yang besar dan ditaati oleh semua bangsa dari kalangan Bani Ismail;
nabi yang dimaksud adalah Nabi Muhammad Saw. Barang siapa yang mengikutinya,
niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan memasukkannya ke dalam surga
serta memberikan kepadanya dua pahala. Ar-Razi mengetengahkan banyak berita gembira yang disampaikan oleh nabi-nabi
terdahulu mengenai kedatangan Nabi Muhamma. Abul Aliyah mengatakan bahwa makna firman-Nya, "Penuhilah janji kalian
kepada-Ku" (Al-Baqarah: 40) yaitu janji Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah
agama Islam dan mereka diharuskan mengikutinya.
Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya,
"Niscaya Aku penuhi janji-Ku kepada kalian" (Al-Baqarah: 40), artinya "niscaya
Aku rida kepada kalian dan akan memasukkan kalian ke dalam surga". Hal yang sama dikatakan oleh As-Saddi, Ad-Dahhak, Abul Aliyah, dan Ar-Rabi'
ibnu Anas.
************
Firman Allah Swt.:
{وَإِيَّايَ
فَارْهَبُونِ}
Yakni takutlah kalian kepada-Ku, demikian pendapat Abul Aliyah, As-Saddi, Ar-Rabi' ibnu Anas, dan Qatadah.
Ibnu Abbas r.a. mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Dan hanya
kepada-Ku-lah kalian harus takut" (Al-Baqarah: 40), yakni takutlah kalian
bila Aku nanti menurunkan kepada kalian apa yang pernah Aku turunkan kepada
kakek moyang kalian di masa silam, yaitu berupa berbagai macam siksaan dan azab
yang telah kalian ketahui sendiri, antara lain ialah kutukan dan azab
Lainnya.Apa yang diungkapkan oleh ayat-ayat ini mengandung pengertian perpindahan
dari targib (anjuran) kepada tarhib (peringatan). Allah menyeru mereka dengan
ungkapan anjuran dan peringatan, barangkali mereka mau kembali ke jalan yang hak
dan mengikuti Rasul Saw. serta mengambil nasihat dari Al-Qur'an dan
larangan-larangannya, serta mengerjakan perintah-perintahnya dan percaya kepada
berita-berita yang disampaikannya. Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa
yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.
Karena itu, maka Allah Swt. berfirman pada ayat selanjutnya, yaitu melalui
firman-Nya:
{وَآمِنُوا
بِمَا أَنزلْتُ مُصَدِّقًا لِمَا مَعَكُمْ}
Yang dimaksud adalah Al-Qur'an, yakni kitab yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad yang ummi dari kalangan bangsa Arab. Di dalamnya terkandung berita
gembira dan peringatan serta pelita yang memberi penerangan dan mengandung
perkara yang hak dari Allah Swt.; serta membenarkan apa yang ada sebelumnya,
yaitu kitab Taurat dan Injil. Abul Aliyah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan berimanlah
kalian kepada apa yang telah Aku turunkan (Al-Qur'an) yang membenarkan apa yang
ada pada kalian (Taurat). (Al-Baqarah: 41) Allah Swt. mengatakan, "Hai
golongan ahli kitab, berimanlah kalian kepada Al-Qur'an yang telah Aku turunkan;
di dalamnya terkandung keterangan yang membenarkan apa yang ada pada kalian."
Dikatakan demikian karena mereka menjumpai nama Nabi Muhammad Saw. tercantum di
dalam kitab-kitab mereka, yaitu kitab Taurat dan Injil.
Telah diriwayatkan dari Mujahid, Ar-Rabi' ibnu Anas, dan Qatadah hal yang
semisal.
*********
Firman Allah Swt.:
{وَلا
تَكُونُوا أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ}
Menurut sebagian ulama ahli i'rab (Nahwu) mengatakan bahwa bentuk
lengkap ayat ialah awwala fariqin kafirin bihi (golongan pertama yang
kafir kepadanya), atau kalimat yang semakna.
Menurut Ibnu Abbas r.a., janganlah kalian merupakan orang pertama yang kafir
kepadanya, mengingat pada kalian terdapat pengeta-uan mengenainya yang tidak
dimiliki oleh selain kalian.
Abul Aliyah mengatakan, janganlah kalian menjadi orang pertama yang kafir
kepada Muhammad Saw., yakni dia sejenis dengan kalian karena dia mempunyai
Al-Kitab (Al-Qur'an); maka janganlah kalian kafir kepadanya sesudah kalian
mendengar kerasulannya. Hal yang sama dikatakan oleh Al-Hasan, As-Saddi, dan
Ar-Rabi' ibnu Anas.
Akan tetapi, Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa damir
bihi merujuk kepada Al-Qur'an yang telah disebut dalam kalimat
sebelumnya, yaitu bima anzaltu (apa yang telah Aku turunkan). Tetapi
kedua pendapat tersebut (yang mengatakan bahwa damir kembali kepada Muhammad
Saw. dan Al-Qur'an) kedua-duanya benar, mengingat satu sama lain saling
menguatkan. Dengan kata lain, orang yang kafir kepada Al-Qur'an berarti sama
saja kafir kepada Nabi Muhammad Saw. Orang yang kafir kepada Nabi Muhammad Saw.
berarti sama saja dengan kafir kepada Al-Qur'an.
Adapun mengenai firman-Nya, "Awwala kafirin bihi," artinya orang
pertama yang kafir kepadanya dari kalangan Bani Israil, mengingat banyak orang
yang kafir kepadanya lebih dahulu daripada mereka, yaitu dari kalangan
orang-orang kafir Quraisy dan lain-lainnya dari kalangan orang-orang Arab.
Sesungguhnya makna yang dimaksud dari kalimat 'hanya kaum Bani Israil sebagai
orang pertama kafir kepadanya', mengingat orang-orang Yahudi Madinah merupakan
orang pertama dari kalangan Bani Israil yang diajak berbicara oleh Al-Qur'an.
Kekafiran mereka berarti menyimpulkan bahwa mereka adalah orang pertama kafir
kepadanya dari kalangan ahli kitab.
*********
Firman Allah Swt.:
{وَلا
تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلا}
Dan janganlah kalian menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah.
(Al-Baqarah: 41)
Maksudnya, janganlah kalian menukar iman kepada ayat-ayat-Ku dan percaya
kepada Rasul-Ku (Nabi Muhammad Saw.) dengan harta keduniawian dan kelezatannya,
karena sesungguhnya harta duniawi itu dinilai sedikit tak ada artinya lagi fana
(bila dibandingkan dengan pahala di akhirat yang kekal dan abadi).
Pengertian ini diungkapkan oleh Abdullah ibnul Mubarak melalui riwayatnya
yang menyebutkan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu
Jabir, dari Harun ibnu Yazid yang telah menceritakan bahwa Al-Hasan (yakni
Al-Basri) pernah ditanya mengenai makna firman-Nya, "Samanan qalila”
(harga yang sedikit atau rendah), bahwa yang dimaksud adalah dunia berikut
segala isinya.
Ibnu Luhai'ah mengatakan, telah menceritakan kepadanya Ata ibnu Dinar, dari Sa'id ibnu Jubair, sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan janganlah kalian menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah. (Al-Baqarah: 41) Sesungguhnya yang dimaksud dengan ayat-ayat Allah ialah Kitab-Nya yang diturunkan-Nya kepada mereka, sedangkan yang dimaksud dengan harga yang sedikit ialah duniawi dan kesenangannya.
Menurut As-Saddi, makna 'janganlah kalian menukarkan ayat-ayat-Ku dengan
harga yang sedikit' ialah janganlah kalian mengambil keinginan yang sedikit dan
janganlah kalian menyembunyikan asma Allah; ketamakan tersebut adalah
harganya.
Abu Ja'far meriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah, sehubungan
dengan makna firman-Nya: Dan janganlah kalian menukarkan ayat-ayat-Ku dengan
harga yang rendah. (Al-Baqarah: 41) Yakni janganlah kalian menerima upah
atasnya. Abul Aliyah mengatakan, bahwa hal ini telah tertera dalam kitab
terdahulu yang ada pada mereka, yaitu: "Hai anak Adam, ajarkanlah ilmu dengan
cuma-cuma sebagaimana kamu mempelajarinya secara cuma-cuma."
Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah janganlah kalian menukar
penjelasan, keterangan, dan menyiarkan ilmu yang bermanfaat di kalangan manusia
dengan cara menyembunyikannya dan memutarbalikkan kenyataan, dengan tujuan agar
kalian tetap lestari dalam menguasai keduniawian yang sedikit lagi rendah dan
pasti lenyap dalam waktu yang dekat itu.
Di dalam kitab Sunan Abu Daud disebutkan sebuah hadis dari Abu Hurairah r.a.,
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَنْ
تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا
لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَرُحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ"
Barang siapa yang mempelajari suatu ilmu yang seharusnya diniatkan untuk
memperoleh rida Allah, lalu ia mempelajarinya hanya untuk memperoleh sejumlah
harta duniawi, niscaya ia tidak dapat mencium bau surga kelak di hari
kiamat.
Mengajarkan ilmu dengan imbalan upah, jika orang yang bersangkutan telah
beroleh gaji, tidak boleh baginya mengambil upah sebagai imbalannya.
Diperbolehkan baginya mengambil gaji dari baitul mal dalam jumlah yang cukup
untuk keperluan dirinya dan orang-orang yang berada di dalam tanggungannya.
Tetapi jika dia tidak memperoleh suatu gaji pun dari baitul mal, sedangkan
tugas mengajarnya telah menyita banyak waktu hingga ia tidak dapat mencari
nafkah, maka kedudukannya sama dengan orang yang tidak menerima gaji (yakni
boleh mengambil upah). Apabila dia tidak menerima gaji, maka ia diperbolehkan
mengambil upah mengajar, menurut pendapat Imam Malik, Imam Syafii, Imam Ahmad,
dan jumhur ulama. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam hadis
sahih Bukhari, dari Abu Sa'id, mengenai kisah orang yang disengat binatang
berbisa, yaitu sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
"إِنَّ
أَحَقَّ مَا أَخَذْتُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا كِتَابُ اللَّهِ"
Sesungguhnya upah yang paling berhak kalian ambil atas sesuatu jasa ialah
Kitabullah.
Demikian pula sabda Nabi Saw. dalam kisah wanita yang dilamar (dinikahi),
yaitu:
زَوَّجْتُكَهَا
بِمَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ"
Aku nikahkan kamu dengan dia dengan imbalan mengajarkan Al-Qur'an yang
kamu kuasai (hafalannya).
Hadis Ubadah ibnus Samit yang menceritakan bahwa Ubadah ibnus Samit pernah
mengajarkan sesuatu dari Al-Qur'an kepada seorang lelaki dari kalangan ahli
suffah, lalu lelaki tersebut menghadiahkan sebuah busur kepadanya. Kemudian
Ubadah bertanya kepada Rasulullah Saw. mengenai hal itu, maka beliau
bersabda:
إِنْ
أَحْبَبْتَ أَنْ تُطَوَّقَ بِقَوْسٍ مِنْ نَارٍ فَاقْبَلْهُ"
فَتَرَكَهُ
Jikalau kamu kelak suka dibelit oleh busur api neraka, maka terimalah.
Lalu Ubadah menolak hadiah itu. (Hadis riwayat Abu Daud) Hadis semisal diriwayatkan pula melalui Ubay ibnu Ka'b secara marfu.
Seandainya hadis ini sahih, maka pengertian yang dimaksud menurut kebanyakan
ulama —antara lain ialah Abu Umar ibnu Abdul Bar— bahwa Abu Ubadah mengajar demi
mengharapkan pahala Allah, maka tidak boleh baginya menukar pahala Allah dengan
busur tersebut Jika seseorang sejak pertama mengajar biasa menerima upah, maka
ia diperbolehkan menerima upah, seperti yang telah dinyatakan di dalam hadis
orang yang disengat binatang berbisa dan hadis Sahl mengenai wanita yang dilamar
tadi.
*******
{وَإِيَّايَ
فَاتَّقُونِ}
Dan hanya kepada Akulah kalian harus bertakwa. (Al-Baqarah: 41)
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abu Amr Ad-Dauri,
telah menceritakan kepada kami Abu Ismail (seorang pendidik), dari Asim
Al-Ahwal, dari Abul Aliyah, dari Talq ibnu Habib yang mengatakan bahwa
pengertian takwa itu ialah hendaknya kami mengamalkan ketaatan kepada Allah
karena mengharapkan rahmat Allah atas dasar nur (petunjuk) dari Allah. Hendaknya
kamu meninggalkan perbuatan maksiat kepada Allah atas dasar nur dari Allah
karena takut terhadap siksa Allah.
Makna firman-Nya, "Dan hanya kepada Akulah kalian harus bertakwa"
(Al-Baqarah: 41) ialah bahwa Allah mengancam mereka terhadap perbuatan yang
sengaja mereka lakukan, yaitu menyembunyikan perkara yang hak dan menampakkan
hal yang bertentangan dan menentang Rasul Saw.
Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Al-Baqoroh Ayat 40-41"
Posting Komentar