Al-Baqoroh Ayat 62
Senin, 14 Mei 2018
Add Comment
{إِنَّ
الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ
رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) }
Sesungguhnya orang-orang yang mukmin,
orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabi-in, siapa saja di
antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian, dan beramal
saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Setelah Allah Swt. menyebutkan keadaan orang-orang yang menentang
perintah-perintah-Nya, melanggar larangan-larangan-Nya, berlaku kelewat batas
melebihi dari apa yang diizinkan, serta berani melakukan perkara-perkara yang
diharamkan dan akibat azab yang menimpa mereka, maka Allah mengingatkan melalui
ayat ini, bahwa barang siapa yang berbuat baik dari kalangan umat-umat terdahulu
dan taat, baginya pahala yang baik. Demikianlah kaidah tetapnya sampai hari
kiamat nanti, yakni setiap orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi, maka
baginya kebahagiaan yang abadi. Tiada ketakutan bagi mereka dalam menghadapi
masa mendatang, tidak pula mereka bersedih hati atas apa yang telah mereka
lewatkan dan tinggalkan. Makna ayat ini sama dengan firman lainnya, yaitu:
{أَلا
إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ
يَحْزَنُونَ}
Ingatlah, sesungguhnya kekasih-kekasih Allah itu, tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yunus: 62) Seperti yang dikatakan oleh para malaikat kepada kaum mukmin di saat
menghadapi kematiannya yang disitir oleh firman-Nya seperti berikut:
{إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ
الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي
كُنْتُمْ تُوعَدُونَ}
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah,'"
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kalian merasa takut dan janganlah kalian
merasa sedih, dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepada
kalian." (Fushshilat: 30)
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ العَدني،
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ ابْنِ أَبِي نَجِيح، عَنْ مُجَاهِدٍ، قَالَ: قَالَ
سَلْمَانُ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَهْلِ
دِينٍ كُنْتُ مَعَهُمْ، فذكرتُ مِنْ صَلَاتِهِمْ وَعِبَادَتِهِمْ، فَنَزَلَتْ:
{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ
آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ} إِلَى آخِرِ الْآيَةِ.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Bapakku, telah
menceritakan kepada kami Umar ibnu Abu Umar Al-Adawi, telah menceritakan kepada
kami Sufyan, dari Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid yang mengatakan bahwa Salman
r.a. pernah menceritakan hadis berikut: Aku pernah bertanya kepada Nabi Saw.
tentang pemeluk agama yang dahulunya aku salah seorang dari mereka, maka aku
menceritakan kepada beliau tentang cara salat dan ibadah mereka. Lalu turunlah
firman-Nya, "Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang
Nasrani, dan orang-orang Sabi-in, siapa saja di antara mereka yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian," hingga akhir ayat.
As-Saddi mengatakan bahwa firman-Nya yang mengatakan: Sesungguhnya
orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang
Sabi-in, siapa saja di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian
serta beramal saleh.... (Al-Baqarah: 62) diturunkan berkenaan dengan
teman-teman Salman Al-Farisi. Ketika ia sedang berbincang-bincang dengan Nabi
Saw., lalu ia menyebutkan perihal teman-teman yang seagamanya di masa lalu, ia
menceritakan kepada Nabi berita tentang mereka. Untuk itu ia mengatakan, "Mereka
salat, puasa, dan beriman kepadamu serta bersaksi bahwa kelak engkau akan diutus
sebagai seorang nabi." Setelah Salman selesai bicaranya yang mengandung pujian
kepada mereka, maka Nabi Saw. bersabda kepadanya, "Hai Salman, mereka
termasuk ahli neraka." Maka hal ini terasa amat berat bagi Salman. Lalu
Allah menurunkan ayat ini.
Iman orang-orang Yahudi itu ialah barang siapa yang berpegang kepada kitab
Taurat dan sunnah Nabi Musa a.s., maka imannya diterima hingga Nabi Isa a.s.
datang. Apabila Nabi Isa telah datang, sedangkan orang yang tadinya berpegang
kepada kitab Taurat dan sunnah Nabi Musa a.s. tidak meninggalkannya dan tidak
mau mengikut kepada syariat Nabi Isa, maka ia termasuk orang yang binasa.
Iman orang-orang Nasrani ialah barang siapa yang berpegang kepada kitab Injil
dari kalangan mereka dan syariat-syariat Nabi Isa, maka dia termasuk orang yang
mukmin lagi diterima imannya hingga Nabi Muhammad Saw. datang. Barang siapa dari
kalangan mereka yang tidak mau mengikut kepada Nabi Muhammad Saw. dan tidak mau
meninggalkan sunnah Nabi Isa serta ajaran Injilnya sesudah Nabi Muhammad Saw.
datang, maka dia termasuk orang yang binasa.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, hal yang semisal telah diriwayatkan dari Sa'id
ibnu Jubair.
Menurut kami riwayat ini tidak bertentangan dengan apa yang telah
diriwayatkan oleh Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang
Nasrani, dan orang-orang Sabi-in, siapa saja di antara mereka yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian..., hingga akhir ayat, (Al-Baqarah: 62). Ibnu
Abbas r.a. mengatakan bahwa sesudah itu diturunkan oleh Allah firman
berikut:
{وَمَنْ
يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ
مِنَ الْخَاسِرِينَ}
Barang siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi. (Ali Imran: 85)
Sesungguhnya apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas ini merupakan suatu
pemberitahuan bahwa tidak akan diterima dari seseorang suatu cara dan tidak pula
suatu amal pun, kecuali apa yang bersesuaian dengan syariat Nabi Muhammad Saw.
sesudah beliau diutus membawa risalah yang diembannya. Adapun sebelum itu,
setiap orang yang mengikuti rasul di zamannya, dia berada dalam jalan petunjuk
dan jalan keselamatan.
Orang-orang Yahudi adalah pengikut Nabi Musa a.s., yaitu mereka yang
berpegang kepada kitab Taurat di zamannya. Kata al-yahud diambil dari
kata al-hawadah yang artinya kasih sayang, atau berasal dari kata
at-tahawwud yang artinya tobat, seperti yang dikatakan oleh Musa a.s.
dalam firman-Nya:
{إِنَّا
هُدْنَا إِلَيْكَ}
Sesungguhnya kami kembali kepada Engkau. (Al-A'raf: 156)
Maksudnya, kami bertobat kepada Engkau. Seakan-akan mereka dinamakan demikian
pada asal mulanya karena tobat dan kasih sayang sebagian mereka kepada sebagian
yang lain. Menurut pendapat yang lain, nama Yahudi itu dinisbatkan (dikaitkan) dengan
Yahuda, nama anak tertua Ya'qub. Abu Amr ibnul Ala mengatakan, disebut demikian karena mereka selalu bergerak
di kala membaca kitab Taurat. Ketika Nabi Isa diutus, kaum Bani Israil diwajibkan untuk mengikuti dan
menaatinya. Sahabat-sahabat Nabi Isa dan pemeluk agamanya dinamakan Nasrani
karena mereka saling menolong di antara sesama mereka. Mereka disebut pula
Ansar, seperti yang dikatakan oleh Nabi Isa a.s. dalam firman-Nya:
{مَنْ
أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ
اللَّهِ}
Siapakah yang akan menjadi penolong untuk (menegakkan agama) Allah! Para
Hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab, "Kamilah penolong-penolong (agama)
Allah." (Ali Imran: 52)
Menurut pendapat yang lain, mereka dinamakan demikian karena pernah bertempat
tinggal di suatu daerah yang dikenal dengan nama Nasirah. Demikian menurut
Qatadah dan Ibnu Juraij, serta diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas. Nasara adalah bentuk jamak dari nasran, sama halnya dengan lafaz
nasyawa bentuk jamak dari lafaz nasywan, dan sukara bentuk
jamak dari lafaz sakran. Dikatakan Nasranah untuk seorang wanita
Nasrani. Salah seorang penyair mengatakan, "Dan seorang wanita Nasranah yang
tidak pernah ibadah."
Ketika Allah Swt. mengutus Nabi Muhammad Saw. sebagai pemungkas para nabi dan
rasul kepada semua anak Adam secara mutlak, maka diwajibkan bagi mereka percaya
kepada apa yang disampaikannya, taat kepada perintahnya, dan mencegah diri dari
apa yang dilarangnya. Mereka adalah orang-orang yang beriman sebenar-benarnya.
Umat Nabi Muhammad Saw. dinamakan kaum mukmin karena banyaknya keimanan mereka
dan keyakinan mereka yang sangat kuat, mengingat mereka beriman kepada semua
nabi yang terdahulu dan perkara-perkara gaib yang akan datang.
Mengenai orang-orang Sabi-in, para ulama berbeda pendapat mengenai hakikat
mereka. Sufyan As-Sauri meriwayatkan dari Lais ibnu Abu Sulaim, dari Mujahid
yang mengatakan bahwa mereka (yakni orang-orang Sabi-in) adalah suatu kaum
antara Majusi, Yahudi, dan Nasrani; pada hakikatnya mereka tidak mempunyai
agama. Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Nujaih, dari
Mujahid.
Telah diriwayatkan dari Ata dan Sa'id ibnu Jubair hal yang semi-sal dengan
pendapat di atas.
Abul Aliyah, Ar-Rabi' ibnu Anas, As-Saddi, Abusy Sya'sa (yakni Jabir ibnu
Zaid), Ad-Dahhak, dan Ishaq ibnu Rahawaih mengatakan bahwa Sabi-in adalah suatu
sekte dari kalangan ahli kitab, mereka mengakui kitab Zabur. Karena itu, Imam
Abu Hanifah dan Ishaq mengatakan bahwa tidak mengapa dengan sembelihan mereka
dan menikah dengan mereka.
Hasyim meriwayatkan dari Mutarrif, "Ketika kami sedang bersama Al-Hakam ibnu
Atabah, lalu ada seorang lelaki dari kalangan penduduk Basrah bercerita
kepadanya, dari Al-Hasan yang mengatakan tentang orang-orang Sabi-in, bahwa
sesungguhnya mereka itu sama dengan orang-orang Majusi. Kemudian Al-Hakam
berkata, 'Bukankah aku pun telah mengatakan hal yang sama kepada kalian?'."
Abdur Rahman ibnu Mahdi meriwayatkan dari Mu'awiyah ibnu Abdul Karim, bahwa
ia pernah mendengar Al-Hasan menceritakan tentang orang-orang Sabi-in. Dia
mengatakan bahwa mereka adalah suatu kaum yang menyembah malaikat.
Ibnu Jarir meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul
A’la, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari ayahnya,
dari Al-Hasan yang menceritakan, "Diberitakan kepada Ziad bahwa orang-orang
Sabi-in salat menghadap ke arah kiblat, mereka salat lima waktu. Ziad bermaksud
membebaskan mereka dari pungutan jizyah, tetapi sesudah itu dia mendapat berita
bahwa mereka menyembah malaikat."
Abu Ja'far Ar-Razi mengatakan, telah sampai berita kepadanya bahwa
orang-orang Sabi-in adalah suatu kaum yang menyembah malaikat, percaya kepada
kitab Zabur, dan salat menghadap ke arah kiblat. Hal yang sama dikatakan pula
oleh Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul
A’la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Ibnu
Abuz Zanad, dari ayahnya yang mengatakan bahwa orang-orang Sabi-in adalah suatu
kaum yang tinggal di sebelah negeri Irak. Mereka kaum yang suka menangis,
beriman kepada semua nabi serta puasa selama tiga puluh hari setiap tahunnya,
dan mereka salat menghadap negeri Yaman setiap harinya sebanyak lima kali.
Wahb ibnu Munabbih pernah ditanya mengenai Sabi-in. Ia menjawab bahwa mereka
hanya mengenal Allah semata, tidak mempunyai syariat yang diamalkan, tidak pula
berbuat kekufuran. Abdullah ibnu Wahb mengatakan bahwa Abdur Rahman ibnu Zaid pernah berkata,
"Sabi-in adalah pemeluk suatu agama yang tinggal di Mausul. Mereka mengatakan
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, tetapi mereka tidak mempunyai amal, kitab,
dan nabi kecuali hanya ucapan 'tidak ada Tuhan selain Allah'." Abdur Rahman ibnu
Zaid mengatakan pula bahwa mereka tidak beriman kepada rasul. Karena itulah
orang-orang musyrik mengatakan kepada Nabi Saw. dan para sahabatnya, bahwa Nabi
Saw. dan sahabatnya adalah orang-orang Sabi-in. Orang-orang musyrik menyerupakan
Nabi Saw. dan para sahabatnya dengan mereka dalam hal ucapan 'tidak ada Tuhan
selain Allah'.
Al-Khalil mengatakan bahwa Sabi-in adalah suatu kaum yang agamanya menyerupai
agama Nasrani, hanya kiblat mereka mengarah kepada datangnya angin selatan;
mereka menduga bahwa dirinya berada dalam agama Nabi Nuh a.s. Al-Qurtubi meriwayatkan dari Mujahid, Al-Hasan, dan Ibnu Abu Nujaih, bahwa
mereka adalah suatu kaum yang agamanya merupakan campuran antara agama Yahudi
dan agama Majusi; sembelihan mereka tidak boleh dimakan, dan kaum wanitanya
tidak boleh dinikahi. Al-Qurtubi mengatakan, yang tersimpul dari pendapat mereka menurut apa yang
disebut oleh sebagian ulama yaitu mereka adalah orang-orang yang mengesakan
Tuhan dan meyakini akan pengaruh bintang-bintang, bahwa bintang-bintang
tersebutlah yang melakukannya. Karena itulah Abu Sa'id Al Astakhri mengeluarkan
fatwa bahwa mereka adalah orang kafir. Ia katakan demikian ketika Al-Qadir
Billah menanyakan kepadanya tentang hakikat mereka.
Ar-Razi memilih pendapat yang mengatakan bahwa Sabi-in adalah suatu kaum yang
menyembah bintang-bintang, dengan pengertian bahwa Allah telah menjadikannya
sebagai kiblat untuk ibadah dan doa, yakni Allah menyerahkan pengaturan urusan
alam ini kepada bintang-bintang tersebut. Selanjutnya Ar-Razi mengatakan bahwa
pendapat ini dinisbatkan kepada orang-orang Kasyrani yang didatangi oleh Nabi
Ibrahim a.s. untuk membatalkan pendapat mereka dan memenangkan perkara yang
hak. Pendapat Mujahid dan para pengikutnya serta pendapat Wahb ibnu Munabbih
menyatakan bahwa Sabi-in adalah suatu kaum bukan pemeluk agama Yahudi, bukan
Nasrani, bukan Majusi, bukan pula kaum musyrik. Sesungguhnya mereka adalah suatu
kaum yang hanya tetap pada fitrah mereka, tiada agama tetap yang menjadi panutan
dan pegangan mereka. Karena itulah maka kaum musyrik memperolok-olokkan orang
yang masuk Islam dengan sebutan Sabi, dengan maksud bahwa dia telah menyimpang
dari semua agama penduduk bumi di saat itu. Sebagian ulama mengatakan, Sabi-in adalah orang-orang yang belum sampai
kepada mereka dakwah seorang nabi pun. Pendapat yang paling kuat di antara semuanya hanya Allah-lah Yang Maha
Mengetahui.
Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Al-Baqoroh Ayat 62"
Posting Komentar