Al-Baqoroh Ayat 49-50
Minggu, 13 Mei 2018
Add Comment
{وَإِذْ
نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ
أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُمْ بَلاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ
عَظِيمٌ (49) وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا
آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (50) }
Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kalian
dari Fir'aun dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepada kalian siksaan
yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak kalian yang laki-laki dan
membiarkan hidup anak kalian yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang
besar dari Tuhan kalian. Dan (ingatlah) ketika Kami belah laut untuk kalian,
lalu Kami selamatkan kalian dan Kami tenggelamkan Fir'aun dan
pengikut-pengikutnya, sedangkan kalian sendiri menyaksikan.
Allah Swt. berfirman, "Ingatlah, hai Bani Israil, akan nikmat-Ku yang telah
Kulimpahkan kepada kalian, yaitu ketika Kami selamatkan kalian dari Fir'aun dan
pengikut-pengikutnya yang telah menimpakan kepada kalian siksaan yang
berat-berat." Maksudnya, Aku selamatkan kalian dari mereka, dan Aku luputkan
kalian dari tangan kekuasaan mereka, karena kalian mengikut kepada Nabi Musa
a.s. Fir'aun dan bala tentaranya di masa lalu mendatangkan dan menguasakan serta
menimpakan kepada kalian siksaan yang paling buruk.
Pada mulanya Fir'aun bermimpi tentang hal yang sangat mengejutkan dirinya dan
membuatnya ngeri. Dia melihat api keluar dari Baitul Muqaddas, lalu api tersebut
memasuki semua rumah orang-orang Qibti (Egypt) di negeri Mesir, kecuali
rumah-rumah kaum Bani Israil. Takbir mimpi tersebut menyatakan bahwa kelak
kerajaan Fir'aun akan lenyap di tangan salah seorang lelaki dari kalangan Bani
Israil. Setelah Fir'aun mendapat takbir tersebut, kemudian dilaporkan kepadanya
bahwa orang-orang Bani Israil meramalkan akan munculnya seorang lelaki dari
kalangan mereka yang kelak akan berkuasa di kalangan mereka dan mengangkat nasib
mereka. Demikian yang disebutkan di dalam hadis Al-Fulun, seperti yang akan
dijelaskan nanti pada tempatnya. yaitu dalam tafsir surat Thaha, insya
Allah.
Maka pada saat itu juga Fir'aun yang terkutuk itu memerintahkan agar setiap
bayi laki-laki yang baru lahir di kalangan Bani Israil harus dibunuh, dan
membiarkan hidup bayi-bayi perempuan. Lalu dia memerintahkan pula agar kaum
lelaki orang-orang Bani Israil ditugaskan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan
yang berat lagi hina.
Di dalam ayat ini siksaan ditafsirkan (dijelaskan) dengan penyembelihan
bayi-bayi lelaki mereka, sedangkan dalam surat Ibrahim memakai ungkapan
alaf, yaitu dalam firman-Nya:
{يَسُومُونَكُمْ
سُوءَ الْعَذَابِ ويُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ
نِسَاءَكُمْ}
Mereka menyiksa kalian dengan siksaan yang pedih dan mereka menyembelih
anak-anak laki-laki kalian serta membiarkan hidup anak-anak perempuan
kalian. (Ibrahim: 6)
Tafsir mengenai pengertian ini akan dijelaskan nanti dalam permulaan surat
Al-Qashash, insya Allah.
Makna yasumunakum ialah menguasakan kepada kalian, yakni menimpakan
kepada kalian. Demikian pendapat Abu Ubaidah, menurutnya sama dengan perkataan,
"Samahu khittatu khasfin.'" Dikatakan demikian bila seseorang telah
dikuasai oleh siksaan yang berat menimpa dirinya. Amr ibnu Kalsum, salah seorang
penyair, mengatakan:
إِذَا
مَا الْمُلْكُ سَامَ النَّاسَ خَسْفًا ...
أَبَيْنَا أَنْ نُقِرَّ الْخَسْفَ فِينَا ...
Apabila raja menimpakan siksaan yang
berat kepada orang-orang, maka kami memberonlak sebagai protes kami karena kami
menolak siksaan menimpa diri kami.
Menurut pendapat lain, arti yasumunakum ialah terus-menerus menyiksa
kalian; sama halnya dengan kata-kata saimatul ganam yang diambil dari
makna terus-menerus menggembalakan ternak kambing. Demikian yang dinukil oleh
Al-Qurtubi.
Sesungguhnya dalam ayat ini dikatakan: Mereka menyembelih anak kalian yang
laki-laki dan membiarkan hidup anak kalian yang perempuan. (Al-Baqarah: 49)
Tiada lain hal tersebut hanyalah sebagai tafsir dan penjelasan dari siksaan yang
menimpa mereka, yang disebutkan pada kalimat sebelumnya, yaitu: mereka
menimpakan kepada kalian siksaan yang seberat-beratnya. (Al-Baqarah: 49).
Ayat-ayat tersebut merupakan tafsir atau penjelasan dari firman sebelumnya,
yaitu: Ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada kalian.
(Al-Baqarah: 47)
Adapun yang terdapat di dalam surat Ibrahim, yaitu ketika Allah Swt.
berfirman:
{وَذَكِّرْهُمْ
بِأَيَّامِ اللَّهِ}
Yakni pertolongan-pertolongan dan nikmat-nikmat-Nya kepada mereka, maka
sangat sesuailah bila dikatakan dalam firman selanjutnya: mereka menyiksa
kalian dengan siksa yang pedih dan mereka menyembelih anak-anak laki-laki kalian
seria membiarkan hidup anak-anak perempuan kalian. (Ibrahim: 6)
Dalam surat ini lafaz az-zabah (penyembelihan) di-'ataf-kan
kepada lafaz yasumunakum untuk menunjukkan makna berbilangnya nikmat dan
pertolongan Allah Swt. kepada kaum Bani Israil.
Fir'aun merupakan isim 'alam untuk nama julukan bagi seorang raja kafir dari
bangsa Amaliq dan lain-lainnya (di negeri Mesir). Seperti halnya 'Kaisar', isim
alam untuk julukan bagi setiap raja yang menguasai negeri Romawi dan Syam yang
kafir; dan 'Kisra' julukan bagi Raja Persia, 'Tubba' julukan bagi raja negeri
Yaman yang kafir, 'Najasyi' julukan bagi raja yang menguasai negeri Habsyah, dan
'Batalimus' nama julukan bagi Raja India.
Menurut suatu pendapat, nama Fir'aun yang hidup sezaman dengan Nabi Musa a.s.
adalah Al-Walid ibnu Mus'ab ibnur Rayyan. Menurut pendapat lainnya bernama
Mus'ab ibnur Rayyan, dia termasuk salah seorang keturunan dari Amliq ibnul Aud
ibnu Iram ibnu Sam ibnu Nuh; sedangkan nama kunyah-nya ialah Abu Murrah. Ia
berasal dari Persia, yaitu dari Istakhar. Apa pun asalnya dia, semoga laknat
Allah atas dirinya.
************
Firman Allah Swt.:
{وَفِي
ذَلِكُمْ بَلاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ}
Menurut Ibnu Jarir, makna ayat ialah bahwa apa yang telah Kami lakukan
terhadap kalian, yakni Kami selamatkan kakek moyang kalian dari apa yang
mengungkung diri mereka akibat siksaan Fir'aun dan bala tentaranya, hal tersebut
merupakan cobaan besar bagi kalian dari Tuhan. Dengan kata lain, hal tersebut
merupakan nikmat yang besar bagi kalian.
Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah Swt.:
merupakan cobaan yang besar dari Tuhan kalian. (Al-Baqarah: 49) Yang
dimaksud dengan cobaan ialah nikmat.
Mujahid mengatakan bahwa firman Allah Swt., "Merupakan cobaan yang besar
dari Tuhan kalian," artinya nikmat yang besar dari Tuhan kalian.
Hal yang sama dikatakan pula oleh Abul Aliyah, Abu Malik, dan As-Saddi serta
lain-lainnya. Asal makna lafaz al-bala ialah cobaan, tetapi adakalanya
cobaan itu ditujukan untuk kebaikan sama halnya dengan keburukan, seperti makna
yang terkandung di dalam firman-Nya:
{وَنَبْلُوكُمْ
بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً}
Dan Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan (yang sebenar-benarnya). (Al-Anbiya: 25)
{وَبَلَوْنَاهُمْ
بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ}
Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang
buruk-buruk agar mereka kembali (kepada kebenaran) (Al-A'raf: 168)
Ibnu Jarir mengatakan, makna cobaan untuk keburukan kebanyakan dipakai kata
balautuhu, abluhu, bala-an; sedangkan untuk kebaikan
dipakai kata ublihi, ibla-an, dan bala-an. Zuhair
ibnu Abu Salma mengatakan dalam salah satu bait syairnya:
جَزَى اللَّهُ بِالْإِحْسَانِ مَا فَعَلا بكُم ... وَأَبْلَاهُمَا خَيْرَ البلاءِ الَّذِي
يَبْلُو
Semoga Allah membalas dengan kebajikan
atas apa yang telah dilakukan oleh keduanya terhadap kalian, dan semoga Allah
mencoba keduanya dengan sebaik-baik cobaan yang diberikan-Nya.
Di dalam syair ini kedua sisi pengertian digabungkan menjadi satu, karena
penyair bermaksud 'semoga Allah memberikan kenikmatan kepada keduanya dengan
nikmat yang paling baik yang diberikan-Nya untuk menguji hamba-hamba-Nya'.
Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud dari firman-Nya, "Pada yang
demikian itu terdapat cobaan," merupakan isyarat yang ditujukan kepada siksaan
yang pernah mereka alami di masa silam, yakni siksaan yang hina, seperti
anak-anak lelaki mereka disembelih dan anak-anak perempuan mereka dibiarkan
hidup. Al-Qurtubi mengatakan bahwa hal ini merupakan pendapat jumhur ulama.
Dikatakannya sesudah dia mengetengahkan pendapat pertama tadi, selanjutnya dia
mengatakan bahwa menurut jumhur ulama isyarat ini ditujukan kepada penyembelihan
dan yang semisal dengannya, sedangkan pengertian bala dalam ayat ini untuk
keburukan, yang artinya ialah bahwa peristiwa penyembelihan anak-anak tersebut
merupakan hal yang tidak disukai dan sebagai ujian.
*********
{وَإِذْ
فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ
وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ}
Makna ayat, yaitu: Sesudah Kami selamatkan kalian dari Fir'aun dan bala
tentaranya, lalu kalian berangkat bersama Musa a.s., dan Fir'aun pun berangkat
pula mengejar kalian, maka Kami belahkan laut buat kalian. Hal ini diberitakan
oleh Allah Swt. secara rinci yang akan di-kemukakan pada tempatnya, dan yang
paling panjang pembahasannya ialah dalam surat Asy-Syu'ara, insya Allah.
Fa anjainakum, yakni Kami selamatkan kalian dari mereka dan Kami
halang-halangi antara kalian dan mereka; lalu Kami tenggelamkan mereka,
sedangkan kalian sendiri menyaksikan hal tersebut, agar hati kalian lebih tenang
dan lega serta lebih meyakinkan dalam menghina musuh kalian.
Abdur Razzaq meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Abu
Ishaq Al-Hamdani, dari Amr ibnu Maimun Al-Audi sehubungan dengan firman-Nya,
"Dan (ingatlah) ketika Kami belah laut untuk kalian," sampai dengan firman-Nya,
"sedangkan kalian menyaksikan." Bahwa tatkala Musa berangkat bersama kaum Bani
Israil, beritanya terdengar oleh Fir'aun. Maka Fir'aun berkata, "Janganlah
kalian mengejar mereka sebelum ayam berkokok (waktu pagi hari)." Akan tetapi,
demi Allah, pada malam itu tiada seekor ayam jago pun yang berkokok hingga pagi
hari. Lalu Fir'aun memerintahkan agar didatangkan ternak kambing, lalu
kambing-kambing itu disembelih. Fir'aun berkata, "Aku tidak akan mengambil
hatinya sebelum berkumpul di hadapanku enam ratus ribu orang Qibti." Ternyata
sebelum dia mengambil hati kambing-kambing yang telah disembelih itu telah
berkumpul di hadapannya enam ratus ribu orang Qibti.
Ketika Musa sampai di tepi laut, maka berkatalah kepadanya salah seorang dari
sahabatnya yang dikenal dengan nama Yusya' ibnu Nun, "Manakah perintah Tuhanmu?"
Musa berkata, "Di hadapanmu," seraya mengisyaratkan ke arah laut. Lalu Yusya'
ibnu Nun memacu kudanya ke arah laut hingga sampai di tempat yang besar
ombaknya, kemudian ombak menepikannya dan ia kembali (ke tepi), lalu bertanya
lagi, "Manakah perintah Tuhanmu, hai Musa? Demi Allah, engkau tidaklah berdusta,
tidak pula didustakan." Yusya' ibnu Nun melakukan hal tersebut sebanyak tiga
kali. Kemudian Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Musa dan memerintahkan
kepadanya agar memukul laut dengan tongkatnya. Musa a.s. memukulkan tongkatnya,
ternyata laut terbelah, dan tersebutlah bahwa setiap belahan itu pemandangannya
sama dengan bukit yang besar.
Kemudian Musa berjalan bersama orang-orang yang mengikutinya, lalu Fir'aun
dan bala tentaranya mengejar mereka melalui jalan yang telah ditempuh mereka.
Tetapi ketika Fir'aun dan semua bala tentaranya telah masuk ke laut, maka Allah
menenggelamkan mereka dengan menangkupkan kembali laut atas diri mereka. Karena
itu, disebutkan di dalam firman-Nya: Dan Kami tenggelamkan Fir'aun dan para
pengikutnya, sedangkan kalian sendiri menyaksikan. (Al-Baqarah: 50)
Hal yang sama dikatakan pula oleh bukan hanya seorang ulama Salaf, seperti
yang akan dijelaskan nanti pada tempatnya.
Di dalam sebuah riwayat dinyatakan bahwa hari tersebut adalah hari yang jatuh
dalam bulan Asyura. Sebagaimana Imam Ahmad meriwayatkan:
حَدَّثَنَا
عَفَّانُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ، حَدَّثَنَا أَيُّوبُ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَدِمَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى
الْيَهُودَ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: "مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي
تَصُومُونَ؟ ". قَالُوا: هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ، هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ فِيهِ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ ، فَصَامَهُ مُوسَى، عَلَيْهِ
السَّلَامُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَنَا
أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ". فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، وَأَمَرَ بِصَوْمِهِ.
telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abdul
Waris, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Abdullah ibnu Sa'id ibnu
Jubair, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas yang menceritakan hadis berikut:
Rasulullah Saw. tiba di Madinah dan beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan
puasa pada had Asyura. Maka beliau bersabda, "Hari apakah sekarang yang
kalian melakukan puasa padanya?" Mereka menjawab, "Ini adalah hari yang
baik, ini adalah hari ketika Allah Swt. menyelamatkan Bani Israil dan musuh
mereka, maka Musa melakukan puasa padanya." Lalu Rasulullah Saw. bersabda,
"Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian." Kemudian Rasulullah
Saw. puasa dan memerintahkan (para sahabat) agar melakukan puasa di hari
itu.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Nasai, dan
Imam Ibnu Majah melalui berbagai jalur periwayatan dari Ayub As-Sukhtiyani
dengan lafaz yang semisal.
وَقَالَ
أَبُو يَعْلَى الْمَوْصِلِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو الرَّبِيعِ، حَدَّثَنَا سَلَّامٌ
-يَعْنِي ابْنَ سُلَيْمٍ-عَنْ زَيْدٍ العَمِّيّ عَنْ يَزِيدَ الرَّقَاشِيِّ عَنْ
أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " فَلَقَ
اللَّهُ الْبَحْرَ لِبَنِي إِسْرَائِيلَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ "
Abu Ya’la Al-Mausuli meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abur Rabi',
telah menceritakan kepada kami Salam (yakni Ibnu Sulaim), dari Zaid Al-Ama, dari
Yazid Ar-Raqqasyi, dari Anas r.a. yang menceritakan bahwa Nabi Saw. pernah
bersabda: Allah membelah laut bagi kaum Bani Israil pada hari Asyura.
Hadis ini daif ditinjau dari sanad ini, karena sesungguhnya Zaid Al-Ama
orangnya berpredikat daif, sedangkan gurunya, yaitu Zaid Ar-Raqqasyi, lebih daif
lagi darinya.
Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Al-Baqoroh Ayat 49-50"
Posting Komentar