Al-Baqoroh Ayat 44
Minggu, 13 Mei 2018
Add Comment
{أَتَأْمُرُونَ
النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ
أَفَلا تَعْقِلُونَ (44) }
Mengapa kalian suruh orang lain (mengerjakan)
kebajikan, sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri, padahal kalian
membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kalian berpikir?
Allah Swt. berfirman, "Apakah layak bagi kalian, hai orang-orang ahli kitab,
bila kalian memerintahkan manusia berbuat kebajikan yang merupakan inti dari
segala kebaikan, sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri dan kalian tidak
melakukan apa yang kalian perintahkan kepada orang-orang untuk mengerjakannya,
padahal selain itu kalian membaca kitab kalian dan mengetahui di dalamnya akibat
apa yang akan menimpa orang-orang yang melalaikan perintah Allah? Tidakkah
kalian berakal memikirkan apa yang kalian lakukan terhadap diri kalian sendiri,
lalu kalian bangun dari kelelapan kalian dan melihat setelah kalian buta?"
Pengertian tersebut diungkapkan oleh Abdur Razzaq dari Ma'mar, dari Qatadah
sehubungan dengan makna firman-Nya: Mengapa kalian suruh orang lain
(mengerjakan) kebajikan, sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri.
(Al-Baqarah: 44) Pada mulanya kaum Bani Israil memerintahkan orang lain taat
kepada Allah, takwa kepadanya, dan mengerjakan kebajikan; kemudian mereka
bersikap berbeda dengan apa yang mereka katakan itu, maka Allah mengecam sikap
mereka. Makna yang sama diketengahkan pula oleh As-Saddi.
Ibnu Jurairj mengatakan sehubungan dengan firman-Nya, "Mengapa kalian
suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan," bahwa orang-orang ahli kitab dan
orang-orang munafik selalu memerintahkan orang lain untuk melakukan puasa dan
salat, tetapi mereka sendiri tidak melakukan apa yang mereka perintahkan kepada
orang-orang untuk melakukannya. Maka Allah mengecam perbuatan mereka itu, karena
orang yang memerintahkan kepada suatu kebaikan, seharusnya dia adalah orang yang
paling getol dalam mengerjakan kebaikan itu dan berada paling depan daripada
yang lainnya.
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad ibnu Ikrimah atau Sa'id ibnu
Jubair, dari Ibnu Abbas mengenai firman-Nya, "Sedangkan kalian melupakan diri
kalian sendiri," yakni meninggalkan diri kalian sendiri dalam kebajikan itu.
Firman Allah Swt.: Padahal kalian membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah
kalian berpikir? (Al-Baqarah: 44) Yakni kalian melarang manusia berbuat
kekufuran atas dasar apa yang ada pada kalian, yaitu kenabian dan perjanjian
dari kitab Taurat, sedangkan kalian meninggalkan diri kalian sendiri. Dengan
kata lain, sedangkan kalian sendiri kafir terhadap apa yang terkandung di dalam
kitab Taurat yang di dalamnya terdapat perjanjian-Ku yang harus kalian penuhi,
yaitu percaya kepada Rasul-Ku. Ternyata kalian merusak perjanjian-Ku yang telah
kalian sanggupi dan kalian mengingkari apa yang kalian ketahui dari
Kitab-Ku.
Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini,
yaitu 'apakah kalian memerintahkan orang lain untuk masuk ke dalam agama Nabi
Muhammad Saw. dan lain-lainnya yang diperintahkan kepada kalian untuk
melakukannya —seperti mendirikan salat— sedangkan kalian melupakan diri kalian
sendiri?'.
Abu Ja'far ibnu Jarir meriwayatkan, telah menceritakan kepadaku Jarir, telah
menceritakan kepadaku Ali ibnul Hasan, telah menceritakan kepada kami Aslam
Al-Harami, telah menceritakan kepada kami Makhlad ibnul Husain, dari Ayyub
As-Sukhtiyani, dari Abu Qilabah, sehubungan dengan makna firman-Nya: Mengapa
kalian suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kalian melupakan diri
kalian sendiri, padahal kalian membaca Al-Kitab (Taurat)? (Al-Baqarah: 44);
Abu Darda pernah mengatakan, seseorang masih belum dapat dikatakan sebagai ahli
fiqih yang sempurna sebelum dia membenci orang yang menentang Allah, kemudian ia
merujuk kepada dirinya sendiri, maka sikapnya terhadap dirinya sendiri jauh
lebih keras (ketimbang terhadap orang lain).
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan ayat ini,
bahwa orang-orang Yahudi itu apabila datang kepada mereka seseorang menanyakan
sesuatu yang tidak mengandung perkara hak, tidak pula risywah (suap), mereka
memerintahkan dia untuk mengerjakan hal yang hak. Maka Allah berfirman:
Mengapa kalian suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kalian
melupakan diri kalian sendiri, padahal kalian membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka
tidakkah kalian berpikir? (Al-Baqarah: 44) Makna yang dimaksud ialah Allah
Swt. mencela mereka atas perbuatan itu dan memperingatkan mereka akan
kesalahannya yang menyangkut hak diri mereka sendiri; karena mereka
memerintahkan kepada kebaikan, sedangkan mereka sendiri tidak mengerjakannya.
Bukanlah pengertian yang dimaksud sebagai celaan terhadap mereka karena mereka
memerintahkan kepada kebajikan, sedangkan mereka sendiri tidak melakukannya,
melainkan karena mereka meninggalkan kebajikan itu sendiri. Mengingat amar
wa'ruf/hukumnya wajib atas setiap orang alim, tetapi yang lebih diwajibkan bagi
orang alim ialah melakukannya di samping memerintahkan orang lain untuk
mengerjakannya, dan ia tidak boleh ketinggalan.
Perihalnya sama dengan apa yang dikatakan oleh Nabi Syu'aib a.s. yang disitir oleh firman-Nya:
{وَمَا
أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَى مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ إِنْ أُرِيدُ إِلا
الإصْلاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ
وَإِلَيْهِ أُنِيبُ}
Dan aku tidak berkehendak mengerjakan apa yang aku larang kalian darinya,
aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih
berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan)
Allah. Hanya kepada Allah aku berlawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku
kembali. (Hud: 88)
Melakukan amar ma'ruf dan melakukan perbuatan makruf hukumnya wajib,
masing-masing dari keduanya tidak gugur karena tidak melakukan yang lain.
Demikianlah pendapat yang paling sahih dari kedua golongan ulama, yaitu ulama
Salaf dan ulama Khalaf.v Sebagian ulama mengatakan bahwa orang yang berbuat maksiat tidak boleh
melarang orang lain untuk melakukannya. Pendapat ini lemah, dan lebih lemah lagi
mereka memegang ayat ini sebagai dalil mereka, karena sesungguhnya tidak ada
hujah bagi mereka dalam ayat ini. Tetapi pendapat yang sahih mengatakan bahwa orang yang alim harus
memerintahkan amar ma'ruf, sekalipun dia sendiri tidak mengerjakannya; harus
melarang perbuatan yang mungkar, sekalipun dia sendiri mengerjakannya.
Malik ibnu Rabi'ah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Sa'id ibnu Jubair
berkata, "Seandainya seseorang tidak melakukan amar ma'ruf, tidak pula nahi
munkar karena diharuskan baginya bersih dari hal tersebut, niscaya tiada seorang
pun yang melakukan amar ma'ruf, tidak pula nahi munkar." Malik berkata, "Dan
memang benar, siapakah orangnya yang bersih dari kesalahan?"
Menurut kami, dalam keadaan demikian (orang yang bersangkutan adalah seorang
yang alim) ia tercela, sebab meninggalkan amal ketaatan dan mengerjakan maksiat,
karena dia adalah seorang yang alim dan pelanggaran yang dilakukannya atas dasar
pengetahuan, mengingat tidaklah sama antara orang yang alim dengan orang yang
tidak alim. Untuk itu, banyak hadis yang mengancam orang yang melakukan hal
tersebut. Imam Abul Qasim At-Tabrani di dalam kitab Mu'jamul Kabir telah
meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnul Ma’la Ad-Dimasyqi dan
Al-Hasan ibnu Ali Al-Umri; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Sulaiman Al-Kalbi,
telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Tamimah Al-Hujaimi, dari
Jundub ibnu Abdullah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda:
"مَثَلُ
الْعَالِمِ الَّذِي يُعَلِّمُ النَّاسَ الْخَيْرَ وَلَا يَعْمَلُ بِهِ كَمَثَلِ
السِّرَاجِ يُضِيءُ لِلنَّاسِ وَيَحْرِقُ نَفْسَهُ"
Perumpamaan orang alim yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain,
sedangkan dia sendiri tidak mengamalkannya, sama dengan pelita; ia memberikan
penerangan kepada orang lain, sedangkan dirinya sendiri terbakar.
Hadis ini bila ditinjau dari sanad ini berpredikat garib.
Hadis kedua diketengahkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab Musnad-nya:
حَدَّثَنَا
وَكِيع، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ هُوَ ابْنُ
جُدْعَانَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَرَرْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عَلَى
قَوْمٍ شِفَاهُهُمْ تُقْرَض بِمَقَارِيضَ مِنْ
نَارٍ. قَالَ: قُلْتُ: مَنْ هَؤُلَاءِ؟ " قَالُوا: خُطَبَاءُ مِنْ أَهْلِ
الدُّنْيَا مِمَّنْ كَانُوا يَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَيَنْسَوْنَ
أَنْفُسَهُمْ، وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا يَعْقِلُونَ؟
telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Hammad
ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid (yaitu ibnu Jad'an), dari Anas ibnu Malik r.a.
yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Di malam aku
diisrakan, aku bersua dengan suatu kaum yang bibir mereka digunting dengan
gunting-gunting api, lalu aku bertanya, "Siapakah mereka itu?" Mereka (para
malaikat) menjawab, "Mereka adalah tukang ceramah umatmu di dunia, dari kalangan
orang-orang yang memerintahkan orang lain untuk mengerjakan ketaatan, sedangkan
mereka melupakan dirinya sendiri, padahal mereka membaca Al-Qur'an. Maka
tidakkah mereka berpikir?"
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Abdu ibnu Humaid di dalam kitab Musnad-nya,
juga di dalam kitab tafsirnya yang bersumber dari Al-Hasan ibnu Musa, dari
Hammad ibnu Salamah dengan lafaz yang sama. Hadis ini diriwayatkan pula oleh
Ibnu Murdawaih di dalam kitab tafsirnya melalui hadis Yunus Ibnu Muhammad
Al-Muaddib dan Al-Hajjaj ibnu Minhal, keduanya menerima hadis ini dari Hammad
ibnu Salamah dengan lafaz yang sama. Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Yazid
ibnu Harun, dari Hammad ibnu Salamah dengan lafaz yang sama.
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ
هَارُونَ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التُّسْتَرِيُّ بِبَلْخٍ،
حَدَّثَنَا مَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ قَيْسٍ، عَنْ
عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ عَنْ ثُمَامَةَ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَرَرْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عَلَى
أُنَاسٍ تُقْرَضُ شِفَاهُهُمْ وَأَلْسِنَتُهُمْ بِمَقَارِيضَ مِنْ نَارٍ. قُلْتُ:
مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ؟ " قَالَ: هَؤُلَاءِ خُطَبَاءُ أُمَّتِكَ، الَّذِينَ
يَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَيَنْسَوْنَ أَنْفُسَهُمْ.
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Ibrahim, telah
menceritakan kepada kami Musa ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Ishaq
ibnu Ibrahim At-Tusturi di Balakh, telah menceritakan kepada kami Makki ibnu
Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Qais, dari Ali ibnu Yazid,
dari Sumamah, dari Anas yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah
Saw. bersabda: Di malam aku diisrakan aku bersua dengan orang-orang yang
bibir dan lidah mereka digunting dengan gunting-gunting dari api, lalu aku
bertanya, "Siapakah mereka itu, hai Jibril?" Jibril menjawab, "Mereka
adalah tukang ceramah umatmu yang memerintahkan kepada orang lain untuk
melakukan ketaatan, sedangkan mereka melupakan dirinya sendiri."
Hadis ini diketengahkan oleh Ibnu Hibban di dalam kitab sahihnya dan Ibnu Abu
Hatim serta Ibnu Murdawaih melalui hadis Hisyam Ad-Dustuwai, dari Al-Mugirah
yakni Ibnu Habib menantu Malik ibnu Dinar, dari Malik ibnu Dinar, dari Sumamah,
dari Anas ibnu Malik yang menceritakan:
لَمَّا
عُرِجَ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِقَوْمٍ تُقْرض
شِفَاهُهُمْ ، فَقَالَ: "يَا جِبْرِيلُ، مَنْ هَؤُلَاءِ؟ " قَالَ: هَؤُلَاءِ
الْخُطَبَاءُ مِنْ أُمَّتِكَ يَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَيَنْسَوْنَ
أَنْفُسَهُمْ؛ أَفَلَا يَعْقِلُونَ؟
Ketika Rasulullah Saw. dibawa mikraj, beliau bersua dengan suatu kaum yang
bibir mereka diguntingi, lalu beliau bertanya, "Hai Jibril, siapakah mereka
itu?" Jibril menjawab, "Mereka adalah tukang khotbah dari kalangan umatmu,
mereka memerintahkan orang lain untuk mengerjakan kebajikan, sedangkan mereka
melupakan dirinya sendiri. Maka tidakkah mereka berpikir?"
Hadis lainnya diriwayatkan oleh Imam Ahmad, disebut bahwa:
حَدَّثَنَا
يَعْلَى بْنُ عُبَيْدٍ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، قَالَ: قِيلَ
لِأُسَامَةَ -وَأَنَا رَدِيفُهُ-: أَلَا تُكَلِّمُ عُثْمَانَ؟ فَقَالَ: إِنَّكُمْ
تُرَون أَنِّي لَا أُكَلِّمُهُ إِلَّا أُسْمِعُكُمْ. إِنِّي لَا أُكَلِّمُهُ فِيمَا
بَيْنِي وَبَيْنَهُ مَا دُونُ أَنْ أَفْتَتِحَ أَمْرًا -لَا أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ
أَوَّلَ مَنِ افْتَتَحَهُ، وَاللَّهِ لَا أَقُولُ لِرَجُلٍ إِنَّكَ خَيْرُ
النَّاسِ. وَإِنْ كَانَ عَلَيَّ أَمِيرًا -بَعْدَ أَنْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ، قَالُوا: وَمَا سَمِعْتَهُ يَقُولُ؟
قَالَ: سَمِعْتُهُ يَقُولُ: "يُجَاء بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي
النَّارِ، فَتَنْدَلِقُ بِهِ أَقْتَابُهُ ، فَيَدُورُ بِهَا فِي النَّارِ كَمَا
يَدُورُ الْحِمَارُ بِرَحَاهُ، فَيُطِيفُ بِهِ أهلُ النَّارِ، فَيَقُولُونَ: يَا
فُلَانُ مَا أَصَابَكَ؟ أَلَمْ تَكُنْ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَانَا
عَنِ الْمُنْكَرِ؟ فَيَقُولُ: كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ،
وَأَنْهَاكُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ"
telah menceritakan kepada kami Ya’la ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada
kami Al-A'masy, dari Abu Wail yang telah menceritakan bahwa pernah dikatakan
kepada Usamah yang saat itu aku membonceng padanya, "Mengapa engkau tidak
berbicara kepada Usman?" Usamah menjawab, "Sesungguhnya kalian berpandangan
bahwa tidak sekali-kali aku berbicara kepadanya melainkan aku akan
memperdengarkannya kepada kalian. Sesungguhnya aku akan berbicara dengannya
mengenai urusan antara aku dan dia tanpa menyinggung suatu perkara yang paling
aku sukai bila diriku adalah orang pertama yang memulainya. Demi Allah, aku
tidak akan mengatakan kepada seorang pun bahwa engkau adalah sebaik-baik orang,
sekalipun dia bagiku adalah sebagai amir, sesudah aku mendengar Rasulullah Saw.
bersabda." Mereka bertanya, "Apakah yang telah engkau dengar dari beliau?"
Usamah menjawab bahwa dia pernah mendengar Nabi Saw. bersabda: Kelak di hari
kiamat ada seorang lelaki yang didatangkan, lalu dicampakkan ke dalam neraka,
maka berhamburanlah isi perutnya, lalu berputar-putar seraya membawa isi
perutnya ke dalam neraka sebagaimana keledai berputar dengan penggilingannya.
Maka penghuni neraka mengelilinginya dan mengatakan, "Hai Fulan, apakah gerangan
yang telah menimpamu? Bukankah kamu dahulu memerintahkan kepada kami untuk
berbuat yang makruf dan melarang kami dari perbuatan yang mungkar?" Lelaki itu
menjawab, "Dahulu aku memerintahkan kalian kepada perkara yang makruf, tetapi
aku sendiri tidak mengerjakannya; dan aku melarang kalian melakukan perbuatan
yang mungkar, tetapi aku sendiri mengerjakannya."
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan hadis yang semisal melalui hadis
Sulaiman ibnu Mihran, dari Al-A'masy dengan lafaz yang sama.
قَالَ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سَيَّارُ بْنُ حَاتِمٍ، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ
عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ يُعَافِي الْأُمِّيِّينَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا لَا
يُعَافِي الْعُلَمَاءَ"
Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Sayyar ibnu Hatim,
telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Sulaiman, dari Sabit, dari Anas yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah
memaafkan orang-orang yang ummi di hari kiamat dengan pemaafan yang tidak Dia
lakukan terhadap ulama.
Di dalam suatu asar dijelaskan bahwa Allah memberikan ampunan bagi orang yang
bodoh sebanyak tujuh puluh kali, sedangkan kepada orang yang alim cuma sekali.
Tiadalah orang yang tidak alim itu sama dengan orang yang alim. Allah Swt. telah
berfirman:
{قُلْ
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا
يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ}
Katakanlah, "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran. (Az-Zumar: 9)
Di dalam bab autobiografi Al-Walid ibnu Uqbah, Ibnu Asakir meriwayatkan
sebuah hadis yang menyebutkan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ
أُنَاسًا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ يَطَّلِعُونَ عَلَى أُنَاسٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ
فَيَقُولُونَ: بِمَ دَخَلْتُمُ النَّارَ؟ فَوَاللَّهِ مَا دَخَلْنَا الْجَنَّةَ
إِلَّا بِمَا تَعَلَّمْنَا مِنْكُمْ، فَيَقُولُونَ: إِنَّا كُنَّا نَقُولُ وَلَا
نَفْعَلُ"
Sesungguhnya ada segolongan orang dari kalangan penduduk surga melihat
segolongan orang dari kalangan penduduk neraka, lalu mereka bertanya, "Apakah
sebabnya hingga kalian masuk neraka? Padahal demi Allah, tiada yang memasukkan
kami ke surga kecuali apa yang kami pelajari dari kalian." Ahli neraka
menjawab, "Sesungguhnya dahulu kami hanya berkata, tetapi tidak
mengamalkannya."
Ibnu Jarir At-Tabari meriwayatkan hadis ini dari Ahmad ibnu Yahya Al-Khabbaz
Ar-Ramli, dari Zuhair ibnu Abbad Ar-Rawasi, dari Abu Bakar Az-Zahiri Abdullah
ibnu Hakim, dari Ismail ibnu Abu Khalid, dari Asy-Sya'bi dari Al-Walid ibnu
Uqbah, kemudian Ibnu Jarir mengetengahkan hadis ini. Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ia pernah kedatangan seorang
lelaki, lalu lelaki itu berkata, "Hai Ibnu Abbas, sesungguhnya aku hendak
melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar." Ibnu Abbas bertanya, "Apakah kamu telah
melakukannya?" Lelaki itu menjawab, "Aku baru mau melakukannya." Ibnu Abbas
berkata, "Jika kamu tidak takut nanti akan dipermalukan oleh tiga ayat dari
Kitabullah, maka lakukanlah." Lelaki itu bertanya, "Apakah ayat-ayat tersebut?"
Ibnu Abbas membacakan firman-Nya: Mengapa kalian suruh orang lain
(mengerjakan) kebajikan, sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri?
(Al-Baqarah: 44) Lalu dia berkata, "Apakah engkau mampu melakukannya?" Lelaki
itu menjawab, "Tidak." Ibnu Abbas berkata, "Ayat yang kedua ialah firman-Nya:
'Mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian perbuat? Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian
kerjakan.' (Ash-Shaff: 2-3) Apakah kamu mampu melakukannya?" Lelaki itu
menjawab, "Tidak." Ibnu Abbas melanjutkan perkataannya, "Dan ayat yang ketiga
ialah ucapan seorang hamba saleh —yaitu Nabi Syu'aib a.s.— yang disitir oleh
firman-Nya: 'Dan aku tidak berkehendak mengerjakan apa yang aku larang kalian
darinya. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan’ (Hud:
88) Apakah kamu mampu melakukan apa yang terkandung dalam ayat ini?" Lelaki itu
menjawab, "Tidak." Maka Ibnu Abbas berkata, "Mulailah dari dirimu sendiri!"
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Murdawaih di dalam kitab tafsirnya.
قَالَ
الطَّبَرَانِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدَانُ بْنُ أَحْمَدَ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ
الْحَرِيشِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ خِرَاش، عَنِ الْعَوَّامِ بْنِ
حَوْشَبٍ، عَنْ [سَعِيدِ بْنِ] الْمُسَيَّبِ بْنِ رَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ دَعَا النَّاسَ إِلَى قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَلَمْ
يَعْمَلْ هُوَ بِهِ لَمْ يَزَلْ فِي ظِلِّ سُخْطِ اللَّهِ حَتَّى يَكُفَّ أَوْ
يَعْمَلَ مَا قَالَ، أَوْ دَعَا إِلَيْهِ"
Imam Tabrani meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abdan ibnu Ahmad,
telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Haris, telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Khirasy, dari Al-Awwam ibnu Hausyab, dari Al-Musayyab ibnu Rafi',
dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang
siapa menyeru kepada orang lain untuk berucap atau beramal, sedangkan dia
sendiri tidak mengamalkannya, maka ia terus-menerus berada di bawah naungan
murka Allah sebelum berhenti atau mengamalkan apa yang telah dia ucapkan atau
mengamalkan apa yang telah dia serukan.
Dalam sanad hadis ini terkandung ke-daif-an (kelemahan).
Ibrahim An-Nakha'i mengatakan, sesungguhnya dia benar-benar tidak menyukai
bercerita karena tiga ayat, yaitu firman-Nya: Mengapa kalian suruh orang lain
(mengerjakan) kebajikan, sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri?
(Al-Baqarah: 44); Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa
yang tidak kalian perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian
mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan. (Ash-Shaff: 2-3) Juga firman
Allah Swt. menyitir kata-kata yang diucapkan oleh Nabi Syu'aib, yaitu: Dan
aku tidak berkehendak mengerjakan apa yang aku larang kalian darinya. Aku tidak
bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan
tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah
aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali. (Hud: 88)
Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Al-Baqoroh Ayat 44"
Posting Komentar