Al-Baqoroh Ayat 149-150
Senin, 14 Mei 2018
Add Comment
{وَمِنْ
حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِنَّهُ
لَلْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (149) وَمِنْ
حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُمَا
كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ لِئَلا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ
حُجَّةٌ إِلا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ فَلا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي
وَلأتِمَّ نِعْمَتِي عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (150)
}
Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka
palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram; sesungguhnya ketentuan itu
benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah
dari apa yang kalian kerjakan. Dan dari mana saja kamu berangkat, maka
palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kalian berada,
maka palingkanlah wajah kalian ke arahnya, agar tidak ada hujah bagi manusia
atas kalian, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka janganlah
kalian takut kepada mereka, dan takutlah kepada-Ku. Dan agar Kusempurnakan
nikmat-Ku atas kalian, dan supaya kalian mendapat petunjuk.
Apa yang disebutkan oleh ayat ini adalah perintah yang ketiga dari Allah Swt.
yang memerintahkan agar semuanya dari berbagai penjuru dunia menghadap ke arah
kiblat. Mufassirin berbeda pendapat mengenai hikmah yang terkandung di dalam
pengulangan sebanyak tiga kali ini. Menurut suatu pendapat, hal ini merupakan
taukid (pengukuhan), mengingat ia merupakan permulaan nasikh yang terjadi di
dalam Islam, menurut apa yang di-nas-kan oleh Ibnu Abbas dan
lain-lainnya.
Menurut pendapat yang lain bahkan hal ini merupakan tahapan dari berbagai
keadaan. Tahapan yang pertama ditujukan kepada orang yang menyaksikan Ka'bah,
tahapan yang kedua ditujukan kepada orang yang berada di dalam kota Mekah tetapi
tidak melihat Ka'bah, dan tahapan yang ketiga ditujukan bagi orang yang berada
di kota-kota lainnya. Demikianlah menurut pengarahan yang diketengahkan oleh
Fakhrud Din Ar-Razi.
Menurut Al-Qurtubi, tahapan yang pertama ditujukan kepada orang yang berada
di dalam kota Mekah, tahapan yang kedua ditujukan kepada orang yang tinggal di
kota-kota lainnya, sedangkan tahapan yang ketiga ditujukan kepada orang yang
berada di dalam perjalanannya. Demikianlah menurut apa yang ditarjihkan oleh
Imam Qurtubi dalam jawabannya.
Menurut pendapat yang lain, sesungguhnya yang demikian itu dikemukakan
hanyalah karena ia berkaitan dengan konteks yang sebelum dan yang sesudahnya.
Pada awalnya Allah Swt. berfirman:
{قَدْ
نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً
تَرْضَاهَا}
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh
Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. (Al-Baqarah: 144)
Sampai dengan firman-Nya:
{وَإِنَّ
الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا
اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ}
Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab
(Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu
adalah benar dari Tuhannya, dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang
mereka kerjakan. (Al-Baqarah: 144)
Dalam ayat ini Allah menyebutkan tentang permintaan Nabi Saw. yang
dikabulkan-Nya dan Allah memerintahkannya untuk menghadap ke arah kiblat yang
disukainya. Kemudian dalam tahapan yang kedua Allah Swt. berfirman:
{وَمِنْ
حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِنَّهُ
لَلْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا
تَعْمَلُونَ}
Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah
Masjidil Haram; sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari
Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kalian kerjakan.
(Al-Baqarah: 149)
Maka Allah Swt. menyebutkan bahwa perintah tersebut adalah kebenaran yang
datang dari Allah. Pada tahapan pertama disebutkan bahwa kiblat Ka'bah tersebut
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Rasul Saw. sendiri, dan padanya
disebutkan bahwa hal tersebut merupakan kebenaran yang disukai dan diridai Allah
pula.
Kemudian dalam tahapan yang ketiga disebutkan suatu hikmah yang mematahkan
hujah orang-orang yang menentangnya dari kalangan orang-orang Yahudi, yaitu
mereka yang memprotes masalah Rasul Saw. yang menghadap ke arah kiblat mereka,
padahal mereka mengetahui melalui kitab-kitab mereka bahwa kelak Rasul Saw. akan
dipalingkan ke arah kiblat Nabi Ibrahim a.s., yaitu ke Ka'bah. Demikian pula
terpatahkan hujah orang-orang musyrik Arab ketika Rasu-lullah Saw. dipalingkan
dari kiblat orang-orang Yahudi ke kiblat Nabi Ibrahim a.s., yaitu kiblat yang
lebih mulia daripada kiblat Yahudi. Mereka mengagungkan Ka'bah dan merasa takjub
dengan menghadap-nya Rasul ke arah Ka'bah.
Menurut pendapat yang lain tidak demikian alasan hikmah yang terkandung dalam
pengulangan ini, seluruhnya dikemukakan oleh Ar-Razi dan lain-lainnya dengan
bahasan yang terinci.
***********
Firman Allah Swt.:
لِئَلا
يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ}
Agar tidak ada hujah bagi manusia atas kalian. (Al-Baqarah: 150)
Yang dimaksud dengan manusia adalah Ahli Kitab, karena sesungguhnya mereka
mengetahui bahwa salah satu dari sifat umat ini ialah menghadap ke arah Ka'bah
dalam ibadahnya. Apabila umat ini (Nabi Saw.) tidak mempunyai sifat tersebut,
barangkali mereka (Ahli Kitab) akan menjadikannya sebagai senjata buat menghujah
orang-orang muslim. Agar mereka tidak menghujah kaum muslim pula, karena kaum
muslim mempunyai kiblat yang sesuai dengan kiblat mereka, yaitu Baitul Maqdis.
Hal ini jelas.
Abul Aliyah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Agar tidak ada
hujah bagi manusia atas kalian. (Al-Baqarah: 150) Yang dimaksud dengan
manusia dalam ayat ini ialah kaum Ahli Kitab. yaitu di kala mereka
mengatakan.”Muhammad telah dipalingkan ke arah Ka'bah.” Mereka mengatakan pula,
"Lelaki ini merindukan rumah ayahnya dan agama kaumnya."
Tersebutlah bahwa hujah mereka terhadap Nabi Saw. ialah berpalingnya Nabi
Saw. ke arah Baitul Haram, lalu mereka mengatakan, "Kelak dia akan kembali lagi
kepada agama kita, sebagaimana dia kembali lagi kepada kiblat kita."
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan dari Mujahid, Ata, Ad-Dahhak,
Ar-Rabi' ibnu Anas, Qatadah, dan As-Saddi hal yang sama.
Ibnu Abu Hatim mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Kecuali
orang-orang yang zalim di antara mereka. (Al-Baqarah: 150) Menurut mereka,
yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim di antara mereka adalah orang-orang
musyrik Quraisy. Salah seorang dari mereka menghipotesiskan hujah orang-orang
yang zalim itu, padahal hujah mereka dapat dipatahkan. Mereka mengatakan,
"Sesungguhnya lelaki ini menduga bahwa dirinya berada dalam agama Nabi Ibrahim.
Maka jika dia menghadap ke arah Baitul Maqdis karena memeluk agama Nabi Ibrahim,
lalu mengapa dia berpaling darinya?" Sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa
Allah Swt. memerintahkannya untuk menghadap ke arah Baitul Maqdis pada mulanya
karena hikmah yang tertentu, lalu Nabi Saw. menaati Tuhannya dalam hal tersebut.
Setelah itu Allah memalingkannya ke arah kiblat Nabi Ibrahim, yaitu Ka'bah; maka
beliau menjalankan pula perintah Allah Swt. dalam hal tersebut. Nabi Saw. dalam
semua keadaannya selalu taat kepada Allah, beliau tidak pernah menyimpang dari
perintah Allah barang sekejap pun, dan umatnya berjalan mengikuti jejaknya.
************
Firman Allah Swt.:
{فَلا
تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي}
Maka janganlah kalian takut kepada mereka, dan takutlah kalian
kepada-Ku. (Al-Baqarah: 150)
Artinya, janganlah kalian merasa takut terhadap tuduhan yang dilancarkan oleh
orang-orang zalim yang ingkar itu, dan takutlah kalian hanya kepada-Ku, karena
sesungguhnya Allah Swt. lebih berhak untuk ditakuti.
Firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَلأتِمَّ
نِعْمَتِي عَلَيْكُمْ}
Dan agar Kusempurnakan nikmat-Ku atas kalian. (Al-Baqarah: 150)
di-ataf-kan kepada firman-Nya:
{لِئَلا
يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ}
Agar tidak ada hujah bagi manusia atas kalian. (Al-Baqarah: 150)
Dengan kata lain, Aku akan menyempurnakan kepada kalian nikmat-Ku, yaitu
dengan mensyariatkan kepada kalian agar menghadap ke arah Ka'bah, agar syariat
yang kalian jalani merupakan syariat yang paling sempurna dari segala
seginya.
{وَلَعَلَّكُمْ
تَهْتَدُونَ}
Dan supaya kalian mendapat petunjuk. (Al-Baqarah: 150)
Yakni agar kalian tidak sesat seperti apa yang dialami oleh umat-umat
terdahulu dari apa yang telah Kami tunjukkan kepada kalian dan Kami khususkan
hal itu buat kalian. Karena itu, maka umat ini merupakan umat yang paling mulia
dan paling utama.
Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Al-Baqoroh Ayat 149-150"
Posting Komentar