Al-Baqoroh Ayat 5
Minggu, 13 Mei 2018
Add Comment
{أُولَئِكَ
عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (5) }
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk
Tuhannya, dan me-rekalah orang-orang yang beruntung.
Allah Swt. berfirman bahwa yang dimaksud dengan mereka itu ialah orang-orang
yang mempunyai ciri-ciri khas terdahulu, yaitu iman kepada yang gaib, mendirikan
salat, memberi nafkah dari rezeki yang diberikan Allah kepada mereka, iman
kepada kitab yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. dan kitab-kitab yang
diturunkan kepada rasul-rasul sebelumnya, dan yakin kepada kehidupan akhirat,
yang hal ini menuntut persiapan sebagai bekal guna menghadapinya, yaitu
mengerjakan amal-amal saleh dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan. {عَلَى هُدًى}'Ala hudan, tetap beroleh cahaya
penjelasan dan petunjuk dari Allah Swt.
{وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ}
Waulaika humul muflihun, dan merekalah orang-orang yang
beruntung di dunia dan di akhirat.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan dari Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah
atau Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa makna "mereka itulah yang tetap
mendapat petunjuk dari Tuhannya" ialah tetap beroleh nur dari Tuhan mereka dan
tetap istiqamah (berpegang teguh) kepada Al-Qur'an yang disampaikan kepada
mereka.
Wa ulaika humul muflihun, merekalah orang-orang yang beruntung, yakni
orang-orang yang memperoleh apa yang mereka minta dan selamat dari kejahatan
yang mereka menghindar darinya.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna firman-Nya, "Ulaika 'ala hudam
mirrabbihim," ialah "sesungguhnya mereka tetap memperoleh nur (cahaya) dari
Tuhannya, pembuktian, istiqamah, dan bimbingan serta taufik Allah buat
mereka". Takwil firman-Nya, "Ulaika humul muflihun.” ialah "merekalah
orang-orang yang sukses dan memperoleh apa yang mereka dambakan di sisi Allah
melalui amal perbuatan mereka dan iman mereka kepada Allah, kitab-kitab-Nya, dan
rasul-rasul-Nya; dambaan tersebut berupa keberuntungan memperoleh pahala, kekal
di surga, dan selamat dari siksaan yang telah disediakan oleh Allah buat
musuh-musuh-Nya".
Ibnu Jarir meriwayatkan sebuah pendapat dari sebagian kalangan ahli tafsir,
bahwa isim isyarah diulangi di dalam firman-Nya: Mereka itulah yang tetap
mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
(Al-Baqarah: 5)
Hal itu ditujukan kepada orang-orang beriman dari kalangan ahli kitab yang
ciri-ciri khasnya telah disebutkan melalui firman-Nya: dan mereka yang
beriman kepada kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu.
(Al-Baqarah: 4) hingga akhir ayat, seperti yang telah disebutkan perselisihan
mengenainya. Berdasarkan takwil ini, berarti diperbolehkan menganggap firman-Nya,
'"Wallazina yu-minuna bima unzila ilaika," bersifat munqati' (terpisah)
dari ayat sebelumnya, dan kedudukan i'rab-nya marfu' karena dianggap sebagai
mubtada, sedangkan khabar-nya adalah firman Allah Swt, "Wa ulaika humul
muflihun"
Ibnu Jarir sendiri memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud
adalah kembali kepada semua orang yang telah disebut sebelumnya dari kalangan
orang-orang beriman bangsa Arab dan orang-orang beriman dari kalangan ahli
kitab. Ia memilih pendapat ini karena berdasarkan kepada sebuah asar yang
diriwayatkan oleh As-Saddi, dari Abu Malik, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas;
juga dari Murrah Al-Hamadani, dari Ibnu Mas'ud, dan dari sejumlah sahabat
Rasulullah Saw. Orang-orang yang beriman kepada yang gaib, mereka adalah
orang-orang mukmin bangsa Arab. Sedangkan mereka yang beriman kepada kitab yang
telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu
maksudnya ialah orang-orang beriman dari kalangan ahli kitab. Kemudian keduanya
dihimpun dalam satu ayat, yaitu melalui firman-Nya: Mereka itulah yang tetap
mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
(Al-Baqarah: 5)
Dalam tarjih yang telah kami sebutkan di atas, makna yang dimaksud ialah
menerangkan ciri-ciri orang-orang mukmin secara umum, dan isyarat mengandung
makna umum ditujukan kepada mereka semua.
Telah dinukil sebuah riwayat dari Mujahid, Abul Aliyah, dan Ar-Rabi' ibnu
Anas, Qatadah dan Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami
ayahku, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Usman ibnu Saleh Al-Misri,
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu
Luhai'ah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mugirah, dari Abul
Haisam yang nama aslinya ialah Sulaiman ibnu Abdullah, dari Abdullah ibnu Amr,
dari Nabi Saw. Pernah dikatakan kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya kami tetap membaca Al-Qur'an, lalu kami berdoa, dan kami tetap
membaca Al-Qur'an hingga hampir saja kami berputus asa." Maka Nabi Saw.
bersabda, "Maukah kalian aku beritakan tentang penduduk surga dan penduduk
neraka?" Mereka menjawab, "Tentu saja kami mau, wahai Rasulullah." Nabi Saw.
membacakan firman-Nya:
أَلَمْ
ذلِكَ الْكِتابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدىً لِلْمُتَّقِينَ- إلى قوله-
الْمُفْلِحُونَ
"Alif lam m'im. Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan pada-nya;
petunjuk bagi mereka yang bertakwa," sampai dengan firman-Nya,
"Orang-orang yang beruntung." (Al-Baqarah: 1-5)
Kemudian Nabi Saw. bersabda, "Mereka adalah penduduk surga." Mereka (para
sahabat) berkata, "Sesungguhnya kami berharap semoga diri kami termasuk dari
mereka." Lalu Nabi Saw. membacakan firman-Nya:
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا سَواءٌ عَلَيْهِمْ- إِلَى قَوْلِهِ- عَظِيمٌ
"Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka," sampai dengan
firman-Nya, "Siksaan yang amat berat.” (Al-Baqarah: 6-7)
Beliau Saw. bersabda, "Mereka adalah penduduk neraka." Mereka (para sahabat)
berkata, "Wahai Rasulullah, tentunya kami bukan termasuk mereka." Beliau Saw.
menjawab, "Ya."
Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Al-Baqoroh Ayat 5"
Posting Komentar