Makna Surat Al Fatihah
Sabtu, 12 Mei 2018
Add Comment
Surat Al-Fatihah berisikan tujuh ayat, yaitu mengandung pujian kepada Allah,
mengagungkan-Nya. dan menyanjung-Nya dengan menyebut asma-asma-Nya yang terbaik
sesuai dengan sifat-sifat-Nya Yang Maha Tinggi. Disebutkan pula hari kembali
—yaitu hari pembalasan— dan mengandung petunjuk-Nya buat hamba-hamba-Nya agar
mereka memohon dan ber-tadarru' (merendahkan diri) kepada-Nya serta berlepas
diri dari upaya dan kekuatan mereka. Surat Al-Fatihah mengandung makna ikhlas
dalam beribadah kepada-Nya dan meng-esakan-Nya dengan sifat uluhiyyah serta
membersihkan-Nya dari segala bentuk persekutuan atau persamaan atau tandingan.
Mengandung permohonan mereka kepada Allah Swt untuk diberi hidayah (petunjuk) ke
jalan yang lurus —yaitu agama Islam— dan permohonan mereka agar hati mereka
diteguhkan dalam agama tersebut hingga dapat mengantarkan mereka melampaui sirat
(jembatan) yang sesungguhnya kelak di hari kiamat dan akhirnya akan membawa
mereka ke surga yang penuh dengan kenikmatan di sisi para nabi, para siddiqin,
para syuhada, dan orang-orang saleh.
Surat ini mengandung targib (anjuran) untuk mengerjakan amal-amal saleh agar
mereka dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang saleh kelak di hari kiamat.
Juga mengandung tarhib (peringatan) terhadap jalan yang batil agar mereka tidak
dikumpulkan bersama orang-orang yang menempuhnya kelak di hari kiamat. Mereka
yang menempuh jalan batil itu adalah orang-orang yang dimurkai dan orang-orang
yang sesat. Alangkah indahnya ungkapan isnad (penyandaran) pemberian nikmat kepada Allah
Swt. dalam firman-Nya:
صِراطَ
الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada
mereka, (Al-Fatihah: 7)
Dibuangnya fail dalam firman-Nya:
غَيْرِ
الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ
bukan (jalan) mereka yang dimurkai. (Al-Fatihah: 7)
sekalipun pada hakikatnya Allah sendirilah yang menjadi fa'il-nya,
sebagaimana yang diungkapkan oleh ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
أَلَمْ
تَرَ إِلَى الَّذِينَ تَوَلَّوْا قَوْماً غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang
dimurkai Allah sebagai teman? (Al-Mujadilah: 14)
Demikian pula dalam meng-isnad-kan dalal (kesesatan) kepada pelakunya,
sekalipun pada hakikatnya Allah-lah yang menyesatkan mereka melalui takdir-Nya,
sebagaimana yang dinyatakan di dalam firman Allah Swt:
مَنْ
يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا
مُرْشِداً
Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat
petunjuk dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan
seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (Al-Kahfi:
17)
مَنْ
يُضْلِلِ اللَّهُ فَلا هادِيَ لَهُ وَيَذَرُهُمْ فِي طُغْيانِهِمْ
يَعْمَهُونَ
Barang siapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan
memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam
kesesatan. (Al-A'raf: 186)
Masih banyak ayat lainnya yang menunjukkan bahwa hanya Allah sematalah yang
memberi hidayah dan yang menyesatkan, tidak seperti yang dikatakan oleh golongan
Qadariyah dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka. Mereka mengatakan bahwa
pelakunya adalah hamba-hamba itu sendiri, mereka mempunyai pilihan sendiri untuk
melakukannya. Golongan Qadariyah ini mengatakan demikian dengan dalil-dalil
mutasyabih dari Al-Qur'an dan tidak mau memakai nas-nas sarih (jelas) yang
justru membantah pendapat mereka. Hal seperti ini termasuk sikap dari
orang-orang yang sesat dan keliru. Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:
«إِذَا
رَأَيْتُمُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ
سَمَّى اللَّهُ فَاحْذَرُوهُمْ»
Apabila kalian melihat orang-orang yang mengikuti hal-hal yang mutasyabih
dari Al-Qur’an, mereka adalah orang-orang yang disebutkan oleh Allah. Maka
berhati-hatilah kalian terhadap mereka.
Yang dimaksud ialah yang dinamakan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya:
فَأَمَّا
الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشابَهَ مِنْهُ ابْتِغاءَ
الْفِتْنَةِ وَابْتِغاءَ تَأْوِيلِهِ
Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka
mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabih darinya untuk menimbulkan fitnah dan
untuk mencari-cari takwilnya. (Ali Imran: 7)
Segala puji bagi Allah, tiada bagi orang ahli bid'ah suatu hujah pun yang
sahih di dalam Al-Qur'an, karena Al-Qur'an diturunkan untuk memisahkan antara
perkara yang hak dan perkara yang batil dan membedakan antara hidayah dengan
kesesatan. Di dalam Al-Qur'an tidak terdapat pertentangan, tidak pula
perselisihan, karena ia dari sisi Allah, yaitu diturunkan dari Tuhan Yang Maha
bijaksana lagi Maha Terpuji.
0 Response to "Makna Surat Al Fatihah"
Posting Komentar