Al-Baqoroh Ayat 246
Selasa, 15 Mei 2018
Add Comment
{أَلَمْ
تَرَ إِلَى الْمَلإ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى إِذْ قَالُوا
لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ هَلْ
عَسَيْتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلا تُقَاتِلُوا قَالُوا وَمَا
لَنَا أَلا نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا
وَأَبْنَائِنَا فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلا قَلِيلا
مِنْهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ (246) }
Apakah kalian tidak memperhatikan
pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada
seorang nabi mereka, "Angkatlah untuk karni seorang raja supaya kami berperang
(di bawah pimpinannya) di jalan Allah." Nabi
mereka menjawab, "Mungkin sekali jika kalian nanti diwajibkan berperang, kalian
tidak akan berperang." Mereka menjawab, "Mengapa kami tidak mau berperang di
jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami
dan dari anak-anak kami?" Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka
pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha
Mengetahui siapa orang-orang yang zalim.
Menurut Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Qatadah, nama nabi tersebut adalah
Yusya' ibnu Nun. Ibnu Jarir mengatakan bahwa nabi tersebut bernama Yusya' ibnu
Ifrayim ibnu Yusuf ibnu Ya'qub. Akan tetapi, pendapat ini jauh dari kebenaran,
mengingat Yusya' baru ada jauh setelah masa Nabi Musa. Sedangkan hal yang
dikisahkan di dalam ayat ini terjadi di masa Nabi Daud a.s., seperti yang
dijelaskan di dalam kisah mengenainya. Jarak antara masa Nabi Daud dengan Nabi
Musa kurang lebih seribu tahun, yakni lebih dahulu Nabi Musa a.s.
As-Saddi mengatakan bahwa nabi tersebut bernama Syam'un. Sedangkan menurut
Mujahid adalah Syamuel a.s. Hal yang sama dikatakan pula oleh Muhammad ibnu
Ishaq, dari Wahb ibnu Munabbih, bahwa dia adalah Syamuel ibnu Bali ibnu Alqamah
ibnu Turkham ibnu Yahd ibnu Bahrad ibnu Alqamah ibnu Majib ibnu Amrisa ibnu
Azria ibnu Safiyyah ibnu Alqamah ibnu Abu Yasyif ibnu Qarun ibnu Yashur ibnu
Qahis ibnu Lewi ibnu Ya'qub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim a.s.
Wahb ibnu Munabbih dan lain-lainnya mengatakan, pada mulanya kaum Bani Israil
sesudah Nabi Musa a.s. berada dalam jalan yang lurus selama satu kurun waktu.
Kemudian mereka membuat-buat hal yang baru dan sebagian di antara mereka ada
yang menyembah berhala-berhala. Di antara mereka masih ada nabi-nabi yang
memerintahkan kepada mereka untuk berbuat kebajikan dan melarang mereka berbuat
kemungkaran, serta meluruskan mereka sesuai dengan ajaran kitab Taurat. Hingga
akhimya mereka melakukan apa yang mereka sukai, lalu Allah menguasakan mereka
atas musuh-musuh mereka, dan akhimya banyak di antara mereka yang terbunuh dalam
jumlah yang sangat besar, banyak yang ditawan oleh musuh-musuh mereka, serta
negeri mereka banyak yang diambil dan dijajah oleh musuh-musuh mereka. Pada
mulanya tiada seorang raja pun yang memerangi mereka melainkan mereka dapat
mengalahkannya. Hal tersebut berkat kitab Taurat dan tabut (peti) yang telah ada
sejak masa lalu; keduanya diwariskan secara turun-temurun dari para pendahulu
mereka sampai kepada Nabi Musa a.s. Tetapi tatkala mereka tenggelam di dalam
kesesatannya, maka kedua barang tersebut dapat dirampas dari tangan mereka oleh
salah seorang raja di suatu peperangan. Raja tersebut dapat merebut kitab Taurat
dan tabut dari tangan mereka, dan tiada yang hafal akan kitab Taurat di kalangan
mereka kecuali hanya beberapa gelintir orang saja. Kenabian terputus dari
keturunan mereka, tiada yang tertinggal dari kalangan keturunan Lewi yang
biasanya menurunkan para nabi selain seorang wanita hamil dari suaminya yang
telah terbunuh. Maka kaum Bani Israil mengambil wanita tersebut dan
mengarantinakannya di dalam sebuah rumah dengan harapan semoga Allah memberinya
rezeki seorang anak yang kelak akan menjadi seorang nabi bagi mereka. Sedangkan
si wanita tersebut terus-menerus berdoa kepada Allah Swt. agar diberi seorang
anak lelaki. Allah Swt. memperkenankan doa wanita itu dan lahirlah darinya
seorang bayi lelaki yang kemudian diberi nama Samuel, yang artinya Allah
memperkenankan doaku. Di antara ulama ada yang mengatakan bahwa bayi itu diberi
nama Syam'un (Samson) yang artinya sama. Anak tersebut tumbuh dewasa di kalangan
kaumnya (Bani Israil) dan Allah menganugerahinya dengan pertumbuhah yang baik.
Ketika usianya sampai pada usia kenabian, maka Allah mewahyukan kepadanya yang
isinya memerintahkan kepadanya agar mengajak dan menyeru kaumnya untuk
menauhidkan Allah Swt. Lalu ia menyeru kaum Bani Israil, dan mereka meminta
kepadanya agar ia mengangkat seorang raja buat mereka yang akan memimpin mereka
dalam memerangi musuh-musuh mereka, karena raja mereka telah binasa. Maka si
Nabi berkata kepada mereka, "Apakah kalian benar-benar jika Allah mengangkat
seorang raja untuk kalian, bahwa kalian akan berperang dan menunaikan tugas yang
dibebankan kepada kalian, yaitu berperang bersamanya?" Mereka menjawab, yang
jawabannya disitir oleh firman-Nya: "Mengapa kami tidak mau berperang di
jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami
dan dari anak-anak kami?" (Al-Baqarah: 246) Yakni negeri kami telah dirampas
dari tangan kami, dan banyak anak-anak kami yang ditawan. Allah Swt. berfirman:
Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali
beberapa orang saja di antara mereka. Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang
yang zalim. (Al-Baqarah: 246) Yaitu mereka tidak memenuhi apa yang telah
mereka janjikan, bahkan kebanyakan dari mereka membangkang, tidak mau berjihad;
dan Allah Maha Mengetahui mereka.
Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Al-Baqoroh Ayat 246"
Posting Komentar