Al-Baqoroh Ayat 200-201
Selasa, 15 Mei 2018
Add Comment
الآخِرَةِ
مِنْ خَلاقٍ (200) وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (201) أُولَئِكَ
لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ (202)
}
Apabila kalian telah menyelesaikan ibadah
haji kalian, maka berzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kalian
menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyang kalian, atau (bahkan)
berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang mendoa,
"Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia," dan tiadalah baginya bagian
(yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang mendoa, "Ya
Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan
perliharalah kami dari siksa neraka." Mereka
itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah
sangat cepat perhitungan-Nya.
Allah memerintahkan banyak berzikir kepada-Nya sesudah menunaikan manasik dan
merampungkannya.
***********
Firman Allah Swt.:
{كَذِكْرِكُمْ
آبَاءَكُمْ}
sebagaimana kalian menyebut-nyebut nenek moyang kalian. (Al-Baqarah:
200)
Para ulama berbeda pendapat mengenai maknanya. Menurut Ibnu Jarir, dari Ata,
disebutkan bahwa yang dimaksud ialah seperti ucapan seorang anak kecil kepada
ayah dan ibunya. Yakni seperti anak kecil menyebut-nyebut ayah dan ibunya.
Dengan kata lain, demikian pula kalian, maka sebut-sebutlah Allah dalam zikir
kalian sesudah menunaikan semua manasik.
Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Ad-Dahhak dan Ar-Rabi' ibnu Anas. Ibnu
Jarir meriwayatkan melalui jalur Al-Aufi, dari Ibnu Abbas hal yang semisal. Sa'id ibnu Jubair meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa orang-orang Jahiliah di
masa lalu melakukan wuquf dalam musim haji dan seseorang dari mereka mengatakan
bahwa ayahnya dahulu suka memberi makan dan menanggung beban serta menanggung
diat orang lain. Tiada yang mereka sebut-sebut selain dari perbuatan bapak-bapak
mereka. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya kepada Nabi Muhammad Saw., yaitu:
Maka berzikiriah dengan menyebut Allah, sebagaimana kalian menyebut-nyebut
nenek moyang kalian atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu.
(Al-Baqarah: 200)
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa As-Saddi meriwayatkan dari Anas ibnu Malik,
Abu Wail, dan Ata ibnu Abu Rabbah menurut salah satu pendapatnya, juga Sa'id
ibnu Jubair; serta Ikrimah menurut salah satu riwayatnya; juga Mujahid,
As-Saddi, Ata Al-Khurrasani, Ar-Rabi' ibnu Anas, Al-Hasan, Qatadah, Muhammad
ibnu Ka'b, dan Muqatil ibnu Hayyan hal yang semisal dengan riwayat di atas.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Jama'ah.
Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah anjuran untuk banyak berzikir kepada
Allah Swt. Karena itu, maka lafaz asyadda dibaca nasab sebagai tamyiz. Bentuk
lengkapnya ialah seperti kalian menyebut-nyebut nenek moyang kalian atau bahkan
lebih banyak lagi dari itu. Huruf au dalam ayat ini menunjukkan
pengertian merealisasikan persamaan dalam berita. Perihalnya sama dengan
pengertian yang terkandung di dalam firman lainnya, yaitu:
فَهِيَ
كَالْحِجارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً
hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.
(Al-Baqarah: 74)
يَخْشَوْنَ
النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً
mereka (orang-orang munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti
takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. (An-Nisa:
77)
وَأَرْسَلْناهُ
إِلى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ
Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. (As-Saffat:
147)
Dan firman Allah Swt.:
فَكانَ
قابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنى
Maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau
lebih dekat (lagi). (An-Najm: 9)
Au di sini bukan menunjukkan makna syak (ragu), melainkan untuk
merealisasikan subyek berita seperti apa adanya atau lebih banyak dari itu.
Kemudian Allah Swt. memberikan petunjuk kepada mereka untuk berdoa kepada-Nya
sesudah banyak berzikir kepada-Nya, karena keadaan seperti itu sangat dekat
untuk diperkenankan. Dan Allah mencela orang yang tidak mau meminta kepada-Nya
kecuali hanya mengenai urusan duniawinya, sedangkan urusan akhiratnya dia
kesampingkan. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{فَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ
مِنْ خَلاقٍ}
Maka di antara manusia ada orang yang mendoa, "Ya Tuhan kami, berilah kami
(kebaikan) di dunia," dan tiadalah baginya bagian (yang menyenangkan) di
akhirat. (Al-Baqarah: 200)
Yang dimaksud dengan khalaq ialah bagian, yakni tiada keberuntungan
baginya di akhirat nanti. Di dalam kalimat ini terkandung makna celaan dan
menanamkan rasa antipati terhadap perbuatan seperti itu.
Sa'id ibnu Jubair meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa dahulu ada suatu kaum
dari kalangan orang-orang Arab datang ke tempat wuquf, lalu mereka berdoa, "Ya
Allah, jadikanlah tahun ini tahun yang penuh dengan hujan, tahun kesuburan, dan
tahun banyak anak yang baik-baik," mereka tidak menyinggung permintaan untuk
akhiratnya barang sedikit pun. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Maka di
antara manusia ada yang mendoa, "Ya Tuhan kami, berikanlah kami (kebaikan) di
dunia," dan tiadalah baginya bagian (yang menyenangkan) di akhirat.
(Al-Baqarah: 200)
Lain halnya dengan orang-orang yang datang sesudah mereka dari kalangan kaum
mukmin. Maka doa mereka ialah seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ}
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan
peliharalah kami dari siksa neraka. (Al-Baqarah: 201)
Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya berkenaan dengan mereka itu, yaitu:
{أُولَئِكَ
لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ}
Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka
usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (Al-Baqarah: 202)
Karena itulah Allah Swt. memuji mereka yang meminta kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat melalui firman-Nya: Dan di antara mereka ada orang yang
mendoa, "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat,
dan peliharalah kami dari siksa neraka." (Al-Baqarah: 201)
Doa ini mencakup semua kebaikan di dunia dan memalingkan semua keburukan,
karena sesungguhnya kebaikan di dunia itu mencakup semua yang didambakan dalam
kehidupan dunia, seperti kesehatan, rumah yang luas, istri yang cantik, rezeki
yang berlimpah, ilmu yang bermanfaat, amal saleh, kendaraan yang mudah, dan
sebutan yang baik serta lain-lainnya; semuanya itu tercakup di dalam ungkapan
mufassirin. Semua hal yang kami sebutkan tadi termasuk ke dalam pengertian
kebaikan di dunia.
Adapun mengenai kebaikan di akhirat, yang paling tinggi ialah masuk surga dan
hal-hal yang berkaitan dengannya, seperti aman dari rasa takut yang amat besar
di padang mahsyar, dapat kemudahan dalam hisab, dan lain sebagainya.
Bagi orang yang menghendaki keselamatan, dituntut mengerjakan hal-hal yang
membawa dirinya ke jalan keselamatan itu, misalnya menjauhi hal-hal yang
diharamkan, perbuatan-perbuatan yang berdosa, serta meninggalkan hal-hal yang
syubhat dan yang diharamkan. Sehubungan dengan hal ini Abul Qasim Abu Abdur
Rahman pernah mengatakan, "Barang siapa yang dianugerahi hati yang selalu
bersyukur, lisan yang selalu berzikir, dan tubuh yang sabar, maka sesungguhnya
dia telah dianugerahi kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta
dipelihara dari siksa neraka."
Karena itulah maka banyak anjuran di dalam sunnah yang memerintahkan membaca
doa ini.
فَقَالَ
الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ، عَنْ
عَبْدِ الْعَزِيزِ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "اللَّهم ربَّنا، آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ"
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, telah
menceritakan kepada kami Abdul Waris, dari Abdul Aziz, dari Anas ibnu Malik yang
menceritakan bahwa Nabi Saw. acapkali mengucapkan doa berikut: Ya Allah,
Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan
peliharalah kami dari siksa neraka.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا
عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ صُهَيْبٍ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ أَكْثَرُ دَعْوَةٍ
يَدْعُو بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [يَقُولُ] :
"اللَّهُمَّ ربَّنا، آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً،
وقنا عذاب النار"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ibrahim,
telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Suhaib yang menceritakan bahwa
Qatadah pernah bertanya kepada Anas suatu doa yang paling banyak dibaca oleh
Nabi Saw. Maka Anas r.a. menjawab bahwa Nabi Saw. acapkali membaca doa berikut,
yaitu: Ya Allah, Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.
Anas r.a. apabila hendak mengucapkan suatu doa, ia pasti membaca doa ini;
atau bila dia hendak mengucapkan suatu doa, maka ia mengikutkan doa ini di
dalamnya. Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Muslim.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Abdus Salam
ibnu Syaddad (yakni Abu Talut), bahwa ia pernah berada di rumah Anas ibnu Malik,
lalu Sabit berkata kepadanya, "Sesungguhnya saudara-saudaramu menginginkan agar
engkau berdoa untuk mereka." Maka Anas r.a. membaca doa berikut: Ya Allah,
berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan
peliharalah kami dari siksa neraka. Lalu mereka mengobrol selama sesaat; dan
ketika mereka hendak bubar dari rumah sahabat Anas, mereka berkata, "Wahai Abu
Hamzah, sesungguhnya saudara-saudaramu hendak bubar, maka doakanlah kepada Allah
buat mereka." Sahabat Anas menjawab, "Apakah kalian menghendaki agar aku
memecah-belah semua urusan kalian? Apabila Allah memberi kalian kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat serta Allah memelihara diri kalian dari siksa
neraka, berarti kalian telah diberi semua kebaikan."
قَالَ
أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنْ حُمَيْدٍ،
[وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ بَكْرٍ السَّهْمِيِّ، حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ] (3) عَنْ
أَنَسٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَادَ رَجُلا
مِنَ الْمُسْلِمِينَ قَدْ صَارَ مِثْلَ الفَرْخ. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هَلْ تَدْعُو اللَّهَ بِشَيْءٍ أَوْ
تَسْأَلُهُ إيَّاه؟ " قَالَ: نَعَمْ، كُنْتُ أَقُولُ: اللَّهُمَّ مَا كُنْتَ
مُعَاقِبِي بِهِ فِي الْآخِرَةِ فَعَجِّلْهُ لِي فِي الدُّنْيَا. فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سُبْحَانَ اللَّهِ! لَا تُطِيقُهُ
-أَوْ لَا تَسْتَطِيعُهُ -فَهَلَّا قُلْتَ: {رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ} ". قَالَ: فَدَعَا
اللَّهَ، فَشَفَاهُ.
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu
Addi, dari Humaid, dari Sabit, dari Anas, bahwa Rasulullah Saw. menjenguk
seorang lelaki dari kaum muslim yang keadaannya sudah sangat lemah. Rasulullah
Saw. bersabda kepadanya: "Pernahkah engkau mendoakan sesuatu kepada Allah
atau kamu meminta sesuatu kepada-Nya?" Lelaki itu menjawab, "Ya, aku sering
mengucapkan, 'Ya Allah, jika Engkau akan menyiksaku di akhirat, maka kumohon
agar Engkau menyegerakannya di dunia ini bagiku." Rasulullah Saw. bersabda,
"Mahasuci Allah, kamu tidak akan kuat, atau kamu tidak akan mampu. Mengapa
engkau tidak katakan, 'Ya Allah, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka' Perawi
melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu lelaki tersebut mendoa kepada Allah
dengan doa itu; akhirnya Allah menyembuhkannya.
Hadis ini hanya Imam Muslim sendiri yang mengetengahkannya. Imam Muslim
meriwayatkannya melalui hadis Ibnu Abu Addi dengan lafaz yang telah disebutkan
di atas.
قَالَ
الْإِمَامُ الشَّافِعِيُّ: أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ سَالِمٍ الْقَدَّاحُ، عَنِ
ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ عُبَيْدٍ -مَوْلَى السَّائِبِ -عَنْ أَبِيهِ،
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ السَّائِبِ: أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِيمَا بَيْنُ الرُّكْنِ الْيَمَانِيِّ وَالرُّكْنِ
الْأَسْوَدِ: {رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ}
Imam Syafii mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Salim
Al-Qaddah, dari Ibnu Juraij, dari Yahya ibnu Ubaid maula As-Saib, dari ayahnya,
dari Abdullah ibnus Saib, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. mengucapkan
doa berikut di antara rukun Bani Jumah dan rukun Aswad, yaitu: Wahai Tuhan
kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan
peliharalah kami dari siksa neraka.
As-Sauri meriwayatkannya pula dari Ibnu Juraij dengan lafaz yang sama. Imam
Ibnu Majah meriwayatkannya pula dari Abu Hurairah r.a. dan Nabi Saw. dengan
makna yang semisal, tetapi di dalam sanadnya terdapat kelemahan.
قَالَ
ابْنُ مَرْدويه: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْبَاقِي، أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ
الْقَاسِمِ بْنِ مُسَاوِرٍ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ
إِبْرَاهِيمَ بْنِ سُلَيْمَانَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ هُرْمُزَ، عَنْ
مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا مَرَرْتُ عَلَى الرُّكْنِ إِلَّا رَأَيْتُ عَلَيْهِ
مَلَكًا يَقُولُ: آمِينَ. فَإِذَا مَرَرْتُمْ عَلَيْهِ فَقُولُوا: {رَبَّنَا آتِنَا
فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ}
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Baqi, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnul Qasim ibnu Musawir, telah menceritakan
kepada kami Sa'id ibnu Sulaiman, dari Abdullah ibnu Hurmuz, dari Mujahid, dari
Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tidak
sekali-kali aku melewati rukun melainkan aku melihat padanya seorang malaikat
yang mengucapkan amin. Karena itu, apabila kalian melewatinya, maka katakanlah,
"Wahai Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka."
Imam Hakim di dalam kitab mustadraknya mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abu Zakaria Al-Anbari, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdus
Salam, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan
kepada kami Jarir, dari Al-A'masy, dari Muslim Al-Batin, dari Sa'id ibnu Juhair
yang menceritakan bahwa ada seorang lelaki datang kepada Ibnu Abbas, lalu lelaki
itu berkata, "Sesungguhnya aku telah memberikan bayaran kepada suatu kaum agar
mereka mau menanggungku. Untuk itu aku berikan kepada mereka semua perongkosanku
dengan syarat mereka harus menghajikan aku bersama-sama mereka, apakah hal itu
sudah dianggap cukup (yakni dihajikan oleh orang lain dengan perongkosan dari
orang yang bersangkutan)?" Maka Ibnu Abbas menjawab, "Engkau termasuk
orang-orang yang disebut oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya: 'Mereka itulah
orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat
cepat perhitungan-Nya' (Al-Baqarah: 202)."
Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa asar ini sahih dengan syarat Syaikhain,
tetapi keduanya tidak mengetengahkannya.
Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Al-Baqoroh Ayat 200-201"
Posting Komentar