Al-Baqoroh Ayat 255
Selasa, 15 Mei 2018
Add Comment
{اللَّهُ
لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ
مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا
بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ
بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ (255)
}
Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang
Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk, dan
tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada seorang pun
yang dapat memberi syafaat di sisi Allah melainkan dengan seizin-Nya. Allah
mengetahui semua apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka
tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.
Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara
keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.
Ayat ini disebut "ayat Kursi", ia mempunyai kedudukan yang besar.
Di dalam sebuah hadis sahib, dari Rasulullah Saw. disebutkan bahwa ayat Kursi
merupakan ayat yang paling utama di dalam Kitabullah.
Imam Ahmad mengatakan:
حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ سَعِيدٍ الْجَرِيرِيِّ عَنْ أَبِي
السَّلِيلِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَبَاحٍ، عَنْ أُبَيٍّ -هُوَ ابْنُ
كَعْبٍ-أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَهُ: "أَيُّ آيَةٍ
فِي كِتَابِ اللَّهِ أَعْظَمُ"؟ قَالَ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. فَرَدَّدَهَا
مِرَارًا ثُمَّ قَالَ أُبَيٌّ: آيَةُ الْكُرْسِيِّ. قَالَ: "لِيَهْنك الْعِلْمُ
أَبَا الْمُنْذِرِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ لَهَا لِسَانًا وَشَفَتَيْنِ
تُقَدِّسُ الْمَلِكَ عِنْدَ سَاقِ الْعَرْشِ"
telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami
Sufyan, dari Sa'id Al-Jariri, dari Abus Salil, dari Abdullah ibnu Rabah, dari
Ubay ibnu Ka'b, bahwa Nabi Saw. pernah bertanya kepadanya, "Ayat Kitabullah
manakah yang paling agung?" Ubay menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui." Nabi Saw. mengulang-ulang pertanyaannya, maka Ubay menjawab, "Ayat
Kursi." Lalu Nabi Saw. bersabda: Selamatlah dengan ilmu yang kamu miliki, hai
Abul Munzir. Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya,
sesungguhnya ayat Kursi itu mempunyai lisan dan sepasang bibir yang selalu
menyucikan Tuhan Yang Mahakuasa di dekat pilar Arasy.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah,
dari Abdul A'la ibnu Abdul A'la, dari Al-Jariri dengan lafaz yang sama. Akan
tetapi, pada hadis yang ada pada Imam Muslim tidak terdapat kalimat "Demi
Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya", hingga akhir
hadis. Hadis yang lain diriwayatkan dari Ubay pula mengenai keutamaan
ayat Kursi ini. Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan:
حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدَّوْرَقِيُّ حَدَّثَنَا مُبَشِّرٌ عَنِ
الْأَوْزَاعِيِّ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ عَبْدَةَ بْنِ أَبِي
لُبَابَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ: أَنَّ أَبَاهُ
أَخْبَرَهُ: أَنَّهُ كَانَ لَهُ جُرْنٌ فِيهِ تَمْرُّ قَالَ: فَكَانَ أُبَيٌّ
يَتَعَاهَدُهُ فَوَجَدَهُ يَنْقُصُ قَالَ: فَحَرَسَهُ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَإِذَا هُوَ
بِدَابَّةٍ شَبِيهُ الْغُلَامِ الْمُحْتَلِمِ قَالَ: فَسَلَّمَتْ عَلَيْهِ فَرَدَّ
السَّلَامَ. قَالَ: فَقُلْتُ: مَا أَنْتَ، جِنِّيٌّ أَمْ إِنْسِيٌّ؟ قَالَ:
جِنِّيٌّ. قُلْتُ: نَاوِلْنِي يَدَكَ. قَالَ: فَنَاوَلَنِي، فَإِذَا يَدُ كَلْبٍ
وَشَعْرُ كَلْبٍ. فَقُلْتُ: هَكَذَا خَلْقُ الْجِنُّ؟ قَالَ: لَقَدْ عَلِمَتِ
الْجِنُّ مَا فِيهِمْ أَشَدُّ مِنِّي، قُلْتُ: فَمَا حَمَلَكَ عَلَى مَا صَنَعْتَ؟
قَالَ: بَلَغَنِي أَنَّكَ رَجُلٌ تُحِبُّ الصَّدَقَةَ فَأَحْبَبْنَا أَنَّ نُصِيبَ
مِنْ طَعَامِكَ. قَالَ: فَقَالَ لَهُ فَمَا الَّذِي يُجِيرُنَا مِنْكُمْ؟ قَالَ:
هَذِهِ الْآيَةُ: آيَةُ الْكُرْسِيِّ. ثُمَّ غَدَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "صَدَقَ الْخَبِيثُ".
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ibrahim Ad-Dauraqi, telah
menceritakan kepada kami Maisarah, dari Al-Auza'i, dari Yahya ibnu Abu Kasir,
dari Ubaidah ibnu Abu Lubabah, dari Abdullah ibnu Ubay ibnu Ka'b yang
menceritakan, ayahnya pernah menceritakan kepadanya bahwa ia memiliki sebuah
wadah besar yang berisikan buah kurma. Ayahnya biasa menjaga tong berisikan
kurma itu, tetapi ia menjumpai isinya berkurang. Di suatu malam ia menjaganya,
tiba-tiba ia melihat seekor hewan yang bentuknya mirip dengan anak lelaki yang
baru berusia balig. Lalu aku (Ka'b) bersalam kepadanya dan ia menyalami salamku.
Aku bertanya, "Siapakah kamu, jin ataukah manusia?" Ia menjawab, "Jin." Aku
berkata, "Kemarikanlah tanganmu ke tanganku." Maka ia mengulurkan tangannya ke
tanganku, ternyata tangannya seperti kaki anjing, begitu pula bulunya. Lalu aku
berkata, "Apakah memang demikian bentuk jin itu?" Ia menjawab, "Kamu sekarang
telah mengetahui jin, di kalangan mereka tidak ada yang lebih kuat daripada
aku." Aku bertanya, "Apakah yang mendorongmu berbuat demikian?" Ia menjawab,
'Telah sampai kepadaku bahwa kamu adalah seorang manusia yang suka bersedekah,
maka kami ingin memperoleh sebagian dari makananmu." Lalu ayahku (Ka'b) berkata
kepadanya, "Hal apakah yang dapat melindungi kami dari gangguan kalian?" Jin itu
menjawab, "Ayat ini," yakni ayat Kursi. Pada keesokan harinya Ka'b berangkat
menemui Nabi Saw., lalu menceritakan hal itu kepadanya. Nabi Saw. bersabda:
Benarlah (apa yang dikatakan oleh) si jahat itu.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya.
melalui hadis Abu Daud At-Tayalisi, dari Harb ibnu Syaddad, dari Yahya ibnu Abu
Kasir, dari Al-Hadrami ibnu Lahiq, dari Muhammad ibnu Amr ibnu Ubay ibnu Ka'b,
dari kakeknya dengan lafaz yang sama. Imam Hakim mengatakan bahwa sanad hadis
ini berpredikat sahih, tetapi keduanya (Imam Bukhari dan Imam Muslim) tidak
mengetengahkannya.
Jalur yang lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ غِيَاثٍ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا
السَّلِيلِ قَالَ: كَانَ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ النَّاسَ حَتَّى يَكْثُرُوا عَلَيْهِ فَيَصْعَدُ عَلَى سَطْحِ
بَيْتٍ فَيُحَدِّثُ النَّاسَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "أَيُّ آيَةٍ فِي الْقُرْآنِ أَعْظَمُ؟ " فقال رجل: {اللَّهُ
لَا إِلَهَ إِلا هُوَ} قَالَ: فَوَضَعَ يَدَهُ بَيْنَ كَتِفَيَّ فَوَجَدْتُ
بَرْدَهَا بَيْنَ ثَدْيَيَّ، أَوْ قَالَ: فَوَضَعَ يَدَهُ بَيْنَ ثَدْيَيَّ
فَوَجَدْتُ بَرْدَهَا بَيْنَ كَتِفَيَّ وَقَالَ: "لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ يَا أَبَا
الْمُنْذِرِ"
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan
kepada kami Usman ibnu Itab yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Abus
Salil menceritakan hadis berikut: Ada seorang lelaki dari kalangan sahabat Nabi
Saw. menceritakan hadis kepada orang-orang hingga banyak orang yang datang
kepadanya. Lalu lelaki itu naik ke loteng sebuah rumah dan menceritakan hadis
(dari tempat itu) kepada orang banyak. Rasulullah Saw. mengajukan pertanyaan
(kepada lelaki itu), "Ayat Al-Qur'an manakah yang paling agung?" Lelaki
itu menjawab: Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi
terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). (Al-Baqarah; 255) Lelaki itu
melanjutkan kisahnya, "Setelah itu Nabi Saw. meletakkan tangannya di antara
kedua pundakku, dan aku merasakan kesejukan di antara kedua susuku." Atau ia
mengatakan, "Nabi Saw. meletakkan tangannya di antara kedua susuku dan aku
merasakan kesejukan tangannya menembus sampai ke bagian di antara kedua
pundakku," lalu Nabi Saw. bersabda: Selamatlah dengan ilmumu itu, hai Abul
Munzir.
.
Imam Tabrani mengatakan: telah menceritakan kepada kami Abu Yazid
Al-Qaratisi, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Abu Abbad Al-Maliki,
telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Khalid, dari Ibnu Juraij, telah
menceritakan kepadaku Umar ibnu Ata atau Maula Ibnul Asqa', seorang lelaki yang
jujur; dia menceritakan hadis ini dari Al-Asqa' Al-Bakri. Disebutkan bahwa ia
pernah mendengar Al-Asqa' menceritakan hadis berikut: Nabi Saw. datang kepada
mereka dengan ditemani oleh orang-orang suffah dari kalangan Muhajirin. Lalu ada
seorang lelaki bertanya kepadanya, "Ayat apakah yang paling agung di dalam
Al-Qur'an?" Maka Nabi Saw. membacakan firman-Nya: Allah, tidak ada Tuhan
melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak
mengantuk dan tidak tidur. (Al-Baqarah: 255), hingga akhir ayat.
Hadis lain diriwayatkan dari Anas r.a.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْحَارِثِ حَدَّثَنِي
سَلَمَةَ بْنُ وَرْدَانَ أَنَّ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم سَأَلَ رَجُلًا مِنْ صَحَابَتِهِ فَقَالَ:
"أَيْ فُلَانُ هَلْ تَزَوَّجْتَ"؟ قَالَ: لَا وَلَيْسَ عِنْدِي مَا أَتَزَوَّجُ
بِهِ. قَالَ: "أَوَلَيَسَ مَعَكَ: {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} "؟ قَالَ: بَلَى.
قَالَ: "رُبُعُ الْقُرْآنِ. أَلَيْسَ مَعَكَ: {قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ} "؟
قَالَ: بَلَى. قَالَ: "رُبُعُ الْقُرْآنِ. أَلَيْسَ مَعَكَ {إِذَا زُلْزِلَتِ} "؟
قَالَ: بَلَى. قَالَ: "رُبُعُ الْقُرْآنِ أَلَيْسَ مَعَكَ: {إِذَا جَاءَ نَصْرُ
اللَّهِ [وَالْفَتْحُ] } "؟ قَالَ: بَلَى. قَالَ: "رُبُعُ الْقُرْآنِ. أَلَيْسَ
مَعَكَ آيَةُ الْكُرْسِيِّ: {اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ } "؟ قَالَ: بَلَى.
قَالَ: "رُبُعُ الْقُرْآنِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Haris,
telah menceritakan kepada kami Salamah ibnu Wardan, bahwa sahabat Anas ibnu
Malik pernah menceritakan hadis berikut kepadanya: Bahwa Rasulullah Saw. pernah
bertanya kepada salah seorang lelaki dari kalangan sahabatnya, untuk itu beliau
bertanya, "Hai Fulan, apakah kamu sudah kawin?" Lelaki itu menjawab,
"Belum, karena aku tidak mempunyai biaya untuk kawin." Nabi Saw. bertanya,
"Bukankah kamu telah hafal qul huwallahu ahad (surat Al-Ikhlas)?" Lelaki
itu menjawab, "Memang benar." Nabi Saw. bersabda, "Seperempat Al-Qur'an."
Nabi Saw. bertanya, "Bukankah kamu telah hafal qul ya ayyuhal kafirun
(surat Al-Kafirun)?" Lelaki itu menjawab, "Memang benar." Nabi Saw. bersabda,
"Seperempat Al-Qur'an." Nabi Saw. bertanya, "Bukankah kamu
telah hafal Ida zulzilal (surat Az-Zalzalah)?" Lelaki itu menjawab, "Memang
benar." Nabi Saw. bersabda, "Seperempat Al-Qur'an." Nabi Saw. bertanya,
"Bukankah kamu hafal Ida ja'a nasrullahi (surat An-Nasr)?" Lelaki itu
menjawab, "Memang benar." Nabi Saw. bersabda, "Seperempat Al-Qur
'an." Nabi Saw. bertanya, "Bukankah kamu hafal ayat Kursi.
yaitu 'Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia'?"Lelaki itu menjawab, "Memang
benar." Nabi Saw. bersabda, "Seperempat Al-Qur'an."
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ:حَدَّثْنَا وَكِيعُ بْنُ الْجَرَّاحِ حَدَّثَنَا
الْمَسْعُودِيُّ أَنْبَأَنِي أَبُو عُمَرَ الدِّمَشْقِيُّ عَنْ عُبَيْدِ بْنِ
الْخَشْخَاشِ عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ فَجَلَسْتُ. فَقَالَ:
"يَا أَبَا ذَرٍّ هَلْ صَلَّيْتَ؟ " قُلْتُ: لَا. قَالَ: "قُمْ فَصَلِّ" قَالَ:
فَقُمْتُ فَصَلَّيْتُ ثُمَّ جَلَسْتُ فَقَالَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ تَعَوَّذ
بِالْلَّهِ مِنْ شَرِّ شَيَاطِينِ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ" قَالَ: قُلْتُ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَوَلِلْإِنْسِ شَيَاطِينُ؟ قَالَ: "نَعَمْ" قَالَ: قُلْتُ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ الصَّلَاةُ؟ قَالَ: "خَيْرُ مَوْضُوعٍ مَنْ شَاءَ أَقَلَّ وَمَنْ
شَاءَ أَكْثَرَ". قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ فَالصَّوْمُ؟ قَالَ: "فَرْضٌ
مُجْزِئ وَعِنْدَ اللَّهِ مَزِيدٌ" قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ فَالصَّدَقَةُ؟
قَالَ: "أَضْعَافٌ مُضَاعَفَةٌ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ فَأَيُّهَا أَفْضَلُ؟
قَالَ: "جُهْدٌ مِنْ مُقِلٍّ أَوْ سِرٌّ إِلَى فَقِيرٍ" قُلْتُ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ أَيُّ الْأَنْبِيَاءِ كَانَ أَوَّلَ؟ قَالَ: "آدَمُ" قُلْتُ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ وَنَبِيٌّ (9) كَانَ؟ قَالَ: "نَعِمَ نَبِيٌّ مُكَلَّمٌ" قَالَ: قُلْتُ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ كَمِ الْمُرْسَلُونَ؟ قَالَ: "ثَلَثُمِائَةٍ وَبِضْعَةَ عَشَرَ
جَمًّا غَفِيرًا" وَقَالَ مَرَّةً: "وَخَمْسَةَ عَشَرَ" قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ أَيُّمَا أُنْزِلَ عَلَيْكَ أَعْظَمُ؟ قَالَ: "آيَةُ الْكُرْسِيِّ:
{اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ} "
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki' ibnul Jarrah,
telah menceritakan kepada kami Al-Mas'udi, telah menceritakan kepadaku Abu Umar
Ad-Dimasyqi, dari Ubaid ibnul Khasykhasy, dari Abu Zar r.a. yang menceritakan
hadis berikut: Aku datang kepada Nabi Saw. yang saat itu berada di dalam masjid,
lalu aku duduk, maka beliau bersabda, "Hai Abu Zar, apakah kamu telah
salat?" Aku menjawab, "Belum." Nabi Saw. bersabda, "Bangkitlah dan
salatlah!" Aku bangkit dan salat, kemudian duduk lagi. Maka beliau bersabda,
"Hai Abu Zar, mohonlah perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan-setan
manusia dan jin." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah setan ada yang
berupa manusia?" Nabi Saw. menjawab, "Ya." Aku bertanya, "Wahai
Rasulullah, bagaimanakah dengan salat?" Beliau menjawab, "Salat merupakan
sebaik-baik tempat. Barang siapa yang ingin sedikit melakukannya, ia boleh
mengerjakannya sedikit; dan barang siapa yang ingin mengerjakannya banyak, maka
ia boleh mengerjakannya banyak." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah,
bagaimanakah dengan ibadah puasa?" Beliau menjawab, "Puasa adalah fardu yang
pasti diberi balasan pahala dan di sisi Allah ada (pahala) tambahan-(nya)."
Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan sedekah?" Nabi Saw.
menjawab, "Pahalanya dilipatgandakan dengan penggandaan yang banyak." Aku
bertanya, "Wahai Rasulullah, sedekah manakah yang paling afdal?" Beliau
menjawab, "Jerih payah dari orang yang miskin atau sedekah kepada orang fakir
dengan sembunyi-sembunyi." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, nabi manakah
yang paling pertama?" Beliau menjawab, "Adam." Aku bertanya, "Wahai
Rasulullah, apakah Adam adalah seorang nabi (rasul)?" Nabi Saw. menjawab,
"Ya, dia adalah seorang nabi yang diajak berbicara (secara langsung oleh
Allah)." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, berapakah jumlah para rasul itu?" Nabi
Saw. menjawab, "Tiga ratus lebih belasan orang, jumlah yang banyak," dan
di lain waktu disebutkan "Lebih lima belas orang." Aku bertanya, "Wahai
Rasulullah, ayat apakah yang paling agung di antara yang diturunkan kepada
engkau?" Beliau menjawab, "Ayat Kursi, yaitu 'Allah, tidak ada Tuhan
melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya)'
(Al-Baqarah: 255)." (Riwayat Imam Nasai)
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنِ ابْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ أَخِيهِ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ أَبِي أَيُّوبَ: أَنَّهُ كَانَ فِي
سَهْوَةٍ لَهُ، وَكَانَتِ الْغُولُ تَجِيءُ فَتَأْخُذُ فَشَكَاهَا إِلَى النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَقَالَ: "فَإِذَا رَأَيْتَهَا فَقُلْ: بِاسْمِ
اللَّهِ أَجِيبِي رَسُولَ اللَّهِ". قَالَ: فَجَاءَتْ فَقَالَ لَهَا: فَأَخَذَهَا
فَقَالَتْ: إِنِّي لَا أَعُودُ. فَأَرْسَلَهَا فَجَاءَ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ؟ " قَالَ: أَخَذْتُهَا
فَقَالَتْ لِي: إِنِّي لَا أَعُودُ، إِنِّي لَا أَعُودُ. فَأَرْسَلْتُهَا، فَقَالَ
: "إِنَّهَا عَائِدَةٌ" فَأَخَذْتُهَا مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا كُلُّ ذَلِكَ
تَقُولُ: لَا أَعُودُ. وَأَجِيءُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَيَقُولُ: "مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ؟ " فَأَقُولُ: أَخَذْتُهَا فَتَقُولُ:
لَا أَعُودُ. فَيَقُولُ: "إِنَّهَا عَائِدَةٌ" فَأَخَذْتُهَا فَقَالَتْ:
أَرْسِلْنِي وَأُعُلِّمُكَ شَيْئًا تَقُولُهُ فَلَا يَقْرَبُكَ شَيْءٌ: آيَةُ
الْكُرْسِيِّ، فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ
فَقَالَ: "صَدَقَتْ وَهِيَ كَذُوبٌ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ibnu Abu
Laila, dari saudaranya (yaitu Abdur Rahman ibnu Abu Laila), dari Abu Ayyub,
bahwa ia selalu kedatangan jin yang mengganggu dalam tidurnya. Ia mengadukan hal
tersebut kepada Nabi Saw., maka Nabi Saw. bersabda kepadanya: Apabila kamu
melihatnya, maka ucapkanlah, "Bismillah (dengan menyebut asma Allah), tunduklah
kepada Rasulullah!" Ketika jin itu datang, Abu Ayyub mengucapkan kalimat
tersebut dan akhirnya ia dapat menangkapnya. Tetapi jin itu berkata,
"Sesungguhnya aku tidak akan kembali lagi," maka Abu Ayyub melepaskannya. Abu
Ayyub datang dan Nabi Saw. bertanya, "Apakah yang telah dilakukan oleh
-tawananmu?" Abu Ayyub menjawab, "Aku dapat menangkapnya dan ia berkata
bahwa dirinya tidak akan kembali lagi, akhirnya dia kulepaskan." Nabi Saw.
menjawab, "Sesungguhnya dia akan kembali lagi." Abu Ayyub melanjutkan
kisahnya, "Aku menangkapnya kembali sebanyak dua atau tiga kali. Setiap
kutangkap, ia mengatakan, 'Aku sudah kapok dan tidak akan kembali menggoda
lagi.' Aku datang lagi kepada Nabi Saw. dan beliau bertanya, 'Apakah yang
telah dilakukan oleh tawananmu?' Aku menjawab, 'Aku menangkapnya dan ia
berkata bahwa tidak akan kembali lagi.' Maka beliau Saw. bersabda,
'Sesungguhnya dia akan kembali lagi.' Kemudian aku menangkapnya
kembali dan ia berkata, 'Lepaskanlah aku, dan aku akan mengajarkan kepadamu
suatu kalimat yang harus kamu ucapkan, niscaya tiada sesuatu pun yang berani
mengganggumu, yaitu ayat Kursi'. Abu Ayyub datang-'kepada Nabi Saw. dan
menceritakan hal itu kepadanya. Lalu beliau Saw. bersabda: Engkau benar,
tetapi dia banyak berdusta.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Turmuzi di dalam Bab "Keutamaan
Al-Qur'an", dari Bandar, dari Abu Ahmad Az-Zubairi dengan lafaz yang sama. Imam
Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat hasan garib.
Makna al-gaul yang ada dalam teks hadis menurut istilah bahasa adalah
jin yang menampakkan dirinya di malam hari. Imam Bukhari menyebutkan pula kisah hadis ini dari sahabat Abu Hurairah. Imam
Bukhari di dalam Bab "Fadailil Qur'an (Keutamaan Al-Qur'an)", yaitu
bagian Wakalah, mengenai sifat iblis, dalam kitab sahihnya mengatakan:
قَالَ
عُثْمَانُ بْنُ الْهَيْثَمِ أَبُو عَمْرٍو حَدَّثَنَا عَوْفٌ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: وَكَّلَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ فَأَتَانِي آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُو
مِنَ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ وَقُلْتُ: لَأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنِّي مُحْتَاجٌ وَعَلَيَّ عِيَالٌ
وَلِي حَاجَةٌ شَدِيدَةٌ. قَالَ: فَخَلَّيْتُ عَنْهُ. فَأَصْبَحْتُ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا أَبَا هُرَيْرَةَ مَا فَعَلَ
أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ؟ " قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً
شَدِيدَةً وَعِيَالًا فَرحِمْتُه وَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ. قَالَ: "أَمَا إِنَّهُ
قَدْ كَذَبك وَسَيَعُودُ" فَعَرَفْتُ أَنَّهُ سَيَعُودُ لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّهُ سَيَعُودُ" فَرَصَدْتُهُ فَجَاءَ
يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ: لَأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: دَعْنِي فَإِنِّي مُحْتَاجٌ
وَعَلَيَّ عِيَالٌ لَا أَعُودُ. فَرَحِمْتُهُ وَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ
فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا أَبَا
هُرَيْرَةَ مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ؟ " قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ
شَكَا حَاجَةً وَعِيَالًا فَرَحِمْتُهُ فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ. قَالَ: "أَمَا
إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ" فَرَصَدْتُهُ الثَّالِثَةَ فَجَاءَ يَحْثُو
مِنَ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ: لَأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَهَذَا آخَرُ ثَلَاثِ مَرَّاتٍ أنَّك تَزْعُمُ
أَنَّكَ لَا تَعُودُ ثُمَّ تَعُودُ. فَقَالَ: دَعْنِي أُعَلِّمْكَ كَلِمَاتٍ
يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهَا. قُلْتُ: مَا هُنَّ . قَالَ: إِذَا أَوَيْتَ إِلَى
فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ: {اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ
الْقَيُّومُ} حَتَّى تَخْتِمَ الْآيَةَ فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ
اللَّهِ حَافِظٌ وَلَا يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ
فَأَصْبَحْتُ فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا
فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ؟ " قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ زَعَمَ أَنَّهُ
يُعَلِّمُنِي كَلِمَاتٍ يَنْفَعُنِي اللَّهُ بِهَا فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ. قَالَ:
"مَا هِيَ؟ " قَالَ: قَالَ لِي: إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ
الْكُرْسِيِّ مِنْ أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ الْآيَةَ: {اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا
هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ} وَقَالَ لِي: لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ
حَافِظٌ وَلَا يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ. وَكَانُوا أَحْرَصَ شَيْءٍ
على الخير، فقال النبي صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَا إِنَّهُ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ تَعْلَمُ مَنْ
تُخَاطِبُ مُذْ ثَلَاثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ؟ " قُلْتُ: لَا قَالَ:
"ذَاكَ شَيْطَانٌ".
bahwa Usman ibnul Haisam yang dijuluki Abu Amr mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Auf, dari Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah r.a. yang
menceritakan hadis berikut: Rasulullah Saw. menugasi diriku untuk menjaga
(hasil) zakat Ramadan. Datanglah kepadaku seseorang yang langsung mengambil
sebagian dari makanan, maka aku menangkapnya dan kukatakan (kepadanya), "Sungguh
aku akan melaporkan kamu kepada Rasulullah." Ia menjawab, "Lepaskanlah aku,
sesungguhnya aku orang yang miskin dan banyak anak serta aku dalam keadaan
sangat perlu (makanan)." Aku melepaskannya, dan pada pagi harinya Nabi Saw.
bersabda (kepadaku), "Hai Abu Hurairah, apakah yang telah dilakukan oleh
tawananmu tadi malam?" Aku menjawab, "Wahai Rasulullah, dia mengadu tentang
kemiskinan yang sangat dan banyak anak, hingga aku kasihan kepadanya, maka
kulepaskan dia." Nabi Saw. bersabda, "Ingatlah, sesungguhnya dia telah
berdusta kepadamu dan dia pasti akan kembali lagi." Aku mengetahui bahwa dia
pasti akan kembali karena sabda Rasul Saw. yang mengatakan bahwa dia akan
kembali. Untuk itu aku mengintainya, ternyata dia datang lagi, lalu mengambil
sebagian dari makanan itu. Maka kutangkap dia, dan aku berkata kepadanya,
"Sungguh aku akan melaporkanmu kepada Rasulullah Saw." Ia berkata, "Lepaskanlah
aku, karena sesungguhnya aku orang yang miskin dan banyak tanggungan anak-anak,
aku kapok tidak akan kembali lagi." Aku merasa kasihan kepadanya dan kulepaskan
dia. Pada pagi harinya Rasulullah Saw. bertanya kepadaku, "Hai Abu Hurairah,
apakah yang telah dilakukan oleh tawananmu tadi malam?" Aku menjawab, "Wahai
Rasulullah, dia mengadukan keadaannya yang miskin dan banyak anak, aku merasa
kasihan kepadanya, akhirnya terpaksa kulepaskan dia." Nabi Saw. bersabda,
"Ingatlah, sesungguhnya dia telah berdusta kepadamu dan dia pasti akan kembali
lagi." Kuintai untuk yang ketiga kalinya, ternyata dia datang lagi, lalu
mengambil sebagian dari makanan. Maka aku tangkap dia, dan kukatakan kepadanya,
"Sungguh aku akan menghadapkan dirimu kepada Rasulullah. Kali ini untuk yang
ketiga kalinya kamu katakan bahwa dirimu tidak akan kembali, tetapi ternyata
kamu kembali lagi." Ia menjawab, "Lepaskanlah aku, aku akan mengajarkan kepadamu
beberapa kalimat yang akan membuatmu mendapat manfaat dari Allah karenanya." Aku
bertanya, "Kalimat-kalimat apakah itu?" Ia menjawab, "Apabila kamu hendak pergi
ke peraduanmu, maka bacalah ayat Kursi, yaitu 'Allah tidak ada Tuhan melainkan
Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya)', hingga kamu
selesaikan ayat ini. Sesungguhnya engkau akan terus-menerus mendapat
pemeliharaan dari Allah dan tiada setan yang berani mendekatimu hingga pagi
harinya." Maka aku lepaskan dia. Pada pagi harinya Rasulullah Saw. bertanya
kepadaku, "Apakah yang telah dilakukan oleh tawananmu tadi malam?" Aku
menjawab, "Wahai Rasulullah, dia menduga bahwa dirinya mengajarkan kepadaku
beberapa kalimat yang menyebabkan aku mendapat manfaat dari Allah karenanya,
maka dia kulepaskan." Rasulullah Saw. bertanya, "Apakah kalimat-kalimat
itu?" Aku menjawab, "Dia mengatakan kepadaku, 'Apabila engkau
hendak pergi ke peraduanmu, bacalah ayat Kursi dari awal hingga akhir ayat,
yaitu: Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus
mengurus (makhluk-Nya).' Dia mengatakan kepadaku, 'Engkau akan terus-menerus
mendapat pemeliharaan dari Allah dan tidak ada setan yang berani mendekatimu
hingga pagi harinya'." Sedangkan para sahabat adalah orang-orang yang paling
suka kepada kebaikan. Maka Nabi Saw. bersabda, "Ingatlah, sesungguhnya dia
percaya kepadamu, tetapi dia sendiri banyak berdusta. Hai Abu Hurairah, tahukah
kamu siapakah orang yang kamu ajak bicara selama tiga malam itu?" Aku
menjawab, "Tidak." Nabi Saw. bersabda, "Dia adalah setan."
Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Imam Bukhari secara ta'liq dengan
memakai ungkapan yang tegas. Imam Nasai meriwayatkan hadis ini di dalam kitab
Al-Yaum wal Lailah melalui Ibrahim ibnu Ya'qub, dari Usman ibnul Haisam,
lalu ia menuturkan hadis ini.
Telah diriwayatkan dari jalur yang lain melalui Abu Hurairah dengan konteks
yang lain, tetapi maknanya berdekatan dengan hadis ini. Al-Hafiz Abu Bakar ibnu
Murdawaih mengatakan di dalam kitab tafsirnya:
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرَوَيْهِ الصَّفَّارُ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ
بْنُ زُهَيْرِ بْنِ حَرْبٍ أَخْبَرَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا
إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُسْلِمٍ الْعَبْدِيُّ أَخْبَرَنَا أَبُو الْمُتَوَكِّلِ
النَّاجِيُّ: أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ كَانَ مَعَهُ مِفْتَاحُ بَيْتِ الصَّدَقَةِ
وَكَانَ فِيهِ تَمْرٌ فَذَهَبَ يَوْمًا فَفَتَحَ الْبَابَ فَوَجَدَ التَّمْرَ قَدْ
أُخِذَ مِنْهُ مَلْءُ كَفٍّ وَدَخَلَ يَوْمًا آخَرَ فَإِذَا قَدْ أُخِذَ مِنْهُ
مَلْءُ كَفٍّ ثُمَّ دَخَلَ يَوْمًا آخَرَ ثَالِثًا فَإِذَا قَدْ أُخِذَ مِنْهُ
مِثْلُ ذَلِكَ. فَشَكَا ذَلِكَ أَبُو هُرَيْرَةَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"تُحِبُّ أَنَّ تَأْخُذَ صَاحِبَكَ هَذَا؟ " قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: "فَإِذَا
فَتَحَتَ الباب فقل: سبحان من سخرك محمد" فَذَهَبَ فَفَتَحَ الْبَابَ فَقَالَ:
سُبْحَانَ مَنْ سَخَّرَكَ محمد . فَإِذَا هُوَ قَائِمٌ بَيْنَ يَدَيْهِ قَالَ: يَا
عَدُوَّ اللَّهِ أَنْتَ صَاحِبُ هَذَا؟ قَالَ: نَعَمْ دَعْنِي فَإِنِّي لَا أَعُودُ
مَا كُنْتُ آخِذًا إِلَّا لِأَهْلِ بَيْتٍ مِنَ الْجِنِّ فُقَرَاءَ، فَخَلَّى
عَنْهُ ثُمَّ عَادَ الثَّانِيَةَ ثُمَّ عَادَ الثَّالِثَةَ. فَقُلْتُ: أَلَيْسَ
قَدْ عَاهَدْتَنِي أَلَّا تَعُودَ؟ لَا أَدْعُكَ الْيَوْمَ حَتَّى أَذْهَبَ بِكَ
إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا تَفْعَلْ فَإِنَّكَ
إِنْ تَدَعْنِي عَلَّمْتُكَ كَلِمَاتٍ إِذَا أَنْتَ قُلْتَهَا لَمْ يَقَرَبْكَ
أَحَدٌ مِنَ الْجِنِّ صَغِيرٌ وَلَا كَبِيرٌ ذَكَرٌ وَلَا أُنْثَى قَالَ لَهُ:
لَتَفْعَلَنَّ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: مَا هُنَّ؟ قَالَ: {اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا
هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ} قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِيِّ حَتَّى خَتَمَهَا فَتَرَكَهُ
فَذَهَبَ فَأَبْعَدَ فَذَكَرَ ذَلِكَ أَبُو هُرَيْرَةَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ ذَلِكَ كَذَلِكَ؟ ".
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Amruwaih
As-Saffar, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Zuhair ibnu Harb, telah
menceritakan kepada kami Muslim ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami
Ismail ibnu Muslim Al-Abdi, telah menceritakan kepada kami Abul Mutawakkil
An-Naji, bahwa sahabat Abu Hurairah diserahi tugas memegang kunci rumah sedekah
(Baitul Mal) yang di dalamnya saat itu terdapat buah kurma. Pada suatu hari ia
berangkat menuju rumah sedekah dan membuka pintunya, ternyata dia menjumpai buah
kurma telah diambil sebanyak segenggam tangan penuh. Di hari yang lain ia
memasukinya, dan menjumpainya telah diambil sebanyak segenggam tangan penuh
pula. Pada hari yang ketiganya ia kembali memasukinya, ternyata telah diambil
lagi sebanyak segenggam tangan penuh, sama dengan hari-hari sebelumnya. Kemudian
Abu Hurairah melaporkan hal tersebut kepada Nabi Saw. Maka beliau Saw. bersabda
kepadanya: "Apakah engkau ingin menangkap seterumu itu?" Abu Hurairah
menjawab, "Ya." Nabi Saw. bersabda, "Apabila kamu membuka pintunya,
maka katakanlah, 'Mahasuci Tuhan yang telah menundukkanmu kepada Muhammad'."
Maka Abu Hurairah berangkat dan membuka pintu rumah sedekah itu, lalu
mengucapkan, "Mahasuci Tuhan yang telah menundukkanmu kepada Muhammad." Dengan
tiba-tiba muncul sesosok makhluk di hadapannya, lalu Abu Hurairah berkata, "Hai
musuh Allah, kamukah yang melakukan ini?" Ia menjawab, "Ya, lepaskanlah aku,
sungguh aku tidak akan kembali lagi. Tidak sekali-kali aku mengambil ini
melainkan untuk ahli bait dari kalangan makhluk jin yang miskin." Maka Abu
Hurairah melepaskannya. Pada hari yang kedua jin itu kembali lagi, begitu pula
pada hari yang ketiganya. Abu Hurairah berkata, "Bukankah kamu telah berjanji
kepadaku bahwa kamu tidak akan kembali lagi? Aku tidak akan melepaskanmu pada
hari ini sebelum aku hadapkan kamu kepada Nabi Saw." Jin itu menjawab, "Tolong
jangan kamu lakukan itu. Jika kamu melepaskan diriku, aku sungguh-sungguh akan
mengajarkan kepadamu beberapa kalimat yang bila kamu ucapkan niscaya tidak ada
satu jin pun yang mendekatimu, baik jin kecil maupun jin besar, jin laki-laki
maupun jin perempuan." Abu Hurairah bertanya, "Kamu sungguh akan melakukannya?"
Jin itu menjawab, "Ya." Abu Hurairah bertanya, "Apakah kalimat-kalimat itu?" Jin
itu membacakan ayat Kursi hingga akhir ayat, yaitu: Allah, tidak ada Tuhan
melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya).
(Al-Baqarah: 255), hingga akhir ayat. Maka Abu Hurairah melepaskannya, lalu jin
itu pergi dan tidak kembali lagi. Selanjutnya Abu Hurairah menuturkan hal
tersebut kepada Nabi Saw. Beliau Saw. bersabda, "Tidakkah kamu tahu, memang
hal tersebut adalah seperti apa yang dikatakannya."
Imam Nasai meriwayatkan pula dari Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ubaidillah, dari
Syu'aib ibnu Harb, dari Ismail ibnu Muslim, dari Abul Mutawakkil, dari Abu
Hurairah dengan lafaz yang sama. Dalam keterangan yang lalu telah disebutkan
hadis dari Ubay ibnu Ka'b, menceritakan hal yang semisal. Semuanya itu merupakan
tiga peristiwa.
Kisah yang lain diriwayatkan oleh Abu Ubaid di dalam Kitabul
Garib-nya: telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Abu Asim
As-Saqafi, dari Asy-Sya'bi, dari Abdullah ibnu Mas'ud, bahwa ada seorang lelaki
dari kalangan manusia berangkat, lalu ia bersua dengan lelaki dari kalangan
makhluk jin. Jin berkata kepadanya, "Maukah engkau berkelahi denganku? Jika kamu
dapat mengalahkan aku, aku akan mengajarkan kepadamu suatu ayat yang jika kamu
katakan ketika hendak memasuki rumahmu niscaya tidak ada setan yang berani
memasukinya." Maka manusia itu berkelahi dengannya, dan ternyata dia dapat
mengalahkannya. Lalu si manusia berkata, "Sesungguhnya aku menjumpaimu berbadan
kurus lagi kasar, seakan-akan kedua tanganmu seperti tangan (kaki depan) anjing.
Apakah memang demikian semua bentuk dan rupa kalian golongan jin, ataukah kamu
hanya salah satu dari mereka?" Jin itu menjawab, "Sesungguhnya aku di antara
mereka adalah jin yang paling kuat Sekarang marilah kita bertarung lagi." Maka
manusia itu bertarung dengannya dan dapat mengalahkannya. Akhirnya jin itu
berkata: Kamu baca ayat Kursi, karena sesungguhnya tidak sekali-kali seseorang
membacanya bila hendak memasuki rumahnya, melainkan setan (yang ada di dalamnya)
keluar seraya terkentut-kentut, seperti suara keledai. Kemudian dikatakan kepada
Ibnu Mas'ud, "Apakah yang dimaksud dengan manusia tersebut adalah sahabat Umar?"
Ibnu Mas'ud menjawab, "Siapa lagi orangnya kalau bukan Umar."
Abu Ubaid mengatakan bahwa ad-dail artinya bertubuh kurus, dan
al-khaikh yang adakalanya juga dibaca al-haih artinya suara
kentut.
Hadis lain diriwayatkan dari Abu Hurairah.
Imam Hakim (yaitu Abu Abdullah) telah mengatakan di dalam kitab
Mustadrak-nya:
حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ حَمْشَاذَ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنِي حَكِيمُ بْنُ جُبَير الْأَسَدِيُّ عَنْ أَبِي
صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "سُورَةُ الْبَقَرَةِ فِيهَا آيَةٌ سَيِّدَةُ آيِ الْقُرْآنِ لَا
تُقْرَأُ فِي بَيْتٍ فِيهِ شَيْطَانٌ إِلَّا خَرَجَ مِنْهُ! آيَةُ
الْكُرْسِيِّ".
telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hamsyad, telah menceritakan kepada
kami Bisyr ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Al-Humaidi, telah
menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepadaku Hakim ibnu Jubair
Al-Asadi, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Surat Al-Baqarah di dalamnya terdapat sebuah ayat, yaitu penghulu
semua ayat Al-Qur'an. Tidak sekali-kali ia dibaca di dalam sebuah rumah yang ada
setannya, melainkan setan itu pasti keluar darinya, yaitu ayat Kursi. Hal yang sama diriwayatkan melalui jalur lain, dari Zaidah, dari Hakim ibnu
Jubair, lalu Imam Hakim mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih tetapi keduanya
(Imam Bukhari dan Imam Muslim) tidak mengetengahkannya. Demikianlah menurut Imam
Hakim. Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Zaidah yang lafaz (teks) yang
berbunyi seperti berikut:
"لِكُلِّ
شَيْءٍ سِنَامٌ وَسِنَامُ الْقُرْآنِ سُورَةُ البقرة وفيها آية هي سيدة آي القرآن:
آيَةُ الْكُرْسِيِّ".
Segala sesuatu itu mempunyai puncaknya, dan puncak Al-Qur'an ialah surat
Al-Baqarah; di dalamnya terdapat sebuah ayat, penghulu semua ayat Al-Qur'an,
yaitu ayat Kursi.
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, kami tidak mengenalnya kecuali dari hadis Hakim ibnu Jubair. Sedangkan sehubungan dengan Hakim ibnu Jubair ini, Syu'bah meragukannya dan menilainya daif.
Menurut kami, Hakim ibnu Jubair dinilai daif pula oleh Ahmad, Yahya ibnu Mu'in, dan bukan hanya seorang dari kalangan para Imam. Ibnu Mahdi tidak memakai hadisnya, dan As-Sa'di menilainya dusta.
Hadis yang lain diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا
عَبْدُ الْبَاقِي بْنُ نَافِعٍ أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ مُحَمَّدٍ الْمَرْوَزِيُّ
أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْبُخَارِيُّ، أَخْبَرَنَا أَبِي أَخْبَرَنَا
عِيسَى بْنُ مُوسَى غُنْجَار عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ كَيْسان، أَخْبَرَنَا
يَحْيَى بْنُ عَقِيلٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنْ عُمَرَ
بْنِ الْخَطَّابِ: أَنَّهُ خَرَجَ ذَاتَ يَوْمٍ إِلَى النَّاسِ وَهُمْ سَمَاطَاتٌ
فَقَالَ: أَيُّكُمْ يُخْبِرُنِي بِأَعْظَمِ آيَةٍ فِي الْقُرْآنِ؟ فَقَالَ ابْنُ
مَسْعُودٍ: عَلَى الْخَبِيرِ سَقَطْتَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "أَعْظَمُ آيَةٍ فِي الْقُرْآنِ: {اللَّهُ لَا إِلَهَ
إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ}
telah menceritakan kepada kami Abdul Baqi ibnu Nafi’ telah menceritakan
kepada kami Isa ibnu Muhammad Al-Marwazi, telah menceritakan kepada kami Umar
ibnu Muhammad Al-Bukhari, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Musa (yaitu
Ganjar), dari Abdullah ibnu Kaisan, telah menceritakan kepada kami Yahya, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Uqail, dari Yahya ibnu Ya'mur, dari Ibnu
Umar, dari Umar ibnul Khattab, bahwa pada suatu hari ia keluar menemui orang
banyak yang saat itu mereka terdiam, lalu Umar bertanya, "Siapakah di antara
kalian yang mengetahui ayat Al-Qur'an manakah yang paling agung?" Maka Ibnu
Mas'ud menjawab: Engkau bertanya kepada orang yang tepat, aku pernah mendengar
Rasulullah Saw. bersabda, "Ayat Al-Qur'an yang paling agung ialah 'Allah,
tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus
(makhluk-Nya)' (Al-Baqarah: 255)."
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ
اللَّهِ بْنُ أَبِي زِيَادٍ حَدَّثَنَا شَهْرُ بْنُ حَوْشَبٍ عَنْ أَسْمَاءَ
بِنْتِ يَزِيدَ بْنِ السَّكَنِ قَالَتْ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وسلم يقول فِي هَاتَيْنِ الْآيَتَيْنِ {اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ
الْحَيُّ الْقَيُّومُ} وَ {الم * اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ
الْقَيُّومُ} [آلِ عِمْرَانَ:1، 2] "إِنَّ فِيهِمَا اسْمَ اللَّهِ
الْأَعْظَمِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bakir,
telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Ziyad, telah menceritakan
kepada kami Syahr ibnu Hausyab, dari Asma binti Yazid ibnus Sakan yang
menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda sehubungan
dengan kedua ayat berikut, yaitu firman-Nya: Allah, tidak ada Tuhan melainkan
Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). (Al-Baqarah:
255) Dan firman-Nya: Alif lam Mim. Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang
Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). (Ali Imran: 1-2)
Beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya di dalam kedua ayat tersebut terdapat asma
Allah yang paling agung.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Abu Daud melalui Musaddad, sedangkan
Imam Turmuzi melalui Ali ibnu Khasyram, dan Ibnu Majah melalui Abu Bakar ibnu
Abu Syaibah; ketiga-tiganya menceritakan hadis ini dari Isa ibnu Yunus, dari
Abdullah ibnu Abu Ziyad dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa
hadis ini berpredikat hasan sahih.
Hadis lain semakna dengan hadis ini diriwayatkan dari Abu Umamah r.a.,
قَالَ
ابْنُ مَرْدُويه: أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ نُمَيْرٍ أَخْبَرَنَا
إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ إِسْمَاعِيلَ أَخْبَرَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ
أَخْبَرَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْعَلَاءِ
بْنِ زَيْدٍ: أَنَّهُ سَمِعَ الْقَاسِمَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ يُحَدِّثُ عَنْ
أَبِي أُمَامَةَ يَرْفَعُهُ قَالَ: "اسْمُ اللَّهِ الْأَعْظَمِ الَّذِي إِذَا
دُعِيَ بِهِ أَجَابَ فِي ثَلَاثٍ: سُورَةِ الْبَقَرَةِ وَآلِ عِمْرَانَ وَطَهَ"
وَقَالَ هِشَامٌ -وَهُوَ ابْنُ عَمَّارٍ خَطِيبُ دِمَشْقَ-: أَمَّا الْبَقَرَةُ فَـ
{اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ} وَفِي آلِ عِمْرَانَ: {الم *
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ} وَفِي طَهَ: {وَعَنَتِ
الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ}
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu
Numair, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim ibnu Ismail, telah
menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami
Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Ala ibnu
Zaid, bahwa dia pernah mendengar Al-Qasim ibnu Abdur Rahman menceritakan hadis
berikut dari Abu Umamah yang me-rafa'-kannya (kepada Nabi Saw.), yaitu: Asma
Allah yang paling agung yang apabila dibaca di dalam doa pasti dikabulkan ada
dalam tiga tempat, yaitu surat Al-Baqarah, surat Ali Imran, dan surat Thaha.
Hisyam (yaitu Ibnu Ammar, khatib kota Damaskus) mengatakan, yang di dalam surat
Al-Baqarah ialah firman-Nya: Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup
kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). (Al-Baqarah: 255). Di dalam
surat Ali Imran ialah firman-Nya: Alif Lam Mim. Allah, tidak ada Tuhan
melainkan Dia yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya).
(Ali Imran: 1-2), Dan yang di dalam surat Thaha ialah firman-Nya: Dan
tunduklah semua muka kepada Tuhan Yang Hidup kekal lagi senantiasa mengurus
(makhluk-Nya). (Thaha: 111)
Hadis lain dari Abu Umamah dalam keutamaan membacanya sesudah salat
fardu.
قَالَ
أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُويه: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُحْرِزِ بْنِ مُسَاوِرٍ
الْأُدْمِيُّ أَخْبَرَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَسَنِ أَخْبَرَنَا
الحُسَين بْنُ بِشْرٍ بطَرسُوس أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حِمْيَرٍ أَخْبَرَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ زِيَادٍ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ قَرَأَ دُبُر كُلِّ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ آيَةَ
الْكُرْسِيِّ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُولِ الْجَنَّةِ إِلَّا أَنْ
يَمُوتَ".
Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad
ibnu Muharriz ibnu Yanawir Al-Adami, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu
Muhammad ibnul Hasan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Bisyr di
Tartus, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Humair, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Ziyad, dari Abu Umamah yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang membaca ayat Kursi sehabis
setiap salat fardu, maka tiada penghalang baginya untuk memasuki surga kecuali
hanya mati.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Nasai di dalam kitab Al-Yaum wal
Lailah dari Al-Hasan ibnu Bisyr dengan lafaz yang sama. Ibnu Hibban di dalam kitab sahihnya telah meriwayatkan dari hadis Muhammad
ibnu Humair (yaitu Al-Himsi, salah seorang Rijal Imam Bukhari), hadis ini dapat
dinilai sahih dengan syarat Imam Bukhari. Abul Faraj —yakni Ibnul Jauzi— menduga
bahwa hadis ini maudu'. Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui hadis Ali dan Al-Mugirah ibnu Syu'bah
serta Jabir ibnu Abdullah semisal dengan hadis ini, tetapi di dalam sanad
masing-masing terdapat ke-daif-an. Ibnu Murdawaih mengatakan pula:
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ زِيَادٍ الْمُقْرِيُّ أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ
دُرُسْتُوَيه الْمَرْوَزِيُّ أَخْبَرَنَا زِيَادُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا
أَبُو حَمْزَةَ السُّكَّرِيُّ عَنِ الْمُثَنَّى عَنْ قَتَادَةَ عَنِ الْحَسَنِ عَنْ
أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: "أَوْحَى اللَّهُ إِلَى مُوسَى بْنِ عِمْرَانَ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَنِ
اقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ مكتوبة فإنه من يقرؤها فِي
دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ أجعلْ لَهُ قَلْبَ الشَّاكِرِينَ وَلِسَانَ
الذَّاكِرِينَ وَثَوَابَ الْمُنِيبِينَ وَأَعْمَالَ الصِّدِّيقِينَ وَلَا يُوَاظِبُ
عَلَى ذَلِكَ إِلَّا نَبِيٌّ أَوْ صِدِّيقٌ أَوْ عَبْدٌ امتحنتُ قَلْبَهُ
لِلْإِيمَانِ أَوْ أُرِيدُ قَتْلَهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ"
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Hasan ibnu Ziyad Al-Muqri,
telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Durustuwaih Al-Marwazi, telah
menceritakan kepada kami Ziyad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abu
Hamzah As-Sukari, dari Al-Musanna, dari Qatadah, dari Al-Hasan, dari Abu Musa
Al-Asy'ari, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Allah mewahyukan kepada Musa
ibnu Imran a.s., "Bacalah ayat Kursi pada tiap-tiap sehabis salat fardu, karena
sesungguhnya barang siapa yang membacanya setelah selesai dari tiap salat fardu,
niscaya Aku jadikan baginya kalbu orang-orang yang bersyukur, lisan orang-orang
yang berzikir, pahala para nabi dan amal para siddiqin. Dan tidak sekali-kali
melestarikan hal tersebut kecuali hanya seorang nabi atau seorang siddiq atau
seorang hamba yang Aku uji kalbunya untuk iman atau Aku menghendakinya terbunuh
di jalan Allah."
Hadis ini munkar sekali.
Hadis lain menyebutkan bahwa ayat Kursi memelihara pembacanya pada
permulaan siang hari dan permulaan malam hari.
قَالَ
أَبُو عِيسَى التِّرْمِذِيُّ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ الْمُغِيرَةِ أَبُو سَلَمَةَ
الْمَخْزُومِيُّ الْمَدِينِيُّ أَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِي فُدَيْكٍ عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ الْمَلِيكِيِّ عَنْ زُرَارَةَ
بْنِ مُصْعَبٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ قَرَأَ: {حم} الْمُؤْمِنَ إِلَى:
{إِلَيْهِ الْمَصِيرُ} وَآيَةَ الْكُرْسِيِّ حِينَ يُصْبِحُ حُفِظَ بِهِمَا حَتَّى
يُمْسِيَ وَمَنْ قَرَأَهُمَا حِينَ يُمْسِي حُفِظَ بِهِمَا حَتَّى
يُصْبِحَ
Abu Isa At-Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnul
Mugirah (yaitu Abu Salamah Al-Makhzumi Al-Madini), telah menceritakan kepada
kami Ibnu Abu Fudaik, dari Abdur Rahman Al-Mulaiki, dari Zararah ibnu Mus'ab,
dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Barang siapa yang membaca Ha-Mim surat Al-Mu’min sampai kepada firman-Nya,
"Ilaihil masir," dan ayat Kursi di saat pagi hari, maka ia akan dipelihara oleh
keduanya hingga petang hari. Dan barang siapa yang membaca keduanya
hingga petang hari, maka ia akan dipelihara berkat keduanya hingga pagi
hari.
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat garib. Sebagian
dari kalangan ahlul ilmi meragukan hafalan Abdur Rahman ibnu Abu Bakar ibnu Abu
Mulaikah Al-Mulaiki.
Sesungguhnya banyak hadis lain yang menceritakan keutamaan ayat Kursi ini,
sengaja tidak kami ketengahkan untuk meringkas, mengingat predikatnya tidak ada
yang sahih lagi sanadnya daif, seperti hadis Ali yang menganjurkan membacanya di
saat hendak ber-hijamah (berbekam). Disebutkan bahwa membaca ayat Kursi
di saat hendak berhijamah sama kedudukannya dengan melakukan hijamah dua kali.
Dan hadis Abu Hurairah yang menceritakan perihal menulis ayat Kursi pada telapak
tangan kiri dengan memakai minyak za'faran sebanyak tujuh kali, lalu dijilat
yang faedahnya untuk menguatkan hafalan dan tidak akan lupa pada hafalannya.
Kedua hadis tersebut diketengahkan oleh Ibnu Murdawaih, juga hadis-hadis yang
lain mengenainya.
Ayat Kursi Mengandung Sepuluh Kalimat yang
Menyendiri.
{اللَّهُ
لَا إِلَهَ إِلا هُوَ}
Pemberitahuan yang menyatakan bahwa Dialah Tuhan Yang Maha Esa bagi semua makhluk.
{الْحَيُّ
الْقَيُّومُ}
Yakni Dia adalah Zat Yang Hidup kekal, tidak mati selama-lamanya, lagi terus-menerus mengurus selain-Nya. Sahabat Umar membacanya qiyamun dengan pengertian bahwa semua makhluk berhajat kepada-Nya, sedangkan Dia Mahakaya dari semua makhluk. Dengan kata lain, segala sesuatu tidak akan berujud tanpa perintah dari-Nya. Perihalnya sama dengan makna yang ada dalam firman-Nya:
أَنْ
تَقُومَ السَّماءُ وَالْأَرْضُ بِأَمْرِهِ
Adapun firman Allah Swt.:
{لَا
تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ}
tidak mengantuk dan tidak tidur. (Al-Baqarah: 255)
Artinya, Dia tidak pernah terkena kekurangan, tidak lupa, tidak pula lalai
terhadap makhluk-Nya. Bahkan Dia mengurus semua jiwa berikut amal perbuatannya,
lagi menyaksikan segala sesuatu. Tiada sesuatu pun yang gaib (tidak diketahui)
oleh-Nya, tiada suatu perkara yang samar pun yang tidak diketahui-Nya. Di antara
kesempurnaan sifat Qayyum-Nya ialah Dia tidak pernah mengantuk dan tidak
pernah pula tidur.
Lafaz la ta-khuzuhu artinya tidak pernah terkena; sinatun,
artinya mengantuk, yaitu pendahuluan dari tidur. Wala naum, dan tidak
pula tidur, lafaz ini disebutkan karena pengertiannya lebih kuat daripada yang
pertama.
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan dari Abu Musa:
قَامَ
فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ،
فَقَالَ «إِنَّ اللَّهَ لَا يَنَامُ، وَلَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ، يُخْفِضُ
الْقِسْطَ وَيَرْفَعُهُ، يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ عَمَلِ
اللَّيْلِ، وَعَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ عَمَلِ النَّهَارِ، حِجَابُهُ النُّورُ أَوِ
النَّارُ، لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ سُبُحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ
بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ»
Rasulullah Saw. berdiri di antara kami, lalu mengucapkan empat kalimat
berikut, yaitu:
"Sesungguhnya Allah tidak tidur dan tidak layak bagi-Nya
tidur. Dia merendahkan dan mengangkat timbangan (amal perbuatan); dilaporkan
kepada-Nya semua amal perbuatan siang hari sebelum amal perbuatan malam hari;
dan amal perbuatan malam hari sebelum amal perbuatan siang hari. Hijab
(penghalang)-Nya adalah nur atau api. Seandainya Dia membuka hijab-Nya, niscaya
Kesucian Zat-Nya akan membakar semua makhluk sejauh pandangan-Nya."
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, telah
menceritakan kepadaku Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah maula Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman-Nya: Tidak mengantuk dan tidak tidur.
(Al-Baqarah: 255) Bahwa Musa a.s. pernah bertanya kepada para malaikat, "Apakah
Allah Swt. pernah tidur?" Maka Allah mewahyukan kepada para malaikat dan
memerintahkan mereka untuk membuat Musa mengantuk selama tiga hari, dan mereka
tidak boleh membiarkannya terjaga. Mereka mengerjakan apa yang diperintahkan
itu. Mereka memberi dua buah botol kepada Musa supaya dipegang, lalu mereka
meninggalkannya. Sebelum itu mereka mewanti-wanti kepada Musa agar hati-hati
terhadap kedua botol tersebut, jangan sampai pecah. Maka Musa mulai mengantuk,
sementara kedua botol itu dipegang oleh masing-masing tangannya. Kemudian Musa
mengantuk dan sadar, dan mengantuk serta sadar. Akhirnya ia mengantuk selama
beberapa saat, lalu salah satu dari kedua botol itu beradu dengan yang lainnya
hingga pecah.
Ma'mar mengatakan, sesungguhnya apa yang disebutkan oleh kisah di atas
merupakan misal (perumpamaan) yang dibuat oleh Allah Swt. Ma'mar 'mengatakan
bahwa demikian pula halnya langit dan bumi di tangan kekuasaan-Nya (seandainya
Dia mengantuk, niscaya keduanya akan hancur berantakan).
Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir, dari Al-Hasan ibnu Yahya,
dari Abdur Razzaq yang mengetengahkan kisah ini. Pada kenyataannya kisah ini
merupakan salah satu dari berita kaum Bani Israil, yang kesimpulannya menyatakan
bahwa hal seperti ini termasuk salah satu hal yang diajarkan kepada Musa untuk
mengetahui bahwa Allah Swt. itu tiada sesuatu pun yang samar bagi-Nya dan bahwa
Dia Mahasuci dari hal tersebut.
Hal yang lebih garib (aneh) lagi daripada kisah di atas ialah sebuah hadis
yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا
إِسْحَاقُ بْنُ أَبِي إِسْرَائِيلَ حَدَّثْنَا هِشَامُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ أُمَيَّةَ
بْنِ شِبْلٍ عَنِ الْحَكَمِ بْنِ أَبَانَ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَحْكِي عَنْ
مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ عَلَى الْمِنْبَرِ، قَالَ: "وَقَعَ فِي نَفْسِ مُوسَى:
هَلْ يَنَامُ اللَّهُ؟ فَأَرْسَلَ اللَّهُ إِلَيْهِ مَلَكًا فَأَرَّقَهُ ثَلَاثًا
ثُمَّ أَعْطَاهُ قَارُورَتَيْنِ فِي كُلِّ يَدٍ قَارُورَةٌ وَأَمَرَهُ أَنْ
يَحْتَفِظَ بِهِمَا". قَالَ: "فَجَعَلَ يَنَامُ تَكَادُ يَدَاهُ تَلْتَقِيَانِ
فَيَسْتَيْقِظُ فَيَحْبِسُ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى، حَتَّى نَامَ نَوْمَةً
فَاصْطَفَقَتْ يَدَاهُ فَانْكَسَرَتِ الْقَارُورَتَانِ" قَالَ: "ضَرَبَ اللَّهُ
لَهُ مَثَلًا عَزَّ وَجَلَّ: أَنَّ اللَّهَ لَوْ كَانَ يَنَامُ لَمْ تَسْتَمْسِكِ
السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ"
telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Abu Israil, telah menceritakan
kepada kami Hisyam ibnu Yusuf, dari Umayyah ibnu Syibl, dari Al-Hakam ibnu Aban,
dari Ikrimah, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar
Rasulullah Saw. yang ada di atas mimbarnya mengisahkan kejadian yang dialami
oleh Musa a.s.: Timbul pertanyaan di dalam hati Nabi Musa, apakah Allah
tidur? Maka Allah mengutus malaikat kepadanya dan Musa dibuatnya
mengantuk selama tiga hari. Sebelumnya malaikat itu memberikan dua buah botol
kepadanya, pada masing-masing tangan satu botol; dan memerintahkan kepadanya
agar kedua botol itu dijaga (jangan sampai pecah). Lalu Musa tertidur dan kedua
tangannya hampir saja bertemu satu sama lainnya, tetapi ia keburu bangun, lalu
ia menahan keduanya supaya jangan beradu dengan yang lainnya. Akhirnya Musa
tertidur sejenak dan kedua tangannya beradu hingga kedua botol itu pecah.
Nabi Saw. bersabda, "Allah Swt. membuat suatu perumpamaan; seandainya Allah
tidur, niscaya langit dan bumi tidak dapat dipegang-Nya."
Hadis ini garib sekali, yang jelas hadis ini adalah kisah israiliyat, tidak
marfu' (sampai kepada Nabi Saw.). Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnul Qasim
ibnu Atiyyah, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman Ad-Dustuki,
telah menceritakan kepadaku ayahku, dari ayahnya, telah menceritakan kepada kami
Asy'as ibnu Ishaq, dari Ja'far ibnu Abul Mugirah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari
Ibnu Abbas, bahwa orang-orang Bani Israil pernah bertanya, "Hai Musa, apakah
Tuhanmu tidur?" Musa menjawab, "Ber-takwalah kalian kepada Allah." Maka Tuhan
berseru kepadanya, "Hai Musa, mereka menanyakan kepadamu, apakah Tuhanmu tidur?
Maka ambillah dua buah botol, lalu peganglah pada kedua tanganmu dan janganlah
kamu tidur pada malam harinya." Musa melakukan hal itu. Ketika sepertiga malam
hari lewat, Musa merasa mengantuk hingga ia jatuh terduduk, tetapi ia terbangun,
lalu dengan segera ia membetulkan letak kedua botol itu. Tetapi ketika malam
hari berada pada penghujungnya, Musa mengantuk dan kedua botol itu jatuh, lalu
pecah. Maka Allah Swt. berfirman, "Hai Musa, seandainya Aku mengantuk, niscaya
terjatuhlah langit dan bumi dan hancur berantakan, sebagaimana kedua botol yang
ada pada kedua tanganmu itu terjatuh." Kemudian Allah Swt. menurunkan ayat Kursi
ini kepada Nabi-Nya Saw.
Firman Allah Swt.:
{لَهُ
مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ}
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. (Al-Baqarah: 255)
Ayat ini memberitakan bahwa semuanya adalah hamba-hamba-Nya, berada dalam
kekuasaan-Nya dan di bawah pengaturan dan pemerintahan-Nya. Perihalnya sama
dengan makna yang ada dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
{إِنْ
كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ إِلا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا لَقَدْ
أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا * وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا}
Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi kecuali akan datang kepada
Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah
menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan
tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan
sendiri-sendiri. (Maryam: 93-95)
Adapun firman Allah Swt.:
{مَنْ
ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ}
Tidak ada seorang pun yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya melainkan
dengan seizin-Nya. (Al-Baqarah: 255)
Makna ayat ini sama dengan ayat lain, yaitu firman-Nya:
وَكَمْ
مِنْ مَلَكٍ فِي السَّماواتِ لَا تُغْنِي شَفاعَتُهُمْ شَيْئاً إِلَّا مِنْ بَعْدِ
أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشاءُ وَيَرْضى
Dan berapa banyak malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak
berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan
diridai-(Nya). (An-Najm: 26)
Sama pula dengan firman-Nya:
وَلا
يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضى
dan mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai
Allah. (Al-Anbiya: 28)
Demikian itu karena keagungan dan kebesaran serta ketinggian-Nya, hingga
tidak ada seorang pun yang berani memberikan syafaat kepada seseorang di
sisi-Nya melainkan dengan izin dari-Nya. Seperti hal yang disebutkan di dalam
hadis mengenai syafaat, yaitu:
«آتِي
تَحْتَ الْعَرْشِ فَأَخِرُّ سَاجِدًا، فَيَدَعُنِي مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ
يَدَعَنِي. ثُمَّ يُقَالُ: ارْفَعْ رَأْسَكَ وَقُلْ تُسْمَعْ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ-
قَالَ- فَيَحِدُّ لِي حَدًّا فَأُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ» .
Aku datang ke bawah Arasy, lalu aku menyungkur bersujud, dan Allah
membiarkan diriku dalam keadaan demikian menurut apa yang dikehendaki-Nya.
Kemudian Dia berfirman, "Angkatlah kepalamu dan katakanlah (apa yang engkau
kehendaki), niscaya kamu didengar; dan mintalah syafaat, niscaya kamu diberi
izin untuk memberi syafaat." Nabi Saw. melanjutkan kisahnya, "Kemudian
Allah memberikan suatu batasan kepadaku, lalu aku masukkan mereka ke dalam
surga."
Firman Allah Swt.:
{يَعْلَمُ
مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ}
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka. (Al-Baqarah: 255)
Ayat ini merupakan dalil yang menunjukkan bahwa pengetahuan Allah meliputi
semua yang ada, baik masa lalu, masa sekarang, maupun masa depannya.
Perihalnya sama dengan makna yang terkandung dalam ayat lain yang mengisahkan
malaikat:
{وَمَا
نَتَنزلُ إِلا بِأَمْرِ رَبِّكَ لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا
بَيْنَ ذَلِكَ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا}
{وَلا
يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ}
Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah: 255)
Yakni tidak ada seorang pun yang mengetahui sesuatu dari ilmu Allah kecuali
sebatas apa yang Allah beri tahukan kepadanya dan apa yang diperlihatkan
kepadanya. Akan tetapi, makna ayat ini dapat ditafsirkan bahwa makna yang dimaksud ialah
mereka tidak dapat mengetahui sesuatu pun mengenai pengetahuan tentang Zat dan
sifat-sifat-Nya melainkan hanya sebatas apa yang diperlihatkan oleh Allah
kepadanya. Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
وَلا
يُحِيطُونَ بِهِ عِلْماً
{وَسِعَ
كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Idris, dari Mutarrif, dari Tarif, dari
Ja'far ibnu Abul Mugirah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan makna ayat ini. Ibnu Abbas mengatakan, yang dimaksud dengan 'Kursi-Nya'
ialah ilmu-Nya. Hal yang sama telah diriwayatkan Ibnu Jarir melalui hadis Abdullah ibnu Idris
dan Hasyim, keduanya dari Mutarrif ibnu Tarif dengan lafaz yang sama. Ibnu Abu
Hatim mengatakan, telah diriwayatkan pula dari Sa'id ibnu Jubair hal yang
semisal.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan bahwa ulama lainnya mengatakan, "Yang dimaksud
dengan Kursi ialah tempat kedua telapak kaki (kekuasaan-Nya)." Kemudian ia
meriwayatkannya dari Abu Musa, As-Saddi, Ad-Dahhak, dan Muslim Al-Batin. Syuja' ibnu Makhlad mengatakan di dalam kitab tafsirnya, telah menceritakan
kepada kami Abu Asim, dari Sufyan, dari Ammar Az-Zahabi, dari Muslim Al-Batin,
dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Nabi Saw. pernah
ditanya mengenai makna firman-Nya: Kursi Allah meliputi langit dan bumi.
(Al-Baqarah: 255) Maka beliau Saw. menjawab:
«كُرْسِيُّهُ
مَوْضِعُ قَدَمَيْهِ وَالْعَرْشُ لَا يُقَدِّرُ قَدْرَهُ إِلَّا اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ»
Kursi Allah ialah tempat kedua telapak kaki (kekuasaan-Nya), sedangkan
Arasy tiada yang dapat menaksir luasnya kecuali hanya Allah Swt.
sendiri.
Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih meriwayatkan pula hadis ini melalui jalur
Syuja' ibnu Makhlad Al-Fallas yang menceritakan hadis ini, tetapi ke-marfu'-an
hadis ini adalah suatu kekeliruan. Karena Waki' meriwayatkannya pula di dalam
kitab tafsirnya, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ammar Az-Zahabi,
dari Muslim Al-Batin, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan
bahwa Kursi adalah tempat kedua telapak kaki (kekuasaan)-Nya; dan Arasy, tidak
ada seorang pun yang dapat menaksir luasnya.
Hal yang semisal diriwayatkan pula oleh Imam Hakim di dalam kitab
Mustadrak-nya, dari Abul Abbas (yaitu Muhammad ibnu Ahmad Al-Mahbubi), dari
Muhammad ibnu Mu'az, dari Abu Asim, dari Sufyan (yaitu As-Sauri) berikut
sanadnya, dari Ibnu Abbas, tetapi mauquf sampai kepada Ibnu Abbas saja (dan
tidak marfu' sampai kepada Nabi Saw.). Selanjutnya Imam Hakim mengatakan bahwa
asar ini sahih dengan syarat Syaikhain (Bukhari dan Muslim), tetapi keduanya
tidak mengetengahkan asar ini.
Ibnu Murdawaih meriwayakan pula melalui jalur Al-Hakim ibnu Zahir Al-Fazzari
Al-Kufi yang dikenal hadisnya tak terpakai, dari As-Saddi, dari ayahnya, dari
Abu Hurairah secara marfu', tetapi tidak sahih predikatnya. As-Saddi meriwayatkan dari Abu Malik bahwa Kursi terletak di bawah Arasy. As-Saddi sendiri mengatakan bahwa langit dan bumi berada di dalam Kursi,
sedangkan Kursi berada di hadapan Arasy.
Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas, "Seandainya langit dan bumi yang
masing-masingnya terdiri atas tujuh lapis dihamparkan, kemudian satu sama
lainnya disambungkan, maka semuanya itu bukan apa-apa bila dibandingkan dengan
luasnya Kursi, melainkan hanya seperti suatu halqah (sekerumunan manusia) yang
berada di tengah-tengah padang pasir." Hal ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim. Ibnu Jarir
mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepadaku Ibnu
Wahb, bahwa Ibnu Zaid pernah mengatakan, ayahnya pernah menceritakan kepadanya
bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
«ما
السموات السَّبْعُ فِي الْكُرْسِيِّ إِلَّا كَدَرَاهِمَ سَبْعَةٍ أُلْقِيَتْ فِي
تُرْسٍ»
Tiadalah langit yang tujuh (bila) diletakkan di dalam Kursi, melainkan
seperti tujuh keping uang dirham yang dilemparkan di atas sebuah tameng.
Disebutkan pula, Abu Zar r.a. pernah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda:
"مَا
الْكُرْسِيُّ فِي الْعَرْشِ إِلَّا كَحَلْقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ أُلْقِيَتْ بَيْنَ
ظَهْرَيْ فَلَاةٍ مِنَ الْأَرْضِ"
Tiadalah Kursi itu (bila) diletakkan di dalam Arasy melainkan seperti
sebuah halqah (lingkaran) besi yang dilemparkan di tengah-tengah sebuah padang
pasir dari bumi.
Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan:
أَخْبَرَنَا
سُلَيْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وُهَيْبٍ
الغزي أَخْبَرَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي السَّرِيّ الْعَسْقَلَانِيُّ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
عَبْدِ اللَّهِ التَّمِيمِيُّ عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ الثَّقَفِيِّ عَنْ
أَبِي إِدْرِيسَ الْخَوْلَانَيِّ عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِيِّ، أَنَّهُ سَأَلَ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْكُرْسِيِّ فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "والذي نفسي بيده ما السموات السَّبْعُ
وَالْأَرْضُونَ السَّبْعُ عِنْدَ الْكُرْسِيِّ إِلَّا كَحَلْقَةٍ مُلْقَاةٍ
بِأَرْضِ فَلَاةٍ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَرْشِ عَلَى الْكُرْسِيِّ كَفَضْلِ
الْفَلَاةِ عَلَى تِلْكَ الْحَلْقَةِ"
telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada
kami Abdullah ibnu Wuhaib Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Abul Yusri Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah
At-Tamimi, dari Al-Qasim ibnu Muhammad As-Saqafi, dari Abu Idris Al-Khaulani,
dari Abu Zar Al-Gifari, bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang
Kursi. Maka beliau Saw. bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam
genggaman kekuasaan-Nya, tiadalah langit yang tujuh dan bumi yang tujuh lapis
bila diletakkan pada Kursi melainkan seperti sebuah lingkaran (besi) yang
dilemparkan di tengah-tengah padang pasir. Dan sesungguhnya keutamaan
Arasy atas Kursi sama dengan keutamaan padang pasir atas lingkaran itu.
Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli telah mengatakan di dalam kitab Musnad-nya:
حَدَّثَنَا
زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي بُكَيْر حَدَّثَنَا
إِسْرَائِيلُ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خَلِيفَةَ عَنْ
عُمَرَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: أَتَتِ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتِ: ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُدْخِلَنِي
الْجَنَّةَ. قَالَ: فَعَظَّمَ الرَّبَّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَقَالَ: "إن كرسيه
وسع السموات وَالْأَرْضَ وَإِنَّ لَهُ أَطِيطًا كَأَطِيطِ الرَّحل الْجَدِيدِ مِنْ
ثِقَلِهِ"
telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Ibnu
Abu Bakar, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Abdullah
ibnu Khalifah, dari Umar r.a. yang menceritakan bahwa ada seorang wanita datang
kepada Rasulullah Saw., lalu berkata, "Doakanlah kepada Allah, semoga Dia
memasukkan diriku ke dalam surga." Sahabat Umar melanjutkan kisahnya, bahwa Nabi
Saw. menyebutkan asma Allah Yang Mahaagung lagi Mahatinggi, lalu bersabda:
Sesungguhnya Kursi Allah meliputi semua langit dan bumi, dan sesungguhnya
Kursi Allah mengeluarkan suara seperti suara pelana besi karena
beratnya.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Al-Hafiz Al-Bazzar di dalam kitab Musnad-nya
yang terkenal, juga Abdu Humaid serta Ibnu Jarir di dalam kitab tafsir
masing-masing, Imam Tabrani dan Ibnu Abu Asim di dalam kitab sunnah
masing-masing; Al-Hafiz Ad-Diya di dalam kitabnya yang berjudul Al-Mukhtar
melalui hadis Ishaq As-Subai'i, dari Abdullah ibnu Khalifah. Akan tetapi, hal
tersebut tidak menjamin hadis ini menjadi masyhur, sedangkan mengenai
mendengarnya Abdullah ibnu Khalifah dari sahabat Umar masih perlu
dipertimbangkan.
Kemudian di antara mereka ada orang yang meriwayatkannya dari Abdullah ibnu
Khalifah, dari Umar r.a. secara mauquf (hanya sampai pada dia). Di antara mereka
ada yang meriwayatkannya dari Abdullah ibnu Khalifah secara mursal. Ada yang
menambahkan pada matannya dengan tambahan yang garib (aneh), dan ada pula yang
membuangnya. Hal yang lebih aneh daripada kisah di atas ialah hadis yang
diceritakan oleh Jabir ibnu Mut'im mengenai sifat (gambaran) Arasy, seperti
hadis yang diriwayatkan Imam Abu Daud di dalam kitab sunnahnya.
Ibnu Murdawaih dan lain-lainnya meriwayatkan banyak hadis dari Buraidah,
Jabir, dan selain keduanya yang isinya mengisahkan bahwa kelak di hari kiamat
Kursi akan diletakkan untuk menyelesaikan masalah peradilan. Tetapi menurut
makna lahiriahnya, hal tersebut tidak disebut di dalam ayat ini (Al-Baqarah:
255).
Sebagian ahli ilmu filsafat mengenai astrologi dari kalangan orang-orang
Islam mengatakan bahwa Kursi menurut mereka adalah falak yang jumlahnya ada
delapan, yaitu falak yang bersifat tetap; di atasnya terdapat falak lain yang
kesembilan, yaitu falak asir yang dikenal dengan sebutan atlas. Akan tetapi,
pendapat mereka di-sanggah oleh golongan yang lain.
Ibnu Jarir meriwayatkan melalui jalur Juwaibir, dari Al-Hasan Al-Basri, ia
pernah mengatakan bahwa Kursi adalah Arasy. Tetapi menurut pendapat yang benar,
Kursi itu lain dengan Arasy; Arasy jauh lebih besar daripada Kursi, seperti yang
ditunjukkan oleh banyak asar dan hadis. Dalam hal ini Ibnu Jarir berpegang
kepada hadis Abdullah ibnu Khalifah, dari Umar. Menurut kami, kesahihan asar
tersebut masih perlu dipertimbangkan.
Firman Allah Swt.:
{وَلا
يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا}
Maksudnya, tidak memberatkan-Nya dan tidak mengganggu-Nya sama sekali
memelihara langit dan bumi serta semua makhluk yang ada pada keduanya, bahkan
hal tersebut mudah dan sangat ringan bagi-Nya. Dialah yang mengatur semua jiwa
beserta semua apa yang diperbuatnya, Dialah yang mengawasi segala sesuatu. Tidak
ada sesuatu pun yang terhalang dari-Nya, dan tiada sesuatu pun yang gaib
bagi-Nya. Segala sesuatu seluruhnya hina di hadapan-Nya dalam keadaan tunduk dan
patuh bila dibandingkan dengan-Nya, lagi berhajat kepada-Nya, sedangkan Dia
Mahakaya lagi Maha Terpuji, Maha melakukan semua yang dikehendaki-Nya, tidak
dimintai pertanggungjawaban tentang apa yang dilakukan-Nya, sedangkan mereka
dimintai pertanggungjawaban. Dia Mahamenang atas segala sesuatu, Maha Menghitung
atas segala sesuatu, Maha Mengawasi (Waspada), Mahaagung. Tidak ada Tuhan selain
Dia, dan tidak ada Rabb selain Dia.
Firman-Nya:
{وَهُوَ
الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ}
Sama maknanya dengan firman-Nya:
الْكَبِيرُ
الْمُتَعالِ
Cara memahami ayat-ayat ini dan hadis-hadis sahih yang semakna dengannya lebih baik memakai metode yang dilakukan oleh ulama Salaf yang saleh dan dianjurkan oleh mereka, yaitu tidak serupa dan tidak mirip dengan apa yang digambarkan dalam teksnya.
Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Al-Baqoroh Ayat 255"
Posting Komentar