Al-Baqoroh Ayat 213
Selasa, 15 Mei 2018
Add Comment
{كَانَ
النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ
وَمُنْذِرِينَ وَأَنزلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ
فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ
بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللَّهُ
الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللَّهُ
يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (213) }
Manusia itu adalah umat yang satu, maka Allah
mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan
Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di
antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih
tentang Kitab itu, melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab,
yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena
dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang
beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan
kehendak-Nya. Dan Allah selalu
memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
lurus.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar,
telah menceritakan kepada kami Abu Daud, telah menceritakan kepada kami Hammam,
dari Qatadah, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa jarak antara
Adam dan Nuh adalah sepuluh generasi, semuanya berada di atas suatu syariat yang
diturunkan oleh Allah Swt. Lalu mereka berselisih, kemudian Allah mengutus
nabi-nabi untuk membawa kabar gembira dan pemberi peringatan.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa hal yang sama dikatakan pula oleh qiraah (bacaan)
Abdullah, yaitu:
"كَانَ
النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا".
Pada mulanya manusia itu umat yang satu, lalu mereka berselisih.
Riwayat ini diketengahkan oleh Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya
melalui hadis Bandar, dari Muhammad ibnu Basysyar; kemudian ia mengatakan bahwa
riwayat itu sahih sanadnya, tetapi keduanya (Imam Bukhari dan Imam Muslim) tidak
mengetengahkannya.
Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Abu Ja'far Ar-Razi, dari Abul Aliyah,
dari Ubay ibnu Ka'b. Disebutkan bahwa Ubay ibnu Ka'b membaca ayat ini dengan
qiraah berikut:
"كَانَ
النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّيِّنَ
مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ".
Pada mulanya manusia itu umat yang satu, lalu mereka berselisih, maka
Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi
peringatan.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah
sehubungan dengan makna firman-Nya: Manusia itu adalah umat yang satu.
(Al-Baqarah: 213) Yakni pada mulanya mereka berada dalam jalan petunjuk, lalu
mereka berselisih pendapat, maka Allah mengutus para nabi. (Al-Baqarah:
213) Nabi yang mula-mula diutus oleh Allah adalah Nabi Nuh.
Hal yang sama dikatakan pula oleh Mujahid, yakni sama dengan apa yang
dikatakan oleh Ibnu Abbas tadi. Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
Manusia itu adalah umat yang satu. (Al-Baqarah: 213) Yaitu pada mulanya
adalah kafir. maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi berita gembira
dan pemberi peringatan. (Al-Baqarah: 213)
Tetapi pendapat yang pertama dari Ibnu Abbas lebih sahih sanad dan maknanya,
karena manusia itu pada mulanya berada pada agama Nabi Adam a.s. dan
lama-kelamaan mereka menyembah berhala. Maka Allah mengutus kepada mereka Nabi
Nuh a.s. Dia adalah rasul pertama yang diutus oleh Allah kepada penduduk bumi
ini.
Karena itulah maka dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَأَنزلَ
مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا
فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ
الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ}
Dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi
keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah
berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada
mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang
nyata, karena dengki antara mereka sendiri. (Al-Baqarah: 213)
Yakni sesudah hujah-hujah melumpuhkan mereka. Tidak sekali-kali mereka
terdorong berbuat demikian (perselisihan) kecuali perbuatan aniaya sebagian dari
mereka atas sebagian yang lain. Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{فَهَدَى
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ
وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}
Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran
tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu
memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.
(Al-Baqarah: 213)
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Sulaiman
Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah sehubungan dengan firman-Nya:
Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang
hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. (Al-Baqarah: 213),
hingga akhir ayat. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi Saw. pernah
bersabda:
"نَحْنُ
الْآخِرُونَ الْأَوَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، نَحْنُ أوّلُ النَّاسِ دُخُولًا
الْجَنَّةَ، بيد أنهم أوتوا الكتاب من قبلنا وأوتيناه مِنْ بَعْدِهِمْ، فَهَدَانَا
اللَّهُ لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ من الحق، فهذا اليوم الذي اختلفوا فيه، فَهَدَانَا
لَهُ فَالنَّاسُ لَنَا فِيهِ تَبَعٌ، فَغَدًا لِلْيَهُودِ، وَبَعْدَ غَدٍ
لِلنَّصَارَى".
Kami adalah umat yang terakhir, tetapi kami adalah umat yang pertama di
hari kiamat. Kami adalah orang yang mula-mula masuk ke surga, hanya saja mereka
diberi kitab sebelum kami dan kami diberi kitab sesudah mereka. Maka Allah
memberi petunjuk kami kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu
dengan seizin-Nya. Dan hari ini (yakni hari Jumat) yang mereka perselisihkan,
Allah telah memberi kami petunjuk kepadanya. Maka semua orang mengikut kepada
kami tentangnya, dan besok untuk orang-orang Yahudi (hari Sabtu), kemudian
sesudah besok (hari Ahad) untuk orang-orang Nasrani.
Kemudian Abdur Razzaq meriwayatkannya dari Ma'mar, dari Ibnu Tawus, dari
ayahnya, dari Abu Hurairah, yakni melalui jalur lain. Ibnu Wahb meriwayatkan dari Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya
sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka Allah memberi petunjuk orang-orang
yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan
kehendak-Nya. (Al-Baqarah: 213) Mereka berselisih pendapat mengenai hari
Jumat. Akhirnya orang-orang Yahudi mengambil hari Sabtu dan orang-orang Nasrani
mengambil hari Ahad, dan Allah memberi petunjuk umat Nabi Muhammad kepada hari
Jumat.
Mereka pun berselisih pendapat mengenai kiblat. Orang-orang Nasrani menghadap
ke arah timur, sedangkan orang-orang Yahudi menghadap ke arah Baitul Maqdis, dan
Allah memberi petunjuk umat Muhammad ke arah kiblat. Juga berselisih pendapat dalam cara salat. Di antara mereka ada yang rukuk
tanpa sujud, ada yang sujud tanpa rukuk, ada yang salat sambil berbicara, dan
ada yang salat sambil berjalan. Maka Allah memberi petunjuk umat Muhammad kepada
jalan yang benar dalam melakukan salat.
Mereka berselisih pendapat mengenai puasa. Di antara mereka ada yang puasanya
hanya setengah hari, ada pula yang puasa hanya meninggalkan jenis makanan
tertentu. Maka Allah memberi petunjuk umat Muhammad kepada cara puasa yang
benar. Mereka berselisih pendapat mengenai Nabi Ibrahim a.s. Orang-orang Yahudi
mengatakan bahwa Nabi Ibrahim adalah pemeluk agama Yahudi, sedangkan orang-orang
Nasrani mengatakan bahwa Nabi Ibrahim adalah pengikut agama Nasrani. Allah
menjadikan Nabi Ibrahim seorang yang hanif lagi muslim, maka Allah memberi
petunjuk umat Muhammad ke jalan yang benar dalam hal ini.
Mereka berselisih pendapat mengenai Isa a.s. Orang-orang Yahudi
mendustakannya dan mereka menuduh ibunya berbuat dosa yang besar (yakni zina).
Sedangkan orang-orang Nasrani menjadikannya sebagai tuhan dan anak tuhan,
padahal kenyataannya Isa diciptakan oleh Allah melalui roh ciptaan-Nya dan
perintah-Nya. Maka dalam masalah ini Allah memberi petunjuk umat Muhammad kepada
jalan yang benar.
Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Maka Allah
memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang
mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. (Al-Baqarah: 213) Yakni di
saat mereka berselisih pendapat, maka umat Muhammad berada pada jalan seperti
apa yang dibawa oleh rasul-rasul sebelum mereka (umat terdahulu) berselisih
pendapat. Umat Muhammad menegakkan keikhlasan hanya kepada Allah Swt. semata dan
hanya menyembah kepada-Nya, tiada sekutu bagi-Nya, mendirikan salat serta
menunaikan zakat. Mereka menegakkan perkara yang semula sebelum terjadi
perselisihan dan menjauhkan diri dari segala bentuk perselisihan. Mereka (umat
Muhammad) menjadi saksi atas umat manusia semuanya kelak di hari kiamat; mereka
menjadi saksi atas kaum Nabi Nuh, kaum Nabi Hud, kaum Nabi Saleh, kaum Nabi
Syu'aib, dan keluarga Fir'aun; bahwa para rasul telah menyampaikan risalah Allah
kepada mereka, tetapi mereka mendustakan para rasulnya.
Menurut qiraah (bacaan) Ubay ibnu Ka'b disebutkan:
"وَلِيَكُونُوا
شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ"
Dan agar mereka menjadi saksi atas umat manusia di hari kiamat, dan Allah
memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.
Abul Aliyah selalu mengatakan sehubungan dengan ayat ini, bahwa ayat ini
merupakan jalan keluar dari berbagai macam syubhat, kesesatan, dan fitnah.
Firman Allah Swt. yang mengatakan bi-iznihi artinya dengan
sepengetahuan-Nya dan dengan petunjuk yang Dia berikan kepada mereka.
Demikianlah menurut Ibnu Jarir.
*********
Firman Allah Swt.:
{وَاللَّهُ
يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}
Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya.
(Al-Baqarah: 213)
Yakni dari kalangan makhluk-Nya.
{إِلَى
صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}
Kepada jalan yang benar. (Al-Baqarah: 213)
Hanya milik-Nyalah hikmah (kebijaksanaan) dan hujah yang kuat.
Di dalam kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim disebutkan sebuah hadis dari
Siti Aisyah r.a., bahwa Rasulullah Saw. apabila akan bangkit melakukan salat
sunat malam harinya, beliau selalu mengucapkan doa berikut:
"اللَّهُمَّ،
رَبَّ جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السموات وَالْأَرْضِ،
عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا
فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اختلفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ،
إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ"
Ya Allah, Tuhan Jibril, Mikail, dan Israfil; Pencipta langit dan bumi,
Yang Maha Mengetahui hal yang gaib dan hal yang nyata, Engkaulah yang memutuskan
perkara di antara hamba-hamba-Mu dalam hal-hal yang mereka perselisihkan di masa
silam. Berilah daku petunjuk kepada kebenaran yang diperselisihkan itu dengan
kehendak-Mu. Sesungguhnya Engkau selalu memberi petunjuk orang yang Engkau
kehendaki kepada jalan yang lurus.
Di dalam doa yang masur disebutkan seperti berikut:
اللَّهُمَّ،
أَرِنَا الْحَقَّ حَقّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا
وَوَفِّقْنَا لِاجْتِنَابِهِ، وَلَا تَجْعَلْه مُلْتَبِسًا عَلَيْنَا فَنَضِلَّ،
وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Ya Allah, tunjukilah kami kepada perkara hak yang sesungguhnya dan berilah
kami rezeki untuk mengikutinya. Dan perlihatkanlah kepada kami perkara yang
batil seperti apa adanya, dan berilah kami rezeki untuk menjauhinya. Dan
janganlah Engkau jadikan perkara yang batil itu tampak samar bagi kami karena
nanti kami akan sesat, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang
bertakwa.
Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Al-Baqoroh Ayat 213"
Posting Komentar