Al-Baqoroh Ayat 210
Selasa, 15 Mei 2018
Add Comment
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلا أَنْ يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ
وَالْمَلائِكَةُ وَقُضِيَ الأمْرُ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الأمُورُ (210)
}
Tiada yang mereka nanti-nantikan (pada hari
kiamat) melainkan datangnya (siksa) Allah dalam naungan awan dan malaikat, dan
diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala
urusan.
Allah Swt. mengancam orang-orang kafir melalui Nabi Muhammad Saw. Untuk itu
Dia berfirman: Tiada yang mereka nanti-nantikan (pada hari kiamat) melainkan
datangnya (siksa) Allah dalam naungan awan dan malaikat. (Al-Baqarah: 210)
Yakni pada hari kiamat nanti di saat diputuskan semua perkara seluruh umat
manusia dari awal sampai akhirnya, lalu setiap orang yang beramal mendapat
balasan yang setimpal dari amal perbuatannya. Jika amalnya baik, maka balasannya
baik pula; jika amalnya buruk, maka balasannya buruk pula. Karena itulah dalam
ayat berikutnya Allah Swt. berfirman: dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya
kepada Allah dikembalikan segala urusan. (Al-Baqarah: 210)
Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
كَلَّا
إِذا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكًّا دَكًّا. وَجاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا.
وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسانُ وَأَنَّى لَهُ
الذِّكْرى
Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi diguncangkan berturut-turut, dan
datanglah Tuhanmu, sedangkan malaikat berbaris-baris, dan pada hari itu
diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, tetapi tidak
berguna lagi mengingat itu baginya. (Al-Fajr: 21-23)
Dan firman Allah Swt.:
هَلْ
يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ
يَأْتِيَ بَعْضُ آياتِ رَبِّكَ
Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada
mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan (siksa) Tuhanmu, atau
kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. (Al-An'am: 158), hingga akhir ayat.
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir dalam bab ini menuturkan sebuah hadis mengenai
As-sur (sangkakala) yang cukup panjang mulai dari permulaannya, dari Abu
Hurairah, dari Rasulullah Saw. Hadis ini cukup terkenal dan diketengahkan oleh
banyak pemilik kitab musnad dan lain-lainnya. Antara lain di dalamnya disebutkan
seperti berikut:
Bahwa umat manusia di saat mengalami kesusahan di padang mahsyar, mereka
meminta syafaat kepada Tuhannya melalui para nabi seorang demi seorang, mulai
dari Nabi Adam sampai nabi-nabi yang sesudahnya. Tetapi nabi-nabi itu
mengelakkan dirinya dari memohon syafaat tersebut, hingga sampailah mereka
kepada Nabi Muhammad Saw. Ketika mereka datang kepadanya, maka beliau Saw.
bersabda: Akulah orangnya, akulah orangnya yang dapat memohonkan
syafaat. Lalu Nabi Saw. berangkat dan bersujud kepada Allah di bawah
Arasy, dan beliau meminta syafaat dari sisi Allah agar Dia berkenan datang untuk
memutuskan peradilan di antara semua hamba-Nya. Maka Allah memberi izin
kepadanya untuk memberi syafaat. Lalu Allah datang dalam naungan awan sesudah
langit dunia terbelah dan semua malaikat yang ada padanya turun; kemudian langit
kedua, dan langit ketiga hingga langit ketujuh terbelah pula. Para malaikat
penyangga Arasy dan malaikat Karubiyyun turun. Kemudian Allah Yang Mahaperkasa
turun dalam naungan awan dan para malaikat yang terdengar gemuruh suara tasbih
mereka seraya mengucapkan, "Mahasuci Allah yang mempunyai kerajaan dunia dan
kerajaan langit. Mahasuci Allah yang memiliki segala keagungan dan keperkasaan.
Mahasuci Allah Yang Mahahidup dan tak pernah mati. Mahasuci Allah yang mematikan
semua makhluk, sedangkan Dia tidak mati. Mahasuci lagi Mahakudus Tuhan para
malaikat dan roh. Mahasuci lagi Mahakudus Tuhan kami Yang Mahatinggi. Mahasuci
Tuhan yang memiliki kekuasaan dan keagungan. Mahasuci Allah selama-lamanya."
Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih dalam bab ini mengetengahkan banyak hadis
yang di dalamnya terkandung hal-hal yang aneh. Antara lain ialah apa yang
diriwayatkannya melalui hadis Al-Minhal ibnu Amr, dari Abu Ubaidah ibnu Abdullah
ibnu Maisarah, dari Masruq, dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi Saw. yang telah
bersabda:
"يَجْمَعُ
اللَّهُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخَرِينَ لِمِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ، قِيَامًا
شَاخِصَةً أَبْصَارُهُمْ إِلَى السَّمَاءِ، يَنْتَظِرُونَ فَصْل الْقَضَاءِ،
وَيَنْزِلُ اللَّهُ فِي ظُلَل مِنَ الْغَمَامِ مِنَ الْعَرْشِ إِلَى
الْكُرْسِيِّ"
Allah menghimpunkan orang-orang yang pertama dan orang-orang yang terakhir
di suatu tempat pada hari yang telah dimaklumi, semua orang mengarahkan
pandangannya ke langit menunggu-nunggu keputusan peradilan. Lalu Allah turun
dalam naungan awan dari Arasy sampai ke Al-Kursi.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah
menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Ata ibnu Miqdam, telah menceritakan
kepada kami Mu'tamir ibnu Sulaiman, bahwa ia pernah mendengar Abdul Jalil
Al-Qaisi menceritakan asar berikut dari Abdullah ibnu Amr sehubungan dengan
makna firman-Nya: Tiada yang mereka nanti-nantikan (pada hari kiamat)
melainkan datangnya (siksa) Allah dalam naungan awan. (Al-Baqarah: 210) Di
saat awan itu turun, sedangkan jarak antara awan dan penciptanya itu tujuh puluh
ribu hijab (tirai). Di antara tirai itu ada cahaya kegelapan dan air, kemudian
di dalam kegelapan itu air mengeluarkan suara gelegar yang dapat mengejutkan
hati.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, ayahku telah menceritakan kepada kami, Muhammad
ibnul Wazir Ad-Dimasyqi telah menceritakan kepada kami, Al-Walid telah
menceritakan kepada kami, bahwa aku bertanya kepada Zahir ibnu Muhammad mengenai
firman Allah Swt. berikut: Tiada yang mereka nanti-nantikan (pada had kiamat)
melainkan datangnya (siksa) Allah dalam naungan awan. (Al-Baqarah: 210)
Naungan awan ini tersusun dari batu-batu yaqut dan bertahtakan berbagai mutiara
dan zabarjad.
Ibnu Abu Nujaih mengatakan dari Mujahid sehubungan dengan makna
zulalin minal gamam. Yang dimaksud dengan awan dalam ayat
ini bukan sembarang awan. Awan ini belum pernah terlihat oleh seorang pun
kecuali oleh Bani Israil ketika mereka tersesat di padang pasir.
Abu Ja'far Ar-Razi meriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah
sehubungan dengan makna firman-Nya: Tiada yang mereka nanti-nantikan (pada hari kiamat) melainkan kedatangan Allah dalam naungan awan dan malaikat.
(Al-Baqarah: 210)
Yakni para malaikat datang dengan bernaungkan awan, sedangkan Allah Swt.
datang dengan cara yang Dia kehendaki. Pengertian ini menurut salah satu qiraah
lainnya disebutkan seperti berikut:
"هَلْ
يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ وَالْمَلَائِكَةُ فِي ظُلَل مِنَ
الْغَمَامِ"
Tiada yang mereka nanti-nantikan (pada hari kiamat) melainkan datangnya
Allah dan para malaikat dalam naungan awan.
Perihalnya sama dengan makna yang terdapat di dalam ayat lain, yaitu
firman-Nya:
وَيَوْمَ
تَشَقَّقُ السَّماءُ بِالْغَمامِ وَنُزِّلَ الْمَلائِكَةُ
تَنْزِيلًا
Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih
dan diturunkanlah malaikat bergelombang-gelombang. (Al-Furqan: 25)
Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Al-Baqoroh Ayat 210"
Posting Komentar