Al-Baqoroh Ayat 190-193
Selasa, 15 Mei 2018
Add Comment
{وَقَاتِلُوا
فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا
يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (190) وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ
وَأَخْرِجُوهُمْ مِنْ حَيْثُ أَخْرَجُوكُمْ وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ
وَلا تُقَاتِلُوهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتَّى يُقَاتِلُوكُمْ فِيهِ
فَإِنْ قَاتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُمْ كَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ (191) فَإِنِ
انْتَهَوْا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (192) وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا
تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلا عُدْوَانَ
إِلا عَلَى الظَّالِمِينَ (193) }
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang
yang memerangi kalian, (tetapi) janganlah kalian melampaui batas, karena
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan bunuhlah
mereka di mana saja kalian jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka
telah mengusir kalian (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya daripada
pembunuhan, dan janganlah kalian memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali
jika mereka memerangi kalian di tempat itu. Jika mereka memerangi kalian (di
tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.
Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kalian), maka sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak
ada fitnah lagi dan (sehingga) agama itu hanya untuk Allah belaka. Jika mereka
berhenti (dari memusuhi kalian), maka tidak ada permusuhan (lagi) kecuali
terhadap orang-orang yang zalim.
Abu Ja'far Ar-Razi meriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah
sehubungan dengan takwil firman-Nya: Dan perangilah di jalan Allah
orang-orang yang memerangi kalian. (Al-Baqarah: 190) Ayat ini merupakan ayat
perang pertama yang diturunkan di Madinah. Setelah ayat ini diturunkan, maka
Rasulullah Saw. memerangi orang-orang yang memerangi dirinya dan membiarkan
orang-orang yang tidak memeranginya, hingga turunlah surat Bara’ah (surat
At-Taubah).
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan hal yang sama, hingga dia
mengatakan bahwa ayat ini di-mansukh oleh firman-Nya:
فَاقْتُلُوا
الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ
Maka bunuhlah orang-orang musyrik itu di mana saja kalian jumpai
mereka. (At-Taubah: 5)
Akan tetapi, pendapat ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya, mengingat
firman-Nya: orang-orang yang memerangi kalian. (Al-Baqarah: 190)
Sesungguhnya makna ayat ini merupakan penggerak dan pengobar semangat untuk
memerangi musuh-musuh yang berniat memerangi Islam dan para pemeluknya. Dengan
kata lain, sebagaimana mereka memerangi kalian, maka perangilah mereka oleh
kalian. Seperti makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
وَقاتِلُوا
الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَما يُقاتِلُونَكُمْ كَافَّةً
Dan perangilah kaum musyrik itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi
kalian semuanya. (At-Taubah: 36)
Karena itulah maka dalam ayat ini Allah Swt. berfirman: Dan bunuhlah
mereka di mana saja kalian jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka
telah mengusir kalian (Mekah). (Al-Baqarah: 191)
Dengan kata lain, agar semangat kalian berkobar untuk memerangi orang-orang
musyrik itu, sebagaimana semangat mereka menggebu-gebu untuk memerangi kalian;
dan agar kalian terdorong untuk mengusir mereka dari negeri yang mereka telah
mengusir kalian darinya sebagai pembalasan yang setimpal.
**********
Firman Allah Swt.:
{وَلا
تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ}
(tetapi) janganlah kalian melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Al-Baqarah: 190)
Yakni perangilah mereka di jalan Allah, tetapi janganlah kalian bersikap
melampaui batas dalam hal ini. Termasuk ke dalam pengertian bertindak melampaui
batas ialah melakukan hal-hal yang dilarang (dalam perang).
Menurut Al-Hasan Al-Basri antara lain ialah mencincang musuh, curang,
membunuh wanita-wanita, anak-anak serta orang-orang lanjut usia yang tidak ikut
berperang serta tidak mempunyai kemampuan berperang, para rahib dan
pendeta-pendeta yang ada di dalam gereja-gerejanya, membakar pohon, dan membunuh
hewan bukan karena maslahat.
Hal ini dikatakan oleh Ibnu Abbas, Umar ibnu Abdul Aziz, Muqatil ibnu Hayyan,
dan lain-lainnya.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan sebuah hadis:
عَنْ
بُرَيدة أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ:
"اغْزُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ، قَاتِلُوا مَنْ كَفَرَ بِالْلَّهِ، اغْزُوا وَلَا
تَغُلّوا، وَلَا تَغْدروا، وَلَا تُمَثِّلُوا، وَلَا تَقْتُلُوا وَلِيدًا، وَلَا
أَصْحَابَ الصَّوَامِعِ".
dari Buraidah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Pergilah di jalan
Allah dan perangilah orang yang kafir kepada Allah. Berperanglah kalian, tetapi
janganlah kalian curang, jangan khianat, jangan mencincang, dan jangan membunuh
anak-anak serta jangan membunuh orang-orang yang ada di dalam
gereja-gerejanya. (Riwayat Imam Ahmad)
Disebutkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah Saw. bila memberangkatkan
pasukannya, terlebih dahulu berpesan kepada mereka:
"اخْرُجُوا
بِسْمِ اللَّهِ، قَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَنْ كَفَرَ بِالْلَّهِ، لَا
تَغْدِرُوا وَلَا تَغُلُّوا، وَلَا تُمَثلوا، وَلَا تَقْتُلُوا الْوِلْدَانَ وَلَا
أَصْحَابَ الصَّوَامِعِ".
Berangkatlah kalian dengan menyebut asma Allah, perangilah di jalan Allah
orang-orang yang kafir kepada Allah, janganlah kalian melampaui batas, janganlah
kalian curang, jangan mencincang (menyiksa), jangan membunuh anak-anak, dan
jangan pula orang-orang yang berada dalam gereja-gerejanya.
Imam Ahmad dan Imam Abu Daud meriwayatkan pula hadis yang semisal secara
marfu' dari sahabat Anas ibnu Malik r.a.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan:
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ قَالَ: وجُدت امْرَأَةٌ فِي بَعْضِ مَغَازِي النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَقْتُولَةً، فَأَنْكَرَ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قتلَ النِّسَاءِ وَالصِّبْيَانِ
dari sahabat Ibnu Umar yang menceritakan: Pernah dijumpai seorang wanita yang
terbunuh dalam suatu peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Maka sejak
itu beliau membenci membunuh wanita-wanita dan anak-anak.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُصعب بْنُ سَلام، حَدَّثَنَا الْأَجْلَحُ، عَنْ
قَيْسِ بْنِ أَبِي مُسْلِمٍ، عَنْ رِبْعي ابن حِرَاش، قَالَ: سَمِعْتُ حُذَيفة
يَقُولُ: ضَرَبَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَمْثَالًا وَاحِدًا، وَثَلَاثَةً، وَخَمْسَةً، وَسَبْعَةً، وَتِسْعَةً، وأحدَ
عشَرَ، فَضَرَبَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهَا
مَثَلًا وَتَرَكَ سائرَها، قَالَ: "إِنَّ قَوْمًا كَانُوا أهلَ ضَعْف وَمَسْكَنَةٍ،
قَاتَلَهُمْ أهلُ تَجَبُّرٍ وَعَدَاءٍ، فَأَظْهَرَ اللَّهُ أَهْلَ الضَّعْفِ
عَلَيْهِمْ، فَعَمَدُوا إِلَى عَدُوهم فَاسْتَعْمَلُوهُمْ وَسَلَّطُوهُمْ
فَأَسْخَطُوا اللَّهَ عَلَيْهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mus'ab ibnu Salam,
telah menceritakan kepada kami Al-Ajlah, dari Qais ibnu Abu Muslim, dari Rub'i
ibnu Hirasy yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Huzaifah bercerita,
"Rasulullah Saw. pernah membuat banyak perumpamaan kepada kami, satu, tiga,
lima, tujuh, sembilan, dan sebelas (perumpamaan). Maka Rasulullah Saw. membuat
suatu perumpamaan dari semuanya itu kepada kami dan meninggalkan perumpamaan
yang lainnya. Beliau Saw. bersabda: 'Sesungguhnya ada suatu kaum yang lemah
lagi miskin, mereka diperangi oleh orang-orang yang kuat lagi memendam
permusuhan, tetapi Allah memenangkan orang-orang yang lemah atas mereka, lalu
orang-orang yang lemah itu menghukum mereka dengan cara mempekerjakan dan
menguasai mereka, maka Allah murka terhadap orang-orang yang berbuat demikian
hingga hari kiamat'."
Hadis ini ditinjau dari segi sanadnya berpredikat hasan. Makna hadis, bahwa
ketika kaum yang lemah itu dapat mengalahkan kaum yang kuat, maka kaum yang
lemah berbuat kelewat batas terhadap mereka dan mempekerjakan mereka secara
paksa dengan pekerjaan-pekerjaan yang tidak layak bagi mereka. Maka Allah
menjadi murka terhadap mereka yang menang itu disebabkan sikap mereka yang
melebihi batas.
Hadis dan asar yang membahas hal ini cukup banyak. Mengingat jihad itu
mengandung risiko melayangnya banyak jiwa, terbunuhnya banyak kaum laki-laki,
maka Allah mengingatkan bahwa perbuatan yang telah dilakukan oleh mereka —yaitu
kafir kepada Allah, mempersekutukan-Nya, dan menghalang-halangi jalan Allah—
adalah perbuatan yang lebih parah dan lebih fatal, lebih besar akibatnya
daripada pembunuhan.
**********
Karena itulah maka dalam ayat selanjutnya disebutkan:
{وَالْفِتْنَةُ
أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ}
Dan fitnah itu lebih besar bahayanya daripada pembunuhan. (Al-Baqarah
191)
Menurut Abu Malik, makna ayat ini ialah bahwa apa yang sedang kalian hadapi
itu lebih besar bahayanya daripada pembunuhan. Abul Aliyah, Mujahid, Qatadah, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Al-Hasan,
Ad-Dahhak, dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Dan fitnah itu lebih besar bahayanya daripada pembunuhan. (Al-Baqarah:
191) Artinya, musyrik itu bahayanya lebih besar daripada pembunuhan.
***************
Firman-Nya:
{وَلا
تُقَاتِلُوهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ}
dan janganlah kalian memerangi mereka di Masjidil Haram. (Al-Baqarah:
191)
Di dalam kitab Sahihain disebutkan:
"إِنَّ
هَذَا الْبَلَدَ حَرَّمَهُ اللَّهُ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ، فَهُوَ
حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَمْ يَحِلَّ لِي إِلَّا
سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ، وَإِنَّهَا سَاعَتِي هَذِهِ، حَرَام بِحُرْمَةِ اللَّهِ
إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، لَا يُعْضَد شَجَرُهُ، وَلَا يُخْتَلى خَلاه. فَإِنْ
أَحَدٌ تَرَخَّصَ بِقِتَالِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقُولُوا: إِنَّ اللَّهَ أَذِنَ لِرَسُولِهِ وَلَمْ يَأْذَنْ
لَكُمْ"
Sesungguhnya kota ini telah disucikan Allah sejak Dia menciptakan langit
dan bumi, maka dia tetap suci karena disucikan Allah sampai hari kiamat dan
tidak pernah dihalalkan kecuali sesaat untukku di waktu siang hari, dia tetap
suci karena disucikan Allah sampai hari kiamat; pepohonannya tidak boleh
ditebang, rerumputannya tidak boleh dicabut. Jika ada seseorang membolehkan
karena alasan Rasulullah Saw. pernah melakukan perang padanya, maka katakanlah
oleh kalian bahwa sesungguhnya Allah hanya mengizinkan bagi Rasul-Nya dan Dia
tidak mengizinkan bagi kalian.
Yang dimaksud ialah peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. terhadap
penduduknya ketika hari kemenangan atas kota Mekah, karena sesungguhnya beliau
Saw. membukanya dengan paksa, dan sebagian dari kaum lelaki di antara mereka ada
yang terbunuh di Khandamah. Tetapi menurut pendapat yang lain, Nabi Saw. membuka kota Mekah secara damai,
karena berdasarkan kepada sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
مَنْ
أَغْلَقَ بَابَهُ فَهُوَ آمِنٌ، وَمَنْ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَهُوَ آمِنٌ، وَمَنْ
دَخَلَ دَارَ أَبِي سُفْيَانَ فَهُوَ آمِنٌ
Barang siapa yang menutup pintunya, maka dia aman; dan barang siapa yang
masuk ke dalam Masjidil Haram, maka dia aman; dan barang siapa yang memasuki
rumah Abu Sufyan, maka dia aman.
****************
Firman Allah Swt.:
{حَتَّى
يُقَاتِلُوكُمْ فِيهِ فَإِنْ قَاتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُمْ كَذَلِكَ جَزَاءُ
الْكَافِرِينَ}
kecuali jika mereka memerangi kalian di tempat itu. Jika mereka memerangi
kalian (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi
orang-orang kafir. (Al-Baqarah: 191)
Dengan kata lain, janganlah kalian memerangi mereka di Masjidil Haram (Mekah)
kecuali bila mereka memulai memerangi kalian padanya, maka saat itu kalian boleh
memerangi mereka untuk membela diri. Sebagaimana. yang dilakukan oleh para
sahabat ketika mengucapkan baiat (janji setia) kepada Nabi Saw. pada hari
Hudaibiyyah di bawah sebuah pohon. Mereka berjanji setia untuk membela Nabi
Saw., yaitu di saat semua suku Quraisy dan para pendukungnya dari kalangan suku
Saqif dan orang-orang Habsyah pada tahun itu bersekutu untuk memerangi Nabi Saw.
Kemudian Allah Swt. mencegah pcperangan di antara mereka. Untuk itu Allah Swt.
berfirman:
وَهُوَ
الَّذِي كَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ عَنْهُمْ بِبَطْنِ مَكَّةَ
مِنْ بَعْدِ أَنْ أَظْفَرَكُمْ عَلَيْهِمْ
Dan Dialah yang menahan tangan mereka dari (membinasakan) kalian dan
(menahan) tangan kalian dari (membinasakan) mereka di tengah kota Mekah sesudah
Allah memenangkan kalian atas mereka. (Al-Fath: 24)
Allah Swt. berfirman pula:
{وَلَوْلا
رِجَالٌ مُؤْمِنُونَ وَنِسَاءٌ مُؤْمِنَاتٌ لَمْ تَعْلَمُوهُمْ أَنْ تَطَئُوهُمْ
فَتُصِيبَكُمْ مِنْهُمْ مَعَرَّةٌ بِغَيْرِ عِلْمٍ لِيُدْخِلَ اللَّهُ فِي
رَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ لَوْ تَزَيَّلُوا لَعَذَّبْنَا الَّذِينَ كَفَرُوا
مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا}
Dan kalau tidaklah karena laki-laki yang mukmin dan perempuan-perempuan
yang mukmin yang tiada kalian ketahui, bahwa kalian akan membunuh mereka yang
menyebabkan kalian ditimpa kesusahan tanpa pengetahuan kalian (tentulah Allah
tidak akan menahan tangan kalian dari membinasakan mereka). Supaya Allah
memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Sekiranya mereka
tidak bercampur-baur, tentulah Kami akan mengazab orang-orang yang kafir di
antara mereka dengan azob yang pedih. (Al-Fath: 25)
**************
Adapun firman Allah Swt.:
{فَإِنِ
انْتَهَوْا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ}
Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kalian), maka sesesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah: 192)
Dengan kata lain, apabila mereka tidak melakukan peperangan di tanah haram
(suci), mereka menyerah mau masuk Islam dan bertobat, sesungguhnya Allah akan
mengampuni dosa-dosa mereka, sekalipun mereka telah memerangi kaum muslim di
Tanah Suci Allah. Karena sesungguhnya tiada suatu dosa besar pun dianggap berat
oleh Allah bila Dia mengampuni orang yang bertobat darinya dan kembali ke
jalan-Nya. Kemudian Allah Swt. memerintahkan untuk memerangi orang-orang kafir
dengan tujuan seperti yang diungkapkan oleh firman-Nya:
{حَتَّى
لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ}
sehingga tidak ada fitnah lagi. (Al-Baqarah: 193)
Yang dimaksud dengan fitnah ialah syirik (mempersekutukan Allah). Demikianlah
menurut apa yang telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Abul Aliyah, Mujahid,
Al-Hasan, Qatadah, Ar-Rabi', Muqatil ibnu Hayyan, As-Saddi, dan Zaid ibnu Aslam.
Allah Swt. berfirman:
{وَيَكُونَ
الدِّينُ لِلَّهِ}
dan (sehingga) agama itu hanya untuk Allah belaka. (Al-Baqarah:
193)
Yakni hanya agama Allah-lah menang lagi tinggi berada di atas agama lainnya,
seperti pengertian yang terkandung di dalam hadis Sahihain:
عَنْ
أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ، قَالَ: سُئِل النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَنِ الرَّجُلِ يُقاتل شُجَاعَةً، وَيُقَاتِلُ حَميَّة، وَيُقَاتِلُ
رِيَاءً، أَيُّ ذَلِكَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ فَقَالَ: "مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ
كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا فهو فِي
سَبِيلِ اللَّهِ"
melalui Abu Musa Al-Asy'ari yang menceritakan: Nabi Saw. pernah ditanya
mengenai seorang lelaki yang berperang karena keberaniannya, seorang lelaki yang
berperang karena fanatiknya, dan seorang lelaki yang berperang karena riya
(pamer), manakah di antaranya yang termasuk ke dalam perang di jalan Allah? Nabi
Saw. menjawab, "Barang siapa yang berperang demi meninggikan kalimah Allah,
maka dia adalah orang yang berperang di jalan Allah."
Di dalam kitab Sahihain disebutkan pula hadis berikut:
"أمرْتُ
أنْ أقاتلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوا: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَإِذَا
قَالُوهَا عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّهَا،
وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ"
Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengatakan tidak
ada Tuhan selain Allah; apabila mereka mau mengucapkannya, berarti mereka
memelihara darah dan harta bendanya dariku, kecuali karena alasan yang hak,
sedangkan perhitungan mereka (yang ada di dalam hati mereka) diserahkan kepada
Allah.
***********
Firman Allah Swt.:
{فَإِنِ
انْتَهَوْا فَلا عُدْوَانَ إِلا عَلَى الظَّالِمِينَ}
Jika mereka berhenti (dari memusuhi kalian), maka tidak ada permusuhan
(lagi) kecuali terhadap orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah: 193)
Yakni jika mereka tidak melakukan lagi kebiasaan syiriknya dan tidak lagi
memerangi orang-orang mukmin, maka cegahlah diri kalian dari mereka, karena
sesungguhnya orang-orang yang memerangi mereka sesudah itu adalah orang yang
zalim, dan tidak ada lagi permusuhan kecuali terhadap orang-orang yang zalim.
Demikianlah menurut takwil yang dikemukakan oleh Mujahid, yakni tidak ada perang
lagi kecuali terhadap orang yang memulainya. Atau makna yang dimaksud ialah,
apabila mereka berhenti memusuhi kalian, berarti kalian telah bebas dari
gangguan perbuatan aniaya mereka, yaitu kemusyrikan mereka, maka tidak ada
permusuhan lagi terhadap mereka sesudah itu. Yang dimaksud dengan istilah
'udwan dalam ayat ini ialah membalas dan memerangi, seperti pengertian
yang terkandung di dalam firman-Nya:
{فَمَنِ
اعْتَدَى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدَى
عَلَيْكُمْ}
Oleh karena itu, barang siapa yang menyerang kalian, maka seranglah ia
seimbang dengan serangannya terhadap kalian. (Al-Baqarah: 194)
{وَجَزَاءُ
سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا}
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. (Asy-Syura:
40)
{وَإِنْ
عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ}
Dan jika kalian memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama
dengan siksaan yang ditimpakan kepada kalian. (An-Nahl: 126)
Karena itulah maka Ikrimah dan Qatadah mengatakan bahwa orang yang zalim
ialah orang yang menolak, tidak mau mengucapkan kalimah 'Tidak ada Tuhan selain
Allah'.
Imam Bukhari mengatakan sehubungan dengan takwil firman-Nya: Dan
perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi. (Al-Baqarah: 193),
hingga akhir ayat. Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah
menceritakan kepada kami Abdul Wahhab, telah menceritakan kepada kami
Ubaidillah, dari Nafi', dari Ibnu Umar yang menceritakan bahwa ia pernah
kedatangan dua orang lelaki pada zaman fitnah Ibnuz Zubair (kemelut yang terjadi
di masa Abdullah ibnuz Zubair), lalu kedua lelaki itu berkata, "Sesungguhnya
orang-orang telah melibatkan dirinya dalam kemelut ini, sedangkan engkau —hai
Ibnu Umar— sebagai sahabat Nabi Saw. mengapa tidak ikut berangkat berperang?"
Ibnu Umar menjawab, "Diriku tercegah oleh hukum Allah yang melarang darah
saudaraku." Keduanya mengatakan lagi, "Bukankah Allah Swt. telah berfirman:
'Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi' (Al-Baqarah:
193)?" Ibnu Umar menjawab, "Kami telah berperang sehingga tiada ada fitnah lagi,
dan agama hanyalah untuk Allah. Sedangkan kalian menghendaki agar perang kalian
lakukan sehingga fitnah timbul lagi dan agar agama untuk selain Allah."
Usman ibnu Saleh meriwayatkan dari Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku
Fulan dan Haiwah ibnu Syuraih, dari Bakr ibnu Umar Al-Magafiri, bahwa Bukair
ibnu Abdullah pernah menceritakan kepadanya dari Nafi', bahwa ada seorang lelaki
datang kepada sahabat Ibnu Umar dan mengatakan, "Hai Abu Abdur Rahman, apakah
yang mendorongmu melakukan ibadah haji satu tahun dan bermukim satu tahun,
sedangkan engkau meninggalkan jihad di jalan Allah Swt., padahal engkau
mengetahui anjuran Allah mengenai berjihad itu?" Ibnu Umar menjawab, "Hai anak
saudaraku, Islam dibangun di atas lima pilar, yaitu iman kepada Allah dan
Rasul-Nya, salat lima waktu, puasa Ramadan, menunaikan zakat, dan haji ke
Baitullah." Mereka mengatakan, "Bukankah engkau telah mendengar apa yang telah
dikatakan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya, hai Abu Abdur Rahman, (yaitu):
'Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka
damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu
berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang
berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah'
(Al-Hujurat: 9). Juga firman Allah Swt. yang mengatakan: 'Dan perangilah
mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi' (Al-Baqarah: 193)." Ibnu Umar
berkata, "Kami telah melakukannya di zaman Rasulullah Saw. yang pada saat itu
Islam masih minoritas, dan seorang lelaki muslim diuji dalam agamanya,
adakalanya dibunuh oleh mereka atau disiksa. Ketika Islam menjadi mayoritas,
maka tidak ada fitnah lagi." Lelaki itu berkata, "Bagaimanakah menurutmu tentang
Ali dan Us'man?" Ibnu Umar menjawab, "Adapun mengenai Usman, maka Allah telah
memaafkannya, dan kalian ternyata tidak suka memaafkannya. Sedangkan Ali, dia
adalah anak paman Rasulullah Saw. dan juga sebagai menantunya," lalu Ibnu Umar
mengisyaratkan dengan tangannya dan berkata, "Itulah rumah Ali seperti yang
kalian lihat sendiri (yakni tinggal di rumah Rasulullah Saw.)."
Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Al-Baqoroh Ayat 190-193"
Posting Komentar