Al-Baqoroh Ayat 260
Selasa, 15 Mei 2018
Add Comment
{وَإِذْ
قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ
تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ
الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ
جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ
حَكِيمٌ (260) }
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, "Ya
Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang
mati." Allah berfirman, "Apakah kamu belum
percaya?" Ibrahim menjawab, "Saya telah percaya, tetapi agar bertambah tetap
hati saya." Allah berfirman, "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu
potong-potonglah burung-burung itu olehmu, kemudian letakkanlah tiap bagian
darinya atas tiap-tiap bukit. Sesudah itu panggillah dia, niscaya dia akan
datang kepadamu dengan segera." Dan ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana.
Mereka menyebutkan beberapa penyebab yang mendorong Ibrahim a.s. bertanya
seperti itu; antara lain ialah ketika ia berkata kepada Namrud, yang
perkataannya itu disitir oleh firman-Nya:
{رَبِّيَ
الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ}
Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan Yang mematikan. (Al-Baqarah:
258)
Maka Nabi Ibrahim ingin agar pengetahuannya yang berdasarkan keyakinan itu
menjadi meningkat kepada pengetahuan yang bersifat 'ainul yaqin dan ingin
menyaksikan hal tersebut dengan mata kepalanya sendiri. Untuk itulah ia berkata
dalam ayat ini:
{رَبِّ
أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ
لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي}
Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan
orang-orang mati. Allah berfirman, "Apakah kamu belum percaya?" Ibrahim
menjawab, "Saya telah percaya, tetapi agar bertambah tetap hati saya."
(Al-Baqarah: 260)
Adapun mengenai hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari sehubungan dengan
ayat ini, yaitu:
حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي يُونُسُ، عَنِ ابْنِ
شِهَابٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ وَسَعِيدٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "نَحْنُ
أَحَقُّ بِالشَّكِّ مِنْ إِبْرَاهِيمَ، إِذْ قَالَ: رَبِّ أَرِنِي كيف تحيى الموتى؟
قال: أو لم تُؤْمِنْ. قَالَ: بَلَى، وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ
قَلْبِي"
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Saleh, telah menceritakan kepada
kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Yunus, dari Ibnu Syihab, dari Abu
Salamah dan Sa'id dari Abu Hurairah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Kami lebih berhak untuk ragu ketimbang Nabi Ibrahim, ketika
ia berkata, "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan
orang-orang mati." Allah berfirman, "Apakah kamu belum percaya?" Ibrahim
menjawab, "Saya telah percaya, tetapi agar bertambah tetap hati saya."
(Al-Baqarah: 260)
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Harmalah ibnu Yahya, dari
Wahb dengan lafaz yang sama.
Yang dimaksud dengan istilah syak (ragu) dalam hadis ini bukanlah seperti apa
yang dipahami oleh orang-orang yang tidak berilmu mengenainya, tanpa ada yang
memperselisihkannya. Sesungguhnya pemahaman tersebut telah dijawab oleh banyak
sanggahan yang mematahkan alasannya. Sehubungan dengan pembahasan ini, pada salinan yang ada di tangan kami
terdapat komentar. Dan sehubungan dengan masalah ini kami akan mengemukakan apa
yang dikatakan oleh Al-Bagawi demi melengkapi pembahasan ini. Al-Bagawi
mengatakan bahwa Muhammad ibnu Ishaq ibnu Khuzaimah meriwayatkan dari Abu
Ibrahim (yaitu Ismail ibnu Yahya Al-Muzani) bahwa ia pernah mengatakan
sehubungan dengan makna hadis ini, sebenarnya Nabi Saw. tidak ragu —begitu pula
Nabi Ibrahim a.s.— mengenai masalah bahwa Allah Mahakuasa untuk menghidupkan
orang-orang mati. Melainkan keduanya merasa ragu apakah permohonan keduanya
diperkenankan untuk hal tersebut.
Abu Sulaiman Al-Khattabi mengatakan sehubungan dengan sabda Nabi Saw. yang
mengatakan: Kami lebih berhak untuk ragu ketimbang Ibrahim. Di dalam
ungkapan ini tidak terkandung pengakuan keraguan atas dirinya dan tidak pula
atas diri Nabi Ibrahim, melainkan justru mengandung pengertian yang menghapuskan
keraguan tersebut dari keduanya. Seakan-akan Nabi Saw. berkata, "Jika aku tidak
ragu tentang kekuasaan Allah Swt. dalam menghidupkan kembali orang-orang mati,
maka Ibrahim lebih berhak untuk tidak ragu." Nabi Saw. mengungkapkan demikian
sebagai rasa rendah diri dan sopan santunnya kepada Nabi Ibrahim.
Demikian pula sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
"لو
لَبِثْتُ فِي السِّجْنِ مَا لَبِثَ يُوسُفُ لَأَجَبْتُ الداعي"
Seandainya aku tinggal di dalam penjara selama Nabi Yusuf tinggal di
penjara, niscaya aku mau memenuhinya.
Di dalam pembahasan ini terkandung pemberitahuan bahwa masalah yang dialami
oleh Nabi Ibrahim a.s. tidak diungkapkannya dari segi perasaan ragu, melainkan
dari segi ingin menambah ilmu dengan melalui kesaksian mata. Karena sesungguhnya
kesaksian mata itu dapat memberikan pengetahuan dan ketenangan hati lebih
daripada pengetahuan yang didasari hanya oleh teori.
Menurut suatu pendapat, ketika ayat ini (Al-Baqarah: 260) diturunkan, ada
segolongan kaum yang mengatakan, "Nabi Ibrahim ragu, sedangkan Nabi kita tidak
ragu." Maka Rasulullah Saw. mengucapkan sabdanya yang telah disebutkan di atas
sebagai ungkapan rasa rendah diri dan bersopan santun kepada Nabi Ibrahim a.s.
sehingga beliau mendahulukan Nabi Ibrahim atas dirinya sendiri.
*******************
Firman Allah Swt.:
{قَالَ
فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ}
Allah berfirman, "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu
potong-potonglah burung-burungt itu olehmu." (Al-Baqarah: 260)
Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai jenis keempat burung itu,
sekalipun tiada faedahnya menentukan jenis-jenisnya; karena seandainya hal ini
penting, niscaya Al-Qur'an akan menycbutkannya dengan keterangan yang jelas. Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ia pernah mengatakan, "Keempat
burung tersebut terdiri atas burung Garnuq, burung merak, ayam jago, dan burung
merpati."
Telah diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Ibrahim mengambil angsa,
anak burung unta, ayam jago, dan burung merak. Mujahid dan Ikrimah mengatakan bahwa keempat burung tersebut adalah merpati,
ayam jago, burung merak, dan burung gagak.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَصُرْهُنَّ
إِلَيْك}
dan potong-potonglah burung-burung itu olehmu. (Al-Baqarah: 260)
Yakni memotong-motongnya (sesudah menyembelihnya). Demikianlah menurut Ibnu
Abbas, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Abu Malik, Abul Aswad Ad-Duali, Wahb ibnu
Munabbih, Al-Hasan, As-Saddi, serta lain-lainnya.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: dan
ikatlah burung-burung itu olehmu. (Al-Baqarah: 260) Setelah burung-burung
itu diikat, maka Nabi Ibrahim menyembelihnya, kemudian menjadikan tiap bagian
dari burung-burung itu pada tiap bukit.
Mereka menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim menangkap empat ekor burung, lalu
menyembelihnya, kemudian memotong-motongnya, mencabuti bulu-bulunya, dan
mencabik-cabiknya. Setelah itu sebagian dari burung-burung itu dicampuradukkan
dengan sebagian yang lain. Kemudian dibagi-bagi menjadi beberapa
bagian dan menaruh sebagian darinya pada tiap bukit. Menurut suatu pendapat
adalah empat buah bukit, dan menurut pendapat yang lain tujuh buah bukit. Ibnu
Abbas mengatakan, Nabi Ibrahim memegang kepala keempat burung itu pada
tangannya. Kemudian Allah Swt. memerintahkan kepada Ibrahim agar memanggil
burung-burung itu. Maka Ibrahim memanggil burung-burung itu seperti apa yang
diperintahkan oleh Allah Swt. Nabi Ibrahim melihat bulu-bulu burung-burung
tersebut beterbangan ke arah bulu-bulunya, darah beterbangan ke arah darah-nya,
dan daging beterbangan ke arah dagingnya; masing-masing bagian dari
masing-masing burung bersatu dengan bagian lainnya, hingga masing-masing burung
bangkit seperti semula, lalu datang kepada Ibrahim dengan berlari, dimaksudkan
agar lebih jelas dilihat oleh orang yang meminta kejadian tersebut. Lalu
masing-masing burung datang mengambil kepalanya yang ada di tangan Nabi Ibrahim
a.s. Apabila Nabi Ibrahim mengulurkan kepala yang bukan milik burung yang
bersangkutan, burung itu menolak; dan jika Ibrahim mengulurkan kepala yang
menjadi milik burung bersangkutan, maka menyatulah kepala itu dengan tubuhnya
berkat kekuasaan Allah Swt. Karena itulah dalam firman selanjutnya
disebutkan:
{وَاعْلَمْ
أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ}
Dan ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
(Al-Baqarah: 260)
Yakni Mahaperkasa, tiada sesuatu pun yang mengalahkan-Nya, dan tiada sesuatu
pun yang menghalang-halangi-Nya; semua yang dikehendaki-Nya pasti terjadi tanpa
ada yang mencegah-Nya, karena Dia Mahamenang atas segala sesuatu, lagi
Mahabijaksana dalam semua firman, perbuatan, syariat serta kekuasaan-Nya.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ayyub
sehubungan dengan firman-Nya: tetapi agar bertambah tetap hati saya.
(Al-Baqarah: 260), Bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan, "Tiada suatu ayat pun di
dalam Al-Qur'an yang lebih aku harapkan selain darinya (Al-Baqarah: 260)."
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnul Musanna,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada
kami Syu'bah; ia pernah mendengar Zaid ibnu Ali menceritakan asar berikut dari
Sa'id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Abbas dan Abdullah ibnu
Amr ibnul As sepakat mengadakan pertemuan, saat itu kami berusia muda. Salah
seorang dari keduanya berkata yang lainnya, "Ayat apakah di dalam Kitabullah
yang paling diharapkan olehmu untuk umat ini?" Maka Abdullah ibnu Amr membacakan
firman-Nya:
{يَاعِبَادِيَ
الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ
إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا}
Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya." (Az-Zumar 53)
Ibnu Abbas berkata, "Jika kamu mengatakan itu, maka aku katakan bahwa ayat
yang paling kuharapkan dari Kitabullah untuk umat ini ialah ucapan Nabi
Ibrahim," yaitu: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau
menghidupkan orang-orang mati?" Allah berfirman, "Apakah kamu belum percaya?"
Ibrahim menjawab, "Saya telah percaya, tetapi agar bertambah tetap hati
saya." (Al-Baqarah: 260)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Saleh Katib Al-Lais, telah menceritakan
kepadaku Muhammad ibnu Abu Salamah, dari Amr, telah menceritakan kepadaku Ibnul
Munkadir, bahwa ia pernah bersua dengan Abdullah ibnu Abbas dan Abdullah ibnu
Amr ibnul As. Lalu Abdullah ibnu Abbas berkata kepada Ibnu Amr ibnul As, "Ayat
Al-Qur'an apakah yang paling kamu harapkan menurutmu?" Abdullah ibnu Amr
membacakan firman-Nya: Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat
Allah." (Az-Zumar: 53), hingga akhir ayat Maka Ibnu Abbas berkata, "Tetapi
menurutku adalah firman Allah Swt.: Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata,
'Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang
mati?' Allah berfirman, 'Apakah kamu belum percaya?' Ibrahim menjawab, 'Saya
telah percaya.' (Al-Baqarah: 260), hingga akhir ayat." Allah rida kepada
Ibrahim setelah dia mengatakan bala (saya telah percaya). Hal ini terjadi
setelah timbul keinginan itu di dalam hatinya dan setan mengembuskan godaan
kepadanya.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya
melalui Abu Abdullah, yaitu Muhammad ibnu Ya'qub ibnul Ahzam, dari Ibrahim ibnu
Abdullah As-Sa'di, dari Bisyr ibnu Umar Az-Zahrani, dari Abdul Aziz ibnu Abu
Salamah berikut sanadnya dengan lafaz yang semisal. Selanjutnya Imam Hakim
mengatakan bahwa sanad asar ini sahih, padahal keduanya (Imam Bukhari dan Imam
Muslim) tidak mengetengahkannya.
Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Al-Baqoroh Ayat 260"
Posting Komentar