Al-Baqoroh Ayat 258
Selasa, 15 Mei 2018
Add Comment
{أَلَمْ
تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ
إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي
وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ
الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ وَاللَّهُ لَا
يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (258) }
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang
mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada
orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan, "Tuhanku ialah
Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata, "Saya dapat menghidupkan
dan mematikan." Ibrahim berkata, "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari
timur, maka terbitkanlah dia dari barat." Lalu terdiamlah orang kafir itu; dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya dalam ayat ini adalah Raja Babil
(yaitu Namrud ibnu Kan'an ibnu Kausy ibnu Sam ibnu Nuh), dan menurut pendapat
yang lain dikatakan Namrud ibnu Falik ibnu Abir ibnu Syalikh ibnu Arfakhsyad
ibnu Sam ibnu Nuh. Pendapat yang pertama dikatakan oleh Mujahid dan
lain-lainnya. Mujahid mengatakan bahwa raja yang menguasai belahan timur dan
barat dunia ada empat orang; dua orang di antaranya mukmin, sedangkan dua orang
lainnya kafir. Raja yang mukmin ialah Sulaiman ibnu Daud dan Zul Qamain,
sedangkan raja yang kafir ialah Namrud dan Bukhtanasar.
Makna firman-Nya:
{أَلَمْ
تَرَ}
Tidakkah kamu perhatikan. (Al-Baqarah: 258)
Yakni apakah kamu tidak memperhatikan dengan hatimu, hai Muhammad!
{إِلَى
الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ}
orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya. (Al-Baqarah: 258)
Yaitu tentang keberadaan Tuhannya. Demikian itu karena raja tersebut ingkar
terhadap keberadaan Tuhan selain dirinya sendiri, seperti halnya yang dikatakan
oleh Raja Fir'aun yang hidup sesudahnya kepada para pembantu terdekatnya, yang
disebutkan oleh firman-Nya:
مَا
عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلهٍ غَيْرِي
Aku tidak mengetahui tuhan bagi kalian selain aku. (Al-Qashash:
38)
Dan tidak ada yang mendorongnya (raja itu) berbuat keterlaluan dan kekufuran
yang berat serta keingkaran yang keras ini kecuali karena kecongkakannya dan
lamanya masa memegang kerajaan. Menurut suatu pendapat, Raja Namrud memegang
tahta pemerintahannya selama empat ratus tahun. Karena itulah dalam ayat ini
disebutkan:
أَنْ
آتاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ
karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan
(kekuasaan). (Al-Baqarah: 258)
Pada mulanya raja itu meminta kepada Ibrahim agar mengemukakan bukti yang
menunjukkan keberadaan Tuhan yang diserukan olehnya. Maka Ibrahim menjawabnya
yang disitir oleh firman-Nya:
رَبِّيَ
الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ
Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan Yang mematikan. (Al-Baqarah:
258)
Dengan kata lain, sesungguhnya bukti yang menunjukkan keberadaan Tuhan ialah
adanya semua yang wujud di alam ini, padahal sebelumnya tentu tidak ada, lalu
menjadi tidak ada sesudah adanya. Hal tersebut menunjukkan adanya Pencipta yang
berbuat atas kehendak-Nya sendiri dengan pasti. Mengingat segala sesuatu yang
kita saksikan ini tidak ada dengan sendirinya, maka pasti ada pelaku yang
menciptakannya. Dia adalah Tuhan yang aku serukan kepada kalian agar
menyembah-Nya semata dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Setelah itu orang yang mendebat Ibrahim —yaitu Raja Namrud— mengatakan, yang
perkataannya disitir oleh firman-Nya:
أَنَا
أُحْيِي وَأُمِيتُ
Saya dapat menghidupkan dan mematikan. (Al-Baqarah: 258)
Qatadah, Muhammad ibnu Ishaq, As-Saddi serta lain-lainnya yang bukan hanya
seorang mengatakan bahwa untuk membuktikan ucapannya itu raja tersebut
mendatangkan dua orang lelaki yang keduanya dikenai sanksi hukuman mati. Lalu si
Raja Namrud membunuh salah seorangnya dan memaafkan yang lainnya hingga selamat,
tidak dikenai hukuman mati. Demikianlah makna menghidupkan dan mematikan
menurutnya.
Akan tetapi, pada kenyataannya bukanlah demikian jawaban yang dikehendaki
oleh Ibrahim a.s. dan tidak pula sealur dengannya, mengingat hal tersebut
tidak menghalangi adanya Pencipta. Sesungguhnya raja itu mengakui kedudukan tersebut hanyalah semata-mata
sebagai ungkapan keingkaran dan kecongkakannya, serta mengkamuflasekan
jawabannya seakan-akan dialah yang melakukan hal tersebut. Bahwa seakan-akan
dialah yang menghidupkan dan yang mematikan. Sikapnya itu diikuti oleh Raja
Fir'aun dalam ucapannya yang disitir oleh firman-Nya:
{مَا
عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي}
Aku tidak mengetahui tuhan bagi kalian selain aku. (Al-Qashash:
38)
Karena itulah Nabi Ibrahim menjawabnya dengan jawaban berikut ketika raja
tersebut mengakui dirinya menduduki kedudukan tersebut dengan penuh kecongkakan,
yaitu:
فَإِنَّ
اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِها مِنَ
الْمَغْرِبِ
Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia
dari barat. (Al-Baqarah: 258)
Dengan kata lain, apabila kamu mengakui dirimu seperti apa yang kamu katakan
itu, yaitu bahwa dirimu dapat menghidupkan dan mematikan, maka Tuhan yang
menghidupkan dan yang mematikan adalah Yang dapat mengatur semua alam wujud,
yakni pada semua makhluk dan dapat menundukkan semua bintang serta peredarannya.
Bahwa matahari yang tampak setiap harinya ini terbit dari arah timur, maka jika
kamu seperti apa yang kamu akukan sebagai tuhan, terbit-kanlah dia dari arah
barat!
Setelah raja itu menyadari kelemahan dan ketidakmampuannya, karena ia tidak
dapat mencongkakkan dirinya lagi kali ini, maka ia terdiam, tidak dapat menjawab
sepatah kata pun, dan hujah Nabi Ibrahim mematahkan argumentasinya.
Allah Swt. berfirman:
{وَاللَّهُ
لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ}
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
(Al-Baqarah: 258)
Artinya, Allah tidak memberi ilham hujah dan bukti kepada mereka, bahkan
hujah mereka terputus di hadapan Tuhan mereka, dan bagi mereka murka Allah serta
azab yang keras. Analisis makna ayat seperti di atas lebih baik daripada apa yang disebutkan
oleh kebanyakan ahli mantiq yang menyatakan bahwa peralihan jawaban yang
dilakukan oleh Nabi Ibrahim dari dalil yang pertama kepada dalil yang kedua
merupakan perpindahan dari suatu dalil kepada dalil yang lebih jelas daripada
yang pertama. Di antara mereka ada yang menganggapnya mutlak dalam jawabannya,
tetapi kenyataannya tidaklah seperti yang dikatakan oleh mereka. Bahkan dalil
yang pertama merupakan pendahuluan dari dalil yang kedua serta membatalkan
alasan yang diajukan oleh Raja Namrud, baik pada dalil yang pertama maupun dalil
yang kedua.
As-Saddi menyebutkan bahwa perdebatan antara Nabi Ibrahim dan Raja Namrud ini
terjadi setelah Nabi Ibrahim selamat dari api. Nabi Ibrahim belum pernah bersua
dengan Namrud kecuali hanya pada hari tersebut, lalu terjadilah perdebatan di
antara keduanya. Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar, dari Zaid ibnu Aslam, bahwa Raja
Namrud menyimpan makanan pokok dan orang-orang datang kepadanya untuk makanan
itu. Lalu Namrud mengirimkan sejumlah utusannya, mengundang Nabi Ibrahim untuk
makanan tersebut. Setelah terjadi perdebatan di antara keduanya, maka Nabi
Ibrahim tidak diberi makanan itu barang sedikit pun, sebagaimana orang-orang
diberi makanan; bahkan dia keluar tanpa membawa makanan sedikit pun. Ketika Nabi
Ibrahim telah berada di dekat rumah keluarganya, ia menuju ke suatu gundukan
pasir, maka ia memenuhi kedua kantongnya dengan pasir itu, kemudian berkata,
"Aku akan menyibukkan keluargaku dari mengingatku, jika aku datang kepada
mereka." Ketika ia datang, ia langsung meletakkan pelana kendaraannya yang
berisikan pasir itu dan langsung bersandar, lalu tidur. Maka istrinya —yaitu
Siti Sarah— bangkit menuju ke arah kedua kantong tersebut, dan ternyata ia
menjumpai keduanya dipenuhi oleh makanan yang baik. Ketika Nabi Ibrahim
terbangun dari tidurnya, ia menjumpai apa yang telah dimasak oleh keluarganya,
lalu ia bertanya, "Dari manakah kalian memperoleh semua ini?" Sarah menjawab,
"Dari orang yang engkau datang darinya." Maka Nabi Ibrahim menyadari bahwa hal
tersebut merupakan rezeki dari Allah yang dianugerahkan kepadanya. Zaid ibnu
Aslam mengatakan bahwa setelah itu Allah mengirimkan seorang malaikat kepada
raja yang angkara murka itu untuk menyerunya kepada iman. Tetapi si raja
menolak, lalu malaikat itu menyerunya untuk yang kedua kalinya dan untuk yang
ketiga kalinya, tetapi si raja tetap menolak. Akhirnya malaikat berkata,
"Kumpulkanlah semua kekuatanmu dan aku pun akan mengumpulkan kekuatanku pula."
Maka Namrud mengumpulkan semua bala tentara dan pasukannya di saat matahari
terbit, dan Allah mengirimkan kepada mereka pasukan nyamuk yang menutupi mereka
hingga tidak dapat melihat sinar matahari. Lalu Allah menguasakan nyamuk-nyamuk
itu atas mereka. Nyamuk-nyamuk itu memakan daging dan menyedot darah mereka
serta meninggalkan mereka menjadi rulang-belulang. Salah seekor nyamuk memasuki
kedua lubang hidung si raja, lalu ia bercokol di bagian dalam hidung si raja
selama empat ratus tahun sebagai azab dari Allah untuknya. Tersebutlah bahwa
Raja Namrud memukuli kepalanya dengan palu selama masa itu hingga Allah
membinasakannya dengan palu tersebut.
Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Al-Baqoroh Ayat 258"
Posting Komentar